Pak RT setempat membuka diri untuk menerima kembali keluarga Dhania di lingkungannya. Begitupun dengan keluarga Dhania yang mencoba berbaur dengan warga sekitar dan meminta maaf atas kejadian yang mereka alami. Kebetulan dalam adegan di film ibu Dhania berbicara di depan para tetangga yang berkumpul di sebuah balai warga. Mereka pun diterima baik oleh lingkungan rumah.
Dari keluarga inti Dhania, hanya sang ayah di penjara. Saya pun tak menanyakan alasan dibalik itu dengan Dhania. Dwi Joko Wiwoho (ayah Dhania), dipenjara 3 tahun 4 bulan dan sampai sekarang belum keluar.Â
Film berdurasi 25 menit ini terasa singkat sekali. Padahal masih banyak yang ingin saya ketahui mengenai eks ISIS melalui adegan - adegannya. Barangkali nanti ada ide untuk memperpanjang durasi film dengan sajian plot yang menarik.Â
Pesan Penting Dari Film "Seeking The Imam"
Setelah menonton film "Seeking The Imam" ada sesi diskusi langsung bersama narasumbernya, Dhania dan sang sutradara turut hadir malam itu. Saya merasa beruntung bisa hadir dan bertemu langsung dengan eks ISIS. Bisa dikatakan mereka beruntung bisa kembali ke Indonesia sebelum ramai kontra penolakan kembalinya eks ISIS belum lama ini.
Sang sutradara ingin menyampaikan pesan penting melalui film dokumenter ini. Triguna seorang bapak dan memiliki anak juga. Pesan penting yang ingin ia sampaikan adalah betapa perlunya kehadiran orangtua, terutama ayah sebagai sosok pemimpin keluarga pada pendampingan anak di saat puber. Puber di sini maksudnya masa di mana anak dalam kondisi labil. Tidak punya sandaran untuk menopang segala kesulitannya.
Dhania mengakui saat itu ayahnya begitu sibuk dengan urusannya sehingga Dhania merasa tidak diperhatikan oleh ayahnya. Berselancar di media sosial menjadi pelampiasannya hingga berlabuh di akun-akun yang membahas tentang hijrah. Dhania pun terpincut dengan hijrahnya sampai ke Suriah. Ditambah ia melihat salah satu temannya yang sudah hijrah terlebih dahulu.
Generasi kehidupan semakin bertambah diiringi dengan kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan. Sangat perlu lebih bijak lagi menggunakan media sosial dan menyaring berita yang dibaca. Orangtua tentu harus mengontrol penggunaan media sosial anak. Karena sasaran empuk propaganda adalah mereka yang berada dalam kondisi ketidakstabilan.
Soal layak atau tidaknya eks ISIS kembali ke Indonesia, saya belum bisa cepat menyimpulkan. Cuma yang saya tahu setelah pertemuan diskusi malam itu, mereka beruntung bisa keluar dari jerat ISIS dan kembali dalam keadaan baik-baik saja serta masih diterima. Suatu keberuntungan juga buat saya bisa bertemu dengan eks ISIS dari Indonesia.
#nobarkebinekaan