Mohon tunggu...
Nurul Dwi Larasati
Nurul Dwi Larasati Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Blogger

Hiking enthusiast, blogger, movie lover

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Bertemu Eks ISIS dalam Film "Seeking The Imam"

27 Februari 2020   00:40 Diperbarui: 5 Maret 2020   23:11 397
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bersama Dhania, eks ISIS dari Indonesia | dokpri

Pak RT setempat membuka diri untuk menerima kembali keluarga Dhania di lingkungannya. Begitupun dengan keluarga Dhania yang mencoba berbaur dengan warga sekitar dan meminta maaf atas kejadian yang mereka alami. Kebetulan dalam adegan di film ibu Dhania berbicara di depan para tetangga yang berkumpul di sebuah balai warga. Mereka pun diterima baik oleh lingkungan rumah.

Dari keluarga inti Dhania, hanya sang ayah di penjara. Saya pun tak menanyakan alasan dibalik itu dengan Dhania. Dwi Joko Wiwoho (ayah Dhania), dipenjara 3 tahun 4 bulan dan sampai sekarang belum keluar. 

Film berdurasi 25 menit ini terasa singkat sekali. Padahal masih banyak yang ingin saya ketahui mengenai eks ISIS melalui adegan - adegannya. Barangkali nanti ada ide untuk memperpanjang durasi film dengan sajian plot yang menarik. 

Pesan Penting Dari Film "Seeking The Imam"

Setelah menonton film "Seeking The Imam" ada sesi diskusi langsung bersama narasumbernya, Dhania dan sang sutradara turut hadir malam itu. Saya merasa beruntung bisa hadir dan bertemu langsung dengan eks ISIS. Bisa dikatakan mereka beruntung bisa kembali ke Indonesia sebelum ramai kontra penolakan kembalinya eks ISIS belum lama ini.

Sang sutradara ingin menyampaikan pesan penting melalui film dokumenter ini. Triguna seorang bapak dan memiliki anak juga. Pesan penting yang ingin ia sampaikan adalah betapa perlunya kehadiran orangtua, terutama ayah sebagai sosok pemimpin keluarga pada pendampingan anak di saat puber. Puber di sini maksudnya masa di mana anak dalam kondisi labil. Tidak punya sandaran untuk menopang segala kesulitannya.

Dhania mengakui saat itu ayahnya begitu sibuk dengan urusannya sehingga Dhania merasa tidak diperhatikan oleh ayahnya. Berselancar di media sosial menjadi pelampiasannya hingga berlabuh di akun-akun yang membahas tentang hijrah. Dhania pun terpincut dengan hijrahnya sampai ke Suriah. Ditambah ia melihat salah satu temannya yang sudah hijrah terlebih dahulu.

Triguna, sutradara film dokumenter
Triguna, sutradara film dokumenter
Pesan penting lainnya adalah rentannya usai muda, masa puber, kelabilan emosi dalam mempertimbangkan suatu keputusan. Ini memang biasa terjadi pada usia remaja. Mereka belum bisa memilih dan memilah mana yang baik dan benar. Maka itu, bounding antar orangtua dan anak harus lebih intim. Saya merasakan sih renggang hubungan dengan orangtua saat usia remaja dulu, makanya saya pernah terperosok di suatu kejadian yang fatal. 

Generasi kehidupan semakin bertambah diiringi dengan kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan. Sangat perlu lebih bijak lagi menggunakan media sosial dan menyaring berita yang dibaca. Orangtua tentu harus mengontrol penggunaan media sosial anak. Karena sasaran empuk propaganda adalah mereka yang berada dalam kondisi ketidakstabilan.

Soal layak atau tidaknya eks ISIS kembali ke Indonesia, saya belum bisa cepat menyimpulkan. Cuma yang saya tahu setelah pertemuan diskusi malam itu, mereka beruntung bisa keluar dari jerat ISIS dan kembali dalam keadaan baik-baik saja serta masih diterima. Suatu keberuntungan juga buat saya bisa bertemu dengan eks ISIS dari Indonesia.

#nobarkebinekaan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun