Mohon tunggu...
Nurul Fitri
Nurul Fitri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Perkenalkan nama saya NURUL FITRI, saya berkuliah di Universitas Muhammadiyah Mataram, saya mengambil jurusan PGSD, hobi saya menyanyi, dan kesukaan saya adalah mendengarkan lagu, memasak dan menari

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Teori emotional intelegence oleh daniel goleman

18 Januari 2025   09:08 Diperbarui: 18 Januari 2025   09:08 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Teori Emotional Intelligence oleh Daniel Goleman

Emotional Intelligence (EI), atau kecerdasan emosional, merupakan konsep yang menjadi sangat populer sejak diperkenalkan oleh Daniel Goleman melalui bukunya Emotional Intelligence: Why It Can Matter More Than IQ pada tahun 1995. Dalam bukunya, Goleman menjelaskan bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk mengenali, memahami, dan mengelola emosi diri sendiri serta memahami dan memengaruhi emosi orang lain. Goleman juga menekankan bahwa kecerdasan emosional dapat menjadi penentu keberhasilan seseorang dalam kehidupan pribadi dan profesional, bahkan lebih penting daripada kecerdasan intelektual (IQ) dalam beberapa aspek.

  • Lima Komponen Utama Emotional Intelligence

Menurut Goleman, kecerdasan emosional terdiri dari lima komponen utama:

1. Kesadaran Diri (Self-Awareness)

Kesadaran diri adalah kemampuan untuk mengenali dan memahami emosi yang dirasakan diri sendiri. Orang yang memiliki kesadaran diri tinggi dapat mengidentifikasi perasaan mereka, memahami dampak emosi tersebut pada perilaku, dan mengenali kekuatan serta kelemahan diri mereka. Kesadaran diri ini merupakan dasar dari pengelolaan emosi yang baik.

2. Pengelolaan Diri (Self-Regulation)

Pengelolaan diri melibatkan kemampuan untuk mengendalikan emosi dan dorongan negatif, serta beradaptasi dengan perubahan. Orang yang dapat mengatur emosi mereka cenderung lebih stabil secara emosional dan mampu membuat keputusan yang rasional meskipun berada dalam tekanan. Goleman menjelaskan bahwa pengelolaan diri mencakup disiplin diri, kemampuan menunda kepuasan, dan menjaga komitmen.

3. Motivasi (Motivation)

Motivasi dalam konteks kecerdasan emosional merujuk pada dorongan internal untuk mencapai tujuan, bukan sekadar motivasi karena faktor eksternal seperti penghargaan atau pengakuan. Orang yang memiliki motivasi tinggi cenderung gigih, optimis, dan berfokus pada pencapaian tujuan meskipun menghadapi rintangan.

4. Empati (Empathy)

Empati adalah kemampuan untuk memahami dan merasakan emosi orang lain. Goleman menekankan bahwa empati adalah komponen penting dalam membangun hubungan yang sehat dan harmonis. Dengan empati, seseorang dapat lebih baik dalam memahami kebutuhan dan perspektif orang lain, yang berguna dalam komunikasi dan kolaborasi.

5. Keterampilan Sosial (Social Skills)

Keterampilan sosial mencakup kemampuan untuk membangun hubungan, bekerja sama dengan orang lain, dan memengaruhi mereka secara positif. Ini meliputi kemampuan berkomunikasi, memecahkan konflik, bekerja dalam tim, dan memimpin dengan efektif.

  • Pentingnya Emotional Intelligence

Goleman menegaskan bahwa kecerdasan emosional memainkan peran besar dalam berbagai aspek kehidupan. Dalam dunia kerja, misalnya, orang dengan kecerdasan emosional tinggi cenderung lebih sukses dalam berinteraksi dengan rekan kerja, menangani konflik, dan membangun jaringan profesional. Dalam kehidupan pribadi, EI membantu seseorang menjaga hubungan yang harmonis, menghadapi tantangan emosional, dan meningkatkan kesejahteraan mental.

Penelitian juga menunjukkan bahwa kecerdasan emosional berhubungan erat dengan kepemimpinan yang efektif. Pemimpin yang memiliki empati, mampu mengelola stres, dan dapat memotivasi timnya cenderung lebih dihormati dan diikuti oleh anggota tim.

Meskipun IQ sering dianggap sebagai penentu kesuksesan, Goleman menunjukkan bahwa IQ hanya berkontribusi sekitar 20% terhadap keberhasilan seseorang. Sisanya ditentukan oleh faktor-faktor lain, termasuk kecerdasan emosional. IQ berhubungan dengan kemampuan kognitif seperti logika, analisis, dan pemecahan masalah, sementara EI lebih fokus pada kemampuan interpersonal dan intrapersonal.

Keduanya, tentu saja, saling melengkapi. Orang dengan IQ tinggi tetapi EI rendah mungkin memiliki kesulitan dalam membangun hubungan yang baik atau mengelola emosi mereka, sementara seseorang dengan EI tinggi tetapi IQ rendah mungkin memiliki tantangan dalam aspek teknis pekerjaan. Oleh karena itu, kombinasi keduanya sangat penting untuk mencapai kesuksesan yang seimbang.

  • Cara Meningkatkan Emotional Intelligence

Goleman juga menjelaskan bahwa kecerdasan emosional bukanlah sesuatu yang statis. Siapa pun dapat meningkatkan EI mereka melalui latihan dan refleksi. Berikut beberapa cara untuk meningkatkan kecerdasan emosional:

1. Latih Kesadaran Diri

Luangkan waktu untuk merenungkan perasaan dan perilaku Anda. Catat emosi yang muncul dalam situasi tertentu dan coba pahami penyebabnya.

2. Kelola Emosi dengan Baik

Pelajari teknik relaksasi, seperti meditasi atau pernapasan dalam, untuk membantu mengendalikan stres dan emosi negatif.

3. Kembangkan Empati

Cobalah melihat situasi dari perspektif orang lain. Dengarkan dengan penuh perhatian tanpa menghakimi.

4. Bangun Hubungan yang Positif

Berlatihlah untuk berkomunikasi dengan jujur dan menghormati perasaan orang lain. Fokus pada kolaborasi daripada kompetisi.

5. Tetapkan Tujuan yang Jelas

Motivasi diri dengan menetapkan tujuan yang bermakna dan fokus pada langkah-langkah untuk mencapainya.

Kesimpulan

Teori kecerdasan emosional yang dikembangkan oleh Daniel Goleman menawarkan wawasan mendalam tentang pentingnya memahami dan mengelola emosi dalam kehidupan sehari-hari. Dengan meningkatkan kecerdasan emosional, seseorang dapat memperbaiki hubungan interpersonal, menghadapi tantangan dengan lebih bijaksana, dan mencapai kesuksesan yang berkelanjutan. Dalam dunia yang semakin kompleks dan penuh tekanan, EI bukan hanya keahlian tambahan, tetapi kebutuhan esensial untuk mencapai keseimbangan hidup.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun