Teknologi ini merupakan kegiatan yang efektif untuk mencapai pembangunan yang produktif secara ekonomi, inklusif dan berkelanjutan. Inovasi akar rumput (disingkat GRI) pada dasarnya bersifat inklusi sosial dan ramah lingkungan. GRI memiliki kemampuan untuk menjadi berkelanjutan dibandingkan dengan inovasi yang diperkenalkan dari luar masyarakat setempat. Hal ini karena GRI didasarkan pada kearifan lokal dan mempertimbangkan kapasitas masyarakat lokal untuk mencari solusi yang mudah. Di sisi lain, masyarakat memiliki pengetahuan dan pengalaman di daerahnya sehingga dapat memahami realitas permasalahan lokal dan mengidentifikasi inovasi teknologi yang cocok dan terjangkau bagi masyarakat di daerah tersebut. Salah satunya adalah masalah pengelolaan sampah.
      Sampah adalah suatu bahan atau barang yang tidak lagi berfungsi seperti yang diharapkan oleh penggunanya. Jika tidak segera ditanggulangi akan berdampak negatif bagi masyarakat. Menurut data Bank Dunia 2018, 87 kota di pesisir Indonesia telah membuang sekitar 1,27 juta ton sampah ke laut. Sampah plastik di lautan mencapai 9 juta ton dan diperkirakan 3,2 juta ton adalah sedotan plastik. Berdasarkan data dari kompas.com Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Indonesia mencatat pada Februari 2019 setidaknya ada 64 juta ton sampah yang dihasilkan. Berdasarkan data tersebut, 60% sampah diangkut dan disimpan di TPA, 10% dikelola dan 30% tidak dikelola serta mencemari lingkungan. Dikutip dari news.detik.com, pemerintah telah berusaha mengurangi sampah plastik di lautan sebesar 15% hingga 70% pada tahun 2025. Carilah alat untuk mengatasi produksi sampah yang semakin meningkat. Berikut beberapa cara pengolahan sampah di Indonesia:
1.Pengelolaan Sampah di Kepulauan Seribu
     Sampah yang dapat didaur ulang biasanya berupa plastik, kertas, botol dan besi. Karena barang-barang ini dapat didaur ulang, biasanya memiliki nilai moneter sehingga dapat dijual. Teknologi kompos yang paling cocok di Indonesia adalah sistem open windrow. Sistem ini tidak memerlukan sarana dan prasarana yang rumit secara teknis, sehingga dapat diimplementasikan secara sederhana dan efektif. Sedangkan proses aplikasinya sangat cocok untuk iklim tropis. Untuk insinerator dengan incinerator, incinerator yang akan digunakan harus memiliki spesifikasi teknis yang optimal sehingga efisien, ramah lingkungan dan mudah dalam pengoperasiannya. Sampah yang mengapung sebagian besar berupa sampah plastik yang dapat didaur ulang. Pengumpulan sampah terapung dapat dilakukan dengan jaring dengan perahu. Sampah daur ulang dibuang di tempat pembuangan akhir atau dibakar di insinerator. Hasil pembakaran di pabrik insinerasi dapat digunakan sebagai bahan baku bangunan. Insinerator yang digunakan bisa berupa insinerator kecil dengan teknologi sederhana, sedangkan TPA yang dibangun disesuaikan dengan jumlah sampah yang ada di pulau tersebut.
2. Limbah dimanfaatkan sebagai alternatif PLTU.
      Di Indonesia, sebagian besar energi listrik dihasilkan oleh pembangkit listrik yang menggunakan batu bara sebagai bahan bakar utamanya. PLTU memproduksi sekitar 7000 ton per hari untuk penggunaan batu bara (Jawa pos. 20 Mei 2008). Batu bara merupakan bahan tambang tak terbarukan yang dapat digunakan sebagai bahan bakar pembangkit listrik tenaga uap (PLTU). Di Indonesia saat ini sedang terjadi krisis batu bara, yang mengakibatkan seringnya terjadi pemadaman listrik di pihak PLN. Selain itu, sisa pembakaran batu bara lebih berbahaya bagi masyarakat di daerah tersebut, seperti asap sisa pembakaran batu bara yang menyebabkan pencemaran udara dan penipisan lapisan ozon. Fenomena ini sangat efisien ketika sampah plastik digunakan sebagai energi alternatif untuk pembangkit listrik dan mengurangi dampak lingkungan. Dioksin dihasilkan ketika sampah yang mengandung plastik dibakar.
3.Pemanfaatan sampah plastik untuk bahan bakar
      Berasal dari keprihatinan terhadap tumpukan sampah plastik di berbagai kota, Tri Handoko menawarkan inovasi luar biasa dengan mengubah ribuan ton sampah plastik yang menumpuk di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) di Madiun, Jawa Timur, menjadi penjualan minyak pemanas, seperti  sebagai diesel dan premium, dengan teknologi yang tepat. Sistem kerja yang digunakan untuk mengkonversi limbah adalah pirolisis atau distilasi kering. Proses pemanasan ini menyebabkan molekul polimer plastik pecah dan mengubahnya menjadi potongan molekul yang lebih pendek. Cairan yang dihasilkan menjadi bahan baku minyak atau minyak mentah untuk mengolah sampah plastik
     Pengelolaan sampah yang didorong di seluruh dunia saat ini, adalah pengurangan, desain ramah lingkungan, dan daur ulang atau konversi materi dalam kerangka pendekatan zero waste yang mengintegrasikan konsep keberlanjutan produksi dan konsumsi. Persentase sampah yang diangkut dan dikelola di TPA juga harus ditargetkan menurun. Upaya-upaya di atas sejalan dengan pendekatan zero waste yang dianut di seluruh dunia dan lebih ramah iklim, karena menghasilkan emisi Gas Rumah Kaca lebih rendah dari praktik yang ada selama ini. Salah satu cara menguranginya adalah memastikan bahwa sayuran yang dibawa oleh pedagang merupakan sayuran yang sudah bersih.
Daftar Pustaka
https://openknowledge.worldbank.org
https://search.kompas.com/search/?q=data+Kementrian+Lingkungan+Hidup+dan+Kehutanan+%28KLHK%29&submit=Submit+Query
https://news.detik.com/berita/d-4757936/pemerintah-targetkan-sampah-plastik-di-laut-berkurang-70-pada-2025
https://www.jawapos.com/?s=Di+Indonesia%2C+sebagian+besar+energi+listrik+dihasilkan+oleh++pembangkit+yang+menggunakan+bahan+bakar+batu+bara+yang+menjadikan+biaya+operasional+menjadi+mahal.+Penggunaan+batu+bara+sebagai++bahan+bakar+sekitar+7000+ton+per+hari+yang+diprokduksi+PLTU+
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H