Matahari pagi menyinari hamparan sawah Ayahku, pak tani kusebutnya. Mengapa? kulihat semangat menyala yang dipancarkan di mata pak tani, sinar itu tampak seperti matahari yang berkilau di pagi ini seakan menggambarkan keinginan besarnya untuk memulai kehidupan baru si mutiara sawah.Â
Bagi Ayahku, padi merupakan benih harapan yang akan membantu sumber pangan dan ekonomi dikeluarga kami. Bukan hanya pak tani yang turun kesawah untuk memulai kehidupan baru si mutiara sawah, akan tetapi bu tani pun ikut andil.
Sudah turun temurun jika turun kesawah itu dilakukan dengan serentak didesa manapun. Biasanya sebelum turun ke sawah, desa kami mengadakan kenduri sawah, tujuannya adalah berdoa agar suatu saat nanti benih yang akan tumbuh nantinya menjadi padi yang bagus dan berkualitas tinggi. Orang-orang yang turun ke sawah juga berniat jika padi mereka bagus maka akan cukup untuk infak nantinya.Â
Pada saat turun ke sawah juga, desa kami akan menyiapkan benih padi untuk para petani, dimana mereka juga sangat mendukung aksi petani dalam merawat dan menghasilkan padi yang unggul. Petani akan mendapatkan jenis benih padi empari sebanyak dua sak dimana per-satuannya itu seberat lima kilogram.
Langkah awal yang dilakukan pak tani adalah membajak tanah yang akan dipakai untuk menyemai benih padi nantinya, tujuan tersebut adalah untuk menghilangkan sisa batang padi yang telah di panen sebelumnya dan supaya tanahnya lunak. Selanjutnya, proses merendam benih yang didiamkan selama satu hari satu malam dan dibiarkan di darat selama dua hari dua malam agar tunas padi cepat tumbuh. Kemudian, barulah masuk keproses menyemai benih padi, proses ini adalah menaburkan benih padi ke dalam tanah yang telah di bajak tadi. Menyemai ini biasanya dilakukan dilahan yang telah disiapkan atau biasa disebut dilahan persemaian, bukan di tanah sawah yang belum diolah. Biasanya, pada proses ini lahan yang akan dipakai akan dikeringkan airnya terlebih dahulu.
Setelah seminggu proses persemaian akan dilakukan pemupukan pada bibit padi dan dialirkan air dilahan tersebut agar pada saat pencabutan bibit padi, mudah dilakukan. Biasanya untuk melihat benihnya tumbuh, petani akan menunggu selama 15 hari untuk benih yang siap tanam, di daerah Aceh biasanya disebut bijeih.
Bijeih juga tidak sembarangan di tanam di tanah sawah yang belum diolah, tanah tersebut harus diolah dulu seperti dilakukan pembajakan sawah. Hal ini juga hampir sama seperti proses persemaian tadi, bedanya itu di tanah persemaian harus ada air yang mengenang agar benih padi mudah dicabut.
Pada masa 15 hari tersebut, ketika memasuki area persawahan adalah hal yang paling aku senangi. Di sepanjang jalannya, aku bisa mencium aroma khas bibit padi yang telah tumbuh. Warna hijau yang menyejukkan mata dan menenangkan pikiran membuat aku tidak ingin pulang, betah rasanya jika rumahku di area persawahan. Mungkin itu juga yang dirasakan oleh petani, selain bisa menikmati hasilnya, mereka juga bisa menikmati keindahan dan aroma khasnya tersebut.
Proses pencabutan dan penanaman padi adalah puncak dari proses bersawah. Waktu pencabutan bibit sangat menentukan. Jika terlambat, bibit akan tua dan menguning, baik masih tertancap di lahan maupun setelah dicabut, apalagi dibiarkan lama di darat.
Sekarang, banyak petani yang meng-upah pekerja untuk menyelesaikan pekerjaan di sawah, mungkin mereka lakukan karena lebih cepat dan tidak perlu terlalu keras dalam bekerja dan mengelola sawah.Â
Aku terkesan melihat pak tani dan bu tani yang mengolah sawah secara mandiri. Sebelum matahari terbit mereka sudah bersiap untuk berangkat ke sawah dan pulang pada sore harinya. Mereka tampak menikmati proses itu, berinteraksi dengan alam, menyusuri pematangan sawah dan terkadang tangan dan kaki mereka terluka karena keong yang suka bermain di lahan sawah. Menurutku, itu adalah bagian dari proses bersawah, terkadang ada juga suka dan duka yang mereka alami. Ketika bersawah, kita berusaha untuk mengelolanya dengan baik agar mendapatkan padi yang unggul dan berserah diri kepada Allah agar usaha kita mencapai hasil yang diharapkan.Â