Mohon tunggu...
Nurul Fahmy
Nurul Fahmy Mohon Tunggu... -

Selalu banyak mimpi...Berdomisili di Jambi. Suka membaca, tapi sedikit menulis...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Dari Mesir untuk Indonesia Merdeka Tahun 1947

19 Agustus 2013   07:41 Diperbarui: 24 Juni 2015   09:08 1171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Indonesia dan Mesir telah mengukir sejarah baru sebagai dua sahabat yang sama-sama berdaulat. Ketika suhu keamanan Mesir bergolak soal nasionalisasi Terusen Suez diributkan oleh Amerika dan sekutunya, Indonesia angkat suara. Soekarno dalam pidato politiknya saat peringatan Hari Kemerdekaan RI ke 11 tahun 1956 mengatakan, "Mesir adalah satu negara yang merdeka dan berdaulat. Ia mempunjai hak-hak kedaulatan, tak kurang dan tak lebih daripada negara-negara lain yang merdeka dan berdaulat.

Hentikan persiapan militer! Hentikan semua ancaman senjata! Meski diadakan suatu Konperensi Internasional sekalipun untuk memecahkan masalah persengketaan ini, tak akan sehat hasil konperensi itu bila diadakan di bawah bayangan Dewa Mars, yaitu bayangan kapal-kapal perang, derunya bomber-bomber, gemerincingnya pedang-pedang, dentamnya tank-tank, sorak-gertaknya serdadu yang mengancam!

Politik kita yang bebas aktif, aktif menuju kepada perdamaian. Kita tidak duduk ongkang-ongkang di atas pagar. Kita tidak afdzijdig dari segala kejadian dunia sambil duduk tenguk-tenguk. We are not sitting on the fence, demikianlah kataku tempo hari di luar negeri. Kita berichtiar, kita berusaha ke kanan dan ke kiri, kita ke luar juga "rame hing gawe", kita aktif. Politik kita bukan politik bebas saja, politik kita adalah politik yang bebas dan aktif.

Jika masih ada yang ragu dengan kemampuan Mesir, maka dengan menyesal saya berkata bahwa disamping adanya zoogenaamde "under-developed countries" masih ada apa yang harus disebut "under developed minds".

Soekarno tidak cuma menyampaikan dukungannya kepada Mesir dari dalam negeri saja, tapi juga berpidato di forum-forum resmi di luar negeri, seperti yang diakuinya, "Demikianlah, di luar negeri telah saya tandaskan berpuluh-puluh kali. Fahamilah nasionalismenya Asia-Afrika sekarang ini. jikalau ingin mengerti jalannya sejarah, dan jikalau ingin keselamatan dunia, janganlah bermain-main dengan pedang, janganlan bermain-main dengan nasib, jangan bemain-main dengan "fate"! Sebab apa yang diperbuat Mesir itutak lain dan tak bukan adalah jalannya sejarah, tak lain tak bukan adalah "the corse of history".

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun