Menurut Fariwati, sebagai pengusaha dengan modal terbatas, ketergantungannya kepada bank dalam soal pinjaman sangat tinggi. Dia mengaku tidak akan dapat berbuat apa-apa dengan bisnisnya jika bank tidak mau mengucurkan kredit. Tidak ada trik khusus di bank yang dia lakukan agar mendapatkan pijaman. Tidak diperlukan berbagai teori saat menghadapi pihak bank. Dia hanya datang dengan apa adanya, tanpa rekayasa dan menceritakan kondisi serta prospek usaha yang akan digarap.
“Sekali lagi saya datang dengan apa adanya, tidak macam-macam, dan biarkan pihak bank yang menilai kita. Setelah itu, setelah mendapat pinjaman, tumbuhkan kepercayaan bank kepada kita dengan disiplin yang ketat dalam pengembalian pinjaman,” tegasnya, sembari mengatakan pengalamannya di bidang multi level marketing selama ini yang mengajarkan dia dalam meyakinkan orang lain, termasuk orang-orang penting dan pihak bank.
Saat ini, meski belum dapat dikatakan benar-benar besar, namun usaha Fariwati dalam bidang properti ini sudah menampakkan hasil nyata. Berbagai keuntungan sudah dia raih. Setidaknya beberapa ruko hasil dari usaha sudah jadi milik pribadi dia. Ke depan dia berniat mengembangkan usaha dalam bidang perumahan. “Bagi saya saat ini apa saja mungkin, yang penting mendapat kepercayaan dari bank,” sebutnya.
Janti, staff BII cabang Jambi langsung menyebutkan nama Fariwati ketika diminta dipertemukan dengan debitur BII yang dikategorikan berkembang dan memiliki disiplin yang tinggi dalam menjalin hubungan mesra di antara mereka.
“Saya rekomendasikan debitur kami atas nama Fariwati, anda tinggal hubungi dia. Tadi staf BII yang menangani account Fariwati telah menghubungi dia,” ujar Janti, di kantornya, BII cabang Jalan Sutomo, Jambi, Kamis 27 September 2012.
Uniknya Fariwati ini, meski sudah bergelut dalam bisnis properti selama empat tahun, namun dia mengaku benar-benar tidak paham masalah teknis pembuatan ruko; baik ukuran, bahan, jenis dan sebagainya. “Saya benar-benar tidak paham teknisnya (pembuatan ruko). Semua soal itu saya serahkan kepada kontraktor saya,” sebutnya sambil tertawa.
Perempuan, Debitur Tangguh dan Mitra Terpercaya
Fariwati hanya salah satu contoh dari sekian banyak perempuan yang bertarung dalam dunia bisnis, apalagi dalam bidang properti yang nota bene lahan kerja umum para laki-laki. Fariwati mungkin juga sedikit dari perempuan yang diuntungkan atas kepercayaan bank kepada dirinya dan urusannya, sehingga saat ini dia dapat dengan mudah menyebut angka dan beroleh duit dari bank mana saja di Jambi.
Sementara di sekeliling dia, masih banyak pengusaha khususnya perempuan di sektor UMKM yang tidak memiliki kesempatan dan keberuntungan seperti dia dalam urusan pinjaman duit dengan perbankan. Padahal berdasar data Kementerian Koperasi dan UKM Republik Indonesia, 60 persen usaha kecil menengah di Indonesia pada 2011 dikelola oleh perempuan. Tapi dari 60 persen UKM itu, hanya 45 - 55 persen saja yang mendapatkan akses ke perbankan.
Padahal, terlepasnya Indonesia dari dampak krisis global sejak beberapa tahun belakangan ini lebih disebabkan kokohnya fondasi ekonomi dari kalangan usaha kecil dan menengah ini. Bank Indonesia (BI) bahkan memprediksi pertumbuhan ekonomi akan berada pada kisaran 6,3 persen hingga 6,7 persen pada tahun 2012 ini. Salah satu sebab keyakinan ini adalah karena UKM di Indonesia dinilai cukup kuat dalam menghadapi kisis global yang akhirnya mampu menjadi pilar ekonomi Indonesia.
Namun demikianlah, perempuan dengan urusannya yang “kecil-kecil” dalam bidang ekonomi dan usaha masih dipandang remeh-temeh oleh sebagian pihak, tidak terkecuali bank. Kredit macet, dan resiko lainnya menjadi pertimbangan bank untuk memberikan pinjaman, khususnya kepada pengusaha kecil menengah.