Ma'asyiral muslimin rahimakumullah,
Hadirin yang dimuliakan Allah, marilah kita bersyukur kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala, yang dengan rahmat-Nya kita dapat berkumpul di hari yang penuh berkah ini dalam keadaan sehat untuk mengikuti kajian ini. Rasa syukur ini menunjukkan pengakuan kita atas nikmat tak terhingga, termasuk kesehatan, kesempatan, dan waktu yang diberikan. Setiap momen adalah anugerah yang perlu kita manfaatkan untuk mendekatkan diri kepada Allah dan meningkatkan kualitas hidup kita.
Kita ingatkan pentingnya untuk selalu menjaga hubungan baik dengan Allah dan sesama. kajian yang akan kita ikuti adalah kesempatan untuk menambah pengetahuan, meningkatkan iman, dan memperkuat ukhuwah Islamiyah di antara kita. Semoga pertemuan ini menjadi wadah untuk berbagi ilmu, memperdalam pemahaman tentang ajaran Islam, dan memotivasi kita untuk terus berbuat baik. Marilah kita buka hati dan pikiran serta berdoa agar mendapatkan manfaat yang besar dari apa yang akan disampaikan.
Marilah kita senantiasa bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dengan menjalankan kewajiban-kewajiban kita kepada-Nya dan kewajiban yang harus ditunaikan terhadap hamba- hamba-Nya.
Ma'asyiral muslimin jami'ah rahimakumullah,
Seperti yang kita ketahui, bulan pertama dalam penanggalan Islam adalah Muharram. Tidak mungkin kita bisa memisahkan sejarah luar biasa Nabi Muhammad SAW dari hijrahnya, atau perpindahan Nabi dan para sahabatnya dari kota Mekkah ke Madinah. Itulah sebabnya Muharram adalah bulan pertama tahun Hijriah. Hijrah Nabi yang diperintahkan oleh Allah SWT memberikan dorongan bagi umat Islam untuk bangkit dari keteraniayaan dan ketidakberdayaan yang mereka alami selama bertahun-tahun di Mekkah. Oleh karena itu, saya mengajak seluruh hadirin untuk mempertimbangkan kembali makna dan hikmah terjadinya hijrah dengan mengambil hikmah yang dibawanya serta menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Hijrah dilakukan dari satu tempat ke tempat lain untuk mencari keselamatan pribadi dan menjunjung tinggi nilai-nilai. Sebagaimana firman Allah
وَمَنْ يُّهَاجِرْ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ يَجِدْ فِى الْاَرْضِ مُرٰغَمًا كَثِيْرًا وَّسَعَةً ۗوَمَنْ يَّخْرُجْ مِنْۢ بَيْتِهٖ مُهَاجِرًا اِلَى اللّٰهِ وَرَسُوْلِهٖ ثُمَّ يُدْرِكْهُ الْمَوْتُ فَقَدْ وَقَعَ اَجْرُهٗ عَلَى اللّٰهِ ۗوَكَانَ اللّٰهُ غَفُوْرًا رَّحِيْمًا
"Siapa yang berhijrah di jalan Allah niscaya akan mendapatkan di bumi ini tempat hijrah yang banyak dan kelapangan (rezeki dan hidup). Siapa yang keluar dari rumahnya untuk berhijrah karena Allah dan Rasul-Nya, kemudian meninggal (sebelum sampai ke tempat tujuan), sungguh, pahalanya telah ditetapkan di sisi Allah. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang" (QS. An-Nisa (4):100)
Pada ayat ini para muhajirin dijanjikan sesuatu oleh Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Akan ada banyak tempat dan makanan bagi mereka yang berhijrah di jalan Allah dengan niat hijrah dan mengharap izin serta ridha Allah. Dan barangsiapa yang hendak keluar rumah dengan tujuan berhijrah ke luar negeri dalam rangka mengabdi kepada Allah dan Rasul-Nya, namun ia meninggal dunia sebelum sampai di tempat tujuan, maka Allah telah memutuskan tempat dan pahala yang telah ditetapkan di sisinya.
Jadi, hijrah berarti berubah dari buruk menjadi baik. Untuk memperbaiki diri diperlukan muhasabah, yang berarti memusatkan perhatian pada kesalahan dan kekurangan diri sendiri sebelum memusatkan perhatian pada kesalahan dan kekurangan orang lain.