Dia menatapku dengan mata yang penuh harapan. "Kau tidak perlu mengerti semuanya, Dito. Yang penting, aku tidak sendirian."
Malam itu, setelah perbincangan yang panjang, aku merasa ada ikatan yang terbentuk antara kami. Entah mengapa, aku merasa bahwa cintaku padanya bukan hanya sekadar perasaan biasa. Ada sesuatu yang lebih dalam, yang menghubungkan kami sebuah kedekatan yang melampaui kata-kata.
Semakin aku berusaha memahami Risa , semakin aku menyadari bahwa cinta kami berada di antara dua dunia. Dunia yang satu adalah dunia nyata, tempat kami belajar, berbicara, dan hidup seperti mahasiswa lainnya. Namun, dunia yang lain adalah dunia yang tidak bisa dijelaskan dunia di mana perasaan dan cinta kami tumbuh tanpa batasan, mengalir bebas tanpa terikat oleh waktu atau ruang.
Namun, seperti halnya dunia yang Risa rasakan, cinta kami pun tidak bisa dipahami sepenuhnya. Cinta itu hadir dalam bentuk yang tak terdefinisikan, dalam setiap kata yang kami ucapkan, dalam setiap tatapan yang kami bagi, dalam setiap sentuhan yang menguatkan kami untuk melewati hari-hari yang penuh keraguan.
Dan meskipun dunia di sekitar kami mungkin berubah, cinta itu tetap ada, ada di antara dunia yang satu dan dunia lainnya seperti angin yang tidak bisa dilihat, tetapi selalu ada untuk menyentuh hati.
TAMAT
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H