Mohon tunggu...
Nurul Cahyani
Nurul Cahyani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Sangat menghargai waktu, bertanggung jawab dan suka dengan hal yang baru

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Desa Nyalembeng Kembali Menyelenggarakan Ruwat Bumi Setelah Vakum Selama 4 Tahun

5 Agustus 2024   20:58 Diperbarui: 5 Agustus 2024   21:05 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruwat Bumi di Desa Nyalembeng/Dok Pribadi

Setelah vakum selama 4 tahun, Desa Nyalembeng Kembali menggelar kegiatan tradisi Ruwat Bumi yang menjadi tradisi turun temurun. Kegiatan ini berlangsung meriah dan dihadiri oleh para pejabat penting dan jajaranya yang langsung datang dari Kabupaten Pemalang, serta seluruh masyarakat Desa Nyalembeng yang antusias menyambut Kembali kegiatan tradisi Ruwat Bumi ini.

Acara Ruwat Bumi tahun ini diselenggarakan di balai Desa Nyalembeng yang dilaksanakan pada tanggal 1 Agustus 2024, dengan berbagai rangkaian kegiatan yang dimulai dari pagi hingga dini hari.  Pembukaan acara di awali dengan kegiatan pengajian yang di isi oleh Bapak K.H Ma'aruf Tibyanudin untuk mengungkapkan rasa syukur masyarakat Desa Nyalembeng.  

Dilanjutan dengan acara Ruwat Bumi pada siang harinya yang di isi oleh Dalang Ki Teguh Cokro Waluyo dari Purwokerto. Wayang kulit yang dilaksanakan pada siang hari ini merupakan sebuah cerita yang dibumbui oleh doa-doa yang berkaitan dengan Ruwat Bumi. Ruwat itu sendiri dalam Bahasa Jawa adalah bersih-bersih Desa yang dimaksud dengan harapan menghilangkan hal-hal negatif, seperti slametan dengan tujuan Desa bisa lebih Makmur dan Sejahtera.

Penyerahan Wayang Kulit Sekaligus Pembuka Pertunjukan Wayang/Dokpri
Penyerahan Wayang Kulit Sekaligus Pembuka Pertunjukan Wayang/Dokpri
Puncak acara yang berlangsung di malam hari adalah hiburan Pagelaran Wayang Kulit. Sebelum Pagelaran Wayang Kulit dilaksanakan, Kepala Desa Nyalembeng memberikan persembahan Wayang Kulit kepada Dalang Ki Sigit Djono Saputro sebagai bentuk penyerahan Warisan Budaya. 

Kemudian dilanjutkan dengan Pagelaran Wayang Kulit oleh Dalang Ki Sigit Djono Saputro dari Cilacap dengan Lakon "Bawor Dadi Ratu" yang menceritakan tentang seorang rakyat kecil yang berusaha keras dengan berguru dan bertapa serta berpuasa sehingga akhirnya rakyat kecil tersebut berhasil jaya dengan kegigihannya. 

Dari cerita tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa maknanya yaitu "ketika kita ingin dan gigih dalam berusaha maka kita akan sukses atau berjaya", seperti Bapak Kepala Desa Nyalembeng yang memulai karirnya dari rakyat biasa hingga menjadi Kepala Desa.

Doa Bersama/Dokpri
Doa Bersama/Dokpri
Kegiatan Ruwat Bumi adalah tradisi turun temurun yang terpelihara dengan baik di Jawa. Acara ini merupakan ungkapan syukur masyarakat atas berkah pertanian dan kehidupan yang subur di bumi mereka. Adapun penyebab vakumnya pelaksanaan Ruwat Bumi selama 4 Tahun karena terjadinya berbagai kendala yaitu, kondisi pandemi yang membatasi aktivitas masyarakat dan dana yang diperlukan untuk acara tersebut tidak sedikit. 

Kini, dengan membaiknya situasi dan dukungan para mitra yang bekerja sama dengan Desa Nyalembeng, membuat tradisi ini Kembali dilaksanakan dengan semangat kebersamaan dan gotong royong oleh seluruh masyarakat Desa Nyalembeng.

Kepala Desa Nyalembeng, Bapak Kunedi, mengatakan "Pelaksanaan Ruwat Bumi merupakan wujud syukur dan harapan warga Desa agar selalu diberkahi dan dijauhkan dari segala mara bahaya. Saya sangat bahagia melihat antusias masyarakat Desa Nyalembeng dalam menyambut Kembali tradisi Ruwat Bumi ini".

Salah satu masyarakat mengatakan "Saya sangat menantikan acara ini setelah empat tahun vakum. Saya merasa ada yang kurang dalam kehidupan Desa karena tidak terlaksananya lagi Ruwat Bumi ini. Dengan diadakannya kembali Ruwat Bumi ini, saya merasa senang dan antusias terhadap acara tersebut.

Pelaksanaan Ruwat Bumi tahun ini menjadi momen yang penting bagi Desa Nyalembeng dalam menghidupkan Kembali nilai-nilai budaya yang hampir terlupakan. Kegiatan Ruwat Bumi ini tidak hanya mempererat tali persaudaraan antar masyarakat, tetapi juga mengingatkan Kembali pentingnya menjaga keseimbangan alam dan warisan budaya. Diharapkan tradisi Ruwat Bumi ini dapat terus dilaksanakan setiap tahun dan dilestarikan serta diwariskan kepada generasi-generasi penerus.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun