Sebelum berangkat ke Australia saya sering membaca tulisan maupun menonton video yang menggambarkan kehidupan di Australia. Salah satunya adalah video seorang ibu muda yang menyertai suaminya kuliah. Ia membuat vlog saat ia sedang berjalan di sekitar rumahnya dan memungut stroller yang kondisinya masih sangat bagus.
Setibanya di sini, barang-barang bekas layak pakai yang "dibuang" pemiliknya lumrah berada di nature strip. Tak jarang bahkan barang yang dibuang masih baru.Â
Di depan batas rumah biasanya terdapat trotoar untuk pejalan kaki. Antara trotoar dan jalan dibatasi oleh nature strip cukup lebar yang biasanya ditanami rumput dan satu dua pepohonan.
Sofa, kursi, kasur, alat makan, alat masak, mainan anak hingga alat elektronik seperti TV, kulkas, hingga mesin cuci seringkali mejeng di nature strip. Kalau barang-barang tersebut sudah berada di nature strip, artinya halal untuk dipungut.Â
Saya sendiri memungut meja makan yang jaraknya tak jauh dari rumah. Saat iseng melihat marketplace, meja makan model begitu harga second-nya tak kurang dari AU$300. Lumayan kan?
Penyebab Fenomena Buang Barang
Tingginya laju migrasi bisa jadi merupakan penyebab banyaknya barang layak pakai yang dibuang.
Saat seseorang habis kontrak dengan penyedia properti biasanya properti harus kembali ke keadaan semula. Bila semula kosong melompong, tentu saja barang-barang yang ada selama masa tinggal harus pula dikeluarkan.Â
Orang mengakhiri masa kontrak biasanya karena harus pindah ke tempat lain atau pulang ke negaranya. Selain itu, ada pula yang ingin upgrade barang misalnya membuang mesin cuci lama karena ingin membeli yang baru dengan ukuran lebih besar.
Barang-barang besar (hard rubbish) yang tidak muat tong sampah biasanya akan diambil oleh pemerintah yang disebut Council sekali per tahun.Â
Di tempat saya misalnya, pengambilan hard rubbish dilakukan antara September hingga Oktober. Jadwal dan wilayah pengambilan dapat di lihat di website Council biasanya.Â
Di luar jadwal, penduduk bisa mengajukan pengambilan hard rubbish dengan biaya tertentu. Di samping itu, jika orang ingin segera membuang barang-barang besar bisa mengontak agen removalist, harus membayar dengan angka lumayang tentunya. Nah kan, daripada harus bayar untuk membuang mending dipajang untuk dipungut orang.
Memungut Barang Apakah dilarang?
Sejauh ini tak ada aturan yang menyebutkan bahwa memungut barang yang dibuang adalah tindakan illegal. Kendati demikian, jika sang pembuang melaporkannya sebagai tindak pencurian bisa jadi kena tangkap juga. Namun, siapa orangnya yang mau ribet melaporkan kehilangan barang yang ia sendiri sudah tidak butuhkan.
Kabarnya beberapa Council di wilayah Victoria seperti Darebin melarang praktik pemungutan barang ini. Pelakunya bisa didenda hingga AU$300. Namun belum pernah ada kabar orang didenda gara-gara ini. Pelarangan lebih kepada aspek keamanan karena khawatir ada barang berbahaya yang dibuang. Bisa jadi pula karena terkadang setelah mengambil barang yang dibutuhkan, tumpukan barang tak lagi dibereskan sehingga berantakan.
Potensi Ekonomi Memulung Barang
Tadinya saya pikir memulung hanyalah budaya kami para pelajar yang  mengirit di perantauan. Nyatanya tidak.Â
Seperti dilansir sebuah situs berita Australia, ada seorang dokter yang memiliki profesi sampingan sebagai pemulung. Jangan bayangkan memulung barang sambil dorong gerobak atau membawa karung! Ia spesialis memulung  komputer kemudian menjual sparepart-nya. Setiap bulannya ia memperoleh hingga $5.000 dari pekerjaan sampingan yang memakan waktu 20 jam per pekan.
Saya pernah juga menyaksikan orang membawa kendaraan besar saat memungut barang di jalan. Barang tersebut kemungkinan akan ia jual dengan harga rendah. Modal kemauan ternyata bisa mendatangkan cuan.
Perlu Diperhatikan Saat Memulung Barang
Ada tiga hal yang perlu diperhatikan saat kita hendak memungut barang.Â
Pertama, perhatikan kondisi barang apakah masih berfungsi dengan benar. Saya pernah memiliki pengalaman pahit tentang ini. Saking sayang dengan adiknya, si sulung memungut stroller di sebuah nature strip.Â
Setibanya di rumah, baru ketahuan bahwa stroller sudah tidak bisa dibelokkan. Selain itu, tak bisa dilipat sehingga sulit kalau dibawa masuk mobil. Ya sudah, nunggu jadwal hard rubbish council saja. (Ngomong-ngomong, terima kasih Aa atas niat baik dan upayanya).
Kedua, apakah barang yang akan dipungut mudah untuk dibawa. Sebelum memiliki sofa, saya suka ngeceng kalau ada sofa yang dibuang. Tinggal dibersihkanlah di rumah, pikir saya. Namun saya urung memungut sofa. Pasalnya ukurannya besar dan jaraknya agak jauh dari rumah. Bisa gempor menggotongnya. Kalaupun menyewa jasa angkut harus bayar sekitar AU$70. Barangnya gratis tapi ongkosnya mahal.
Terakhir, tak kalah pentingnya adalah apakah barang yang akan dipungut benar-benar kita butuhkan. Jangan hanya karena barangnya masih bagus dan gratis kemudian kita ambil padahal barang di rumah sudah cukup. Jatuhnya kita malah menimbun, memenuhi rumah dengan barang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H