Sebuah taxi maksi melesat membawa kami dari Bandara Tulamarin menuju sebuah akomodasi yang kami pesan melalui aplikasi AirBnB. Kami menyewa sebuah hotel apartemen untuk dua pekan awal kedatangan kami di Melbourne.Â
Ruangan yang kami sewa terdiri dari sebuah kamar, toilet dan kamar mandi, dapur, ruang keluarga dan balkon untuk duduk santai atau kadang saya gunakan untuk menempatkan rak handuk. Semua perlengkapan sudah tersedia. Tempat tidur, sofa, meja makan, perlatan dapur, mesin cuci, mesin pengering bahkan sampai hair drier dan setrika.
Jarak dari tempal tinggal pertama ini ke kampus lumayan jauh menurut saya. Sekitar 7 km, dapat ditempuh dengan bis plus jalan kaki. Total tiga puluh menit kalau gak nyasar. Sebenarnya saya ingin mencari akomodasi yang lebih dekat ke kampus.Â
Jauh-jauh hari saya sudah mengincar lokasi yang sangat dekat dan harga sangat terjangkau. Sayangnya, visa belum keluar juga hingga H-5 perkuliahan.Â
Maka, saat visa granted di detik-detik akhir, barulah saya memutuskan untuk memesan akomodasi sementara. Karena tanggal awal perkuliahan berbarengan dengan banyak mahasiswa internasional lainnya, akomodasi sekitar kampus sudah penuh. Akomodasi yang saya sewa sudah yang paling dekat dan paling terjangkau harganya.
Tinggal di apartemen tersebut cukup nyaman. Keperluan dasar toilet disediakan. Begitu pula dengan kopi, teh dan sebagainya. Disamping itu, selang sehari petugas kebersihan akan membersihkan kamar.Â
Kendati demikian, saya harus mencari akomodasi lain untuk jangka panjang. Biaya hidup satu bulan bisa habis dua minggu untuk membayar akomodasi di tempat itu.Â
Belum lagi biaya makan, transportasi dan biaya tak terduga. Â Beberapa pertimbangan menjadi dasar bagi saya untuk memutuskan akomodasi mana yang saya pilih. Jenis akomodasi, lokasi, fasilitas, harga, serta ketersediaan.
Jenis Akomodasi
Jenis akomodasi akan sangat bergantung terhadap selera dan kebutuhan. Seorang teman memilih apartemen studio, sebuah ruangan yang dilengkapi dengan dapur dan kamar mandi serta toilet. Pertimbangannya adalah ia hanya tinggal berdua dengan suaminya.Â
Tipe akomodasi tersebut sudah cukup bagi mereka. Di samping itu, di apartemennya, urusan persampahan diurus oleh manajemen. Ia tak harus repot-repot mendorong tempat sampah ke jalan saat jadwal pengambilan sampah. Ia tinggal membuang sampahnya ke TPS (tempat pembuangan sementara) di apartemennya.
Saya sendiri merasa kurang cocok dengan tipe apartemen sehubungan memiliki anak kecil. Anak kecil biasanya ingin mengeksplor sekitar, maka paling tidak harus ada halaman untuk tempat bermain.Â