Di acara tujuh belasan kali ini tari ini juga merupakan bentuk syukur atas nikmat kemerdekaan. Tangan-tangan mungil anak-anak meliuk memainkan piring dengan piawai. Segunung harapan dari para orang tua semoga kelak mereka menjadi anak-anak yang piawai menjalankan perannya demi kemajuan bangsa.
Tari Indang kemudian dipersembahkan anak-anak usia dini. Wajah-wajah imut dan polos dengan terampil berlenggak-lenggok dalam pola lantai horizontal.Â
Tari yang dikenal dengan nama Tari Dindin Badindin itu memukau ratusan pasang mata. Puluhan handpone tak henti mengarah untuk sekedar mengambil gambar atau video.Â
Tak hanya menghibur, tarian ini mengingatkan penonton yang hadir untuk hidup bersahaja, saling menghormati dan taat kepada Tuhan sebagaimana tarian ini mulai dipopulerkan pada abad ke-13.
Sebagai penutup acara tentu saja ramah tamah. Panitia dan ibu-ibu sukarelawan dengan sigap menyipkan stand makanan dengan menu utama bakso. Bakso selalu saja menjadi obat pelipur rindu.Â
Peserta antri mengular dilayani para ibu muda yang sementara waktu beralih profesi menjadi catering (sukarela pastinya). Nuansa kebahagiaan HUT RI ke-77 Alhamdulillah hadir juga di sini.Â
Di tanah tempat para diaspora berpijak namun tetap membumbungkan cinta pada tanah kelahiran. Dirgahayu Indonesia, Pulih Lebih Cepat, Bangkit Lebih Kuat.Â
Terima kasih kepada seluruh panitia yang disela kesibukkannya menyempatkan diri mempersiapkan dan mengemas acara yang membekas di hati.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H