Mohon tunggu...
Nurul Hidayah
Nurul Hidayah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Ibu dua anak, PhD Student at Monash University Australia

Menyimpan jejak petualangan

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Terlunta-lunta untuk yang Kedua Kali di Australia

28 Juli 2022   07:50 Diperbarui: 28 Juli 2022   09:46 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sementara itu dalam rekening bank Australia hanya ada sekitar 1000 itu pun sudah dialokasikan untuk belanja kebutuhan awal seperti kasur, selimut, alat makan dan perlengkapan dasar lainnya. Di rekening bank Indonesiaku ada sekitar 10 juta rupiah. Dana tersebut dialokasikan untuk kebutuhan makan beberapa hari atau minggu ke depan sambil menunggu beasiswa cair. Kalaupun uangnya diambil dalam bentuk cash, mungkin takkan sampai seribu AUD.

"Dee, Teteh butuh bantuan" kutelpon seorang teman yang banyak membantuku sejak sebelum keberangkatan hingga tiba di Australia. Tak hanya ilmu dan pengalaman, ia bahkan tak segan meminjamiku uang. Kusampaikan duduk perkaranya dan meminta dipinjami uang sekitar 2800 AUD. Ia bisa meminjami tapi mungkin butuh waktu beberapa jam karena jarak yang lumayan. Paling mungkin sore hari. Terbayang kembali bayi sepuluh bulanku yang tengah bermain di lobby hotel. Ah, sudah hampir waktunya makan siang. Tak tega rasanya aku membiarkan keluarga terlunta-lunta beberapa lama lagi.

Tetiba aku teringat seorang teman yang sama-sama berasal dari Bandung. Ia tiba tiga pekan lebih awal sehingga sudah lebih dahulu settle. Katanya beasiswa pun sudah cair, sekiranya perlu bantuan jangan sungkan. "Mas, saya boleh telpon?" tanyaku melalui whatsapp. Kujelaskan persoalan yang sedang kuhadapi dan dia bersedia ringan tangan membantu. Alhamdulillah. "Oke Teh, butuh berapa? Biar saya transfer. Eh, tapi paling sampainya besok karena bank di sini kalau transfer ke rekening baru harus menunggu verifikas 24 jam". Satu hari? tak bisa rasanya aku menunggu lebih lama lagi. "Kalau cash aja gimana?" tanyaku. "Oke Teh, kita ketemu di ATM Clayton ya. Tapi maksimal penarikan 2000 Teh". Alhamdulillah, 800 dolarnya kan ada di dompet. Allah itu memberikan pertolongan di saat yang tepat dan cara yang tepat.

Turun dari bis usai menerima uang pinjaman dari teman, aku bergegas menuju petugas administrasi agen properti. Kuserahkan sejumlah 2800 AUD, 18 dolar sisanya disimpan dalam akunku. Ia menyerahkan kunci sambil mengingatkan untuk segera menghubungi pihak bank "Please recall your money and let us know". Recall uang? baru kudengar istilah itu di sini. Proses recall uang ternyata butuh waktu hingga 20 hari kerja sejak kita menghubungi pihak bank. Alhamdulillah, saat itu aku memutuskan untuk membayar cash terlebih dahulu sambil melakukan proses recall.

Melbourne, 28 July 2022

Mengenang dagdigdug awal Maret 2022

Terimakasih untuk Dee (my friend, my sister) beserta suami. Terima kasih juga Mas Gin (My friend, my colleage). Hanya Allah yang bisa membalas segala kebaikan kalian.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun