Pada hari Sabtu, 23 Desember 2023, kelompok Kuliah Kerja Mahasiswa (KKM) 195 dari UIN Maulana Malik Ibrahim Malang di Desa Jedong melaksanakan serangkaian kegiatan untuk menjalin silaturahmi dan kerjasama dengan beberapa Pengurus Pondok dan Pengurus TPQ di Jedong, khususnya di Dusun Sawun. Sebagai kelanjutan dari tradisi keagamaan lokal, anak-anak terus berkumpul setelah maghrib untuk belajar membaca Al-Qur'an dan berbagai teks keagamaan, termasuk Aqidatul Awam, sementara orang dewasa, setelah isya, fokus pada studi keagamaan. Malam Jumat menjadi pengecualian dari jadwal keagamaan reguler.
Pada malam Rabu, kegiatan istimewa dialokasikan bagi para ibu setelah maghrib. Malam ini menjadi waktu yang tepat bagi ibu-ibu di desa untuk menambah wawasan dan mendalami pemahaman terhadap ajaran agama, termasuk mendengarkan bacaan Al-Qur'an. Sementara itu, malam Senin menjadi momen yang berbeda, dengan putra dewasa berkumpul dan tradisi lainnya berlangsung di rumah-rumah masing-masing.
Dalam konteks "ngaji," kegiatan pembelajaran agama biasanya dilaksanakan di belakang pondok atau tempat yang telah disiapkan. Pengurus pondok memiliki peran penting dalam menjaga kelancaran dan keberlanjutan kegiatan keagamaan. Tanggung jawab mereka mencakup memastikan fasilitas dan kondisi yang mendukung bagi mahasantri "ngaji". Pada malam keagamaan, pentingnya datang sebelum maghrib tetap menjadi aturan umum yang dipegang teguh oleh seluruh mahasantri, menunjukkan keseriusan dan komitmen mereka dalam mengikuti kegiatan keagamaan ini.
Dengan bergabungnya kelompok Kuliah Kerja Mahasiswa 195 pada hari Sabtu, menandai adanya kerjasama dengan pengurus pondok di Dusun Sawun. Upaya ini membuka peluang untuk penyebaran pengetahuan, pertukaran pengalaman, dan berbagi sumber daya untuk meningkatkan efektivitas kegiatan keagamaan dalam konteks desa setempat. Semangat silaturahmi dan kerjasama yang terjalin melalui kegiatan ini diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi perkembangan spiritual dan sosial masyarakat Desa Jedong.
RA Nurul Iman, memiliki jumlah siswa sebanyak 121, membuka pintu sekolah pada tanggal 4 Januari. Meskipun hanya tiga siswa yang menghadiri sesi ngaji, semangat belajar mereka tidak pernah surut. Mereka dengan tekun mengikuti pelajaran Iqro, memperdalam pemahaman mereka terhadap agama.
Setelah sholat Ashar berjamaah, kegiatan dilanjutkan dengan sesi hafalan. Siswa-siswa RA Nurul Iman bersama-sama berusaha menghafal ayat-ayat Al-Qur'an dengan penuh dedikasi. Setelah berdoa dan sesi hafalan, para siswa melangkah menuju kelas masing-masing dengan tujuan melanjutkan studi mereka. Jadwal pelajaran di RA Nurul Iman terstruktur dengan baik, mencakup berbagai mata pelajaran penting. Rencana pelajaran melibatkan seni, menulis surat, doa, hadis, dan waktu khusus untuk pelajaran sholat. Setiap komponen telah dirancang secara hati-hati dengan niat memberikan siswa pengalaman pendidikan yang komprehensif, sehingga meningkatkan pemahaman mereka terhadap prinsip dan doktrin Islam.
Waktu yang ditentukan bagi siswa untuk kembali ke kelas adalah antara pukul empat dan lima sore. Selama waktu ini, mereka memiliki kesempatan untuk berpartisipasi dalam kegiatan tambahan atau mendalami pelajaran yang telah diberikan. Adanya waktu ini menunjukkan fleksibilitas dan keragaman aktivitas di dalam sekolah. Menariknya, RA Nurul Iman juga memiliki komunitas dengan 30% siswa yang menganut agama Hindu. Hal ini mencerminkan harmoni dan keberagaman yang diadopsi oleh sekolah ini. Meskipun berbeda keyakinan, siswa dari berbagai latar belakang agama dapat belajar bersama dan saling menghargai.
Pengurus TPQ di sekolah ini bernama Ifna, dipimpin oleh Bapak Andi. Mereka memiliki peran vital dalam mengelola kegiatan belajar mengajar dan berkontribusi pada perkembangan spiritual dan kognitif siswa. Dengan dukungan penuh dan keberagaman dari pengurus TPQ, RA Nurul Iman menjadi lingkungan belajar yang inklusif dan ramah bagi semua siswa. Dengan semangat belajar yang tinggi, jadwal yang terstruktur, dan lingkungan yang mendukung, RA Nurul Iman terus menjadi tempat yang memperkaya spiritualitas dan pendidikan anak-anak di komunitasnya. Institusi pendidikan ini menjadi contoh positif tentang bagaimana pendidikan agama dapat diintegrasikan secara mulus dalam kerangka keberagaman, sehingga menciptakan generasi yang memiliki pemahaman mendalam dan penghargaan yang mendalam terhadap nilai-nilai keberagaman dalam masyarakat.
Setelah kunjungan kami ke wilayah Pondok dan TPQ, kami selanjutnya mengadakan rapat koordinasi yang dibuat untuk merencanakan kegiatan mendatang. Minggu pertama diawali dengan rapat yang dijadwalkan pada hari Senin, Selasa, Rabu, Jumat, dan Sabtu, melibatkan anggota tim seperti Izza, Nabila, Julfa, Hamida, Roni, dan Dilla. Kehadiran kelompok KKM 195 melibatkan kunjungan ke pesantren dan TPQ, serta merumuskan strategi berkelanjutan guna mendukung dan memperkuat kerjasama dengan lembaga-lembaga tersebut.
Pembagian peran dan tanggung jawab di TPQ juga menjadi fokus utama selama rapat koordinasi. Untuk TPQ, kegiatan dijadwalkan tiga kali seminggu dari pukul 14.30 hingga 16.00. Pada hari Senin dan Selasa, peran diambil oleh Nur, Gilang, Fadhil, Nana, dan Isma. Sementara itu, pada hari Kamis, seluruh tim diarahkan untuk mengunjungi TPQ dan terlibat aktif dalam kegiatan yang berlangsung di sana. Selain itu, dalam minggu pertama, dilakukan koordinasi untuk menyusun jadwal dan tanggung jawab terkait dengan bagian memasak untuk makan malam anak-anak yang berpartisipasi di TPQ.
Pentingnya rapat koordinasi ini terletak pada upaya untuk menyelaraskan pemahaman dan komitmen anggota tim terhadap tugas dan tanggung jawab masing-masing. Hal ini diharapkan dapat menciptakan sinergi optimal dalam pelaksanaan program kerja di Pondok dan TPQ. Selanjutnya, dengan partisipasi aktif anggota tim, hasil yang diperoleh dari kunjungan ke Pondok dan TPQ diharapkan dapat diimplementasikan secara efektif, memberikan dampak positif bagi masyarakat setempat.
Rencana ini tidak hanya mencakup aspek pengelolaan kegiatan di Pondok dan TPQ, tetapi juga melibatkan pihak terkait dalam mendukung program ini. Kolaborasi dengan TPQ dalam memasak makan malam bagi anak-anak yang mengikuti kegiatan di TPQ menciptakan keterlibatan lebih lanjut dari komunitas. Dengan demikian, diantisipasi bahwa sifat inisiatif ini akan memberikan dampak nyata pada pertumbuhan dan kesejahteraan anak-anak di desa setempat.
Selain itu, rapat koordinasi juga berfungsi sebagai wadah pertukaran ide dan pengalaman antar anggota tim, menciptakan suasana kerja yang harmonis, dan memperkuat solidaritas dalam mencapai tujuan bersama. Dengan demikian, kegiatan rapat koordinasi menjadi landasan penting untuk membangun kolaborasi yang efektif dan memastikan kesinambungan upaya positif di Pondok dan TPQ.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H