A. Pengertian Esensialisme
Esensialisme terdiri dari 2 kata, yakni esensi (hakikat, inti, dan dasar) dan esensial (sangat prinsip, sangat berpengaruh, dan sangat peluh).Â
Jadi esensialisme sendiri adalahaliran yang ingin manusia kembali pada kebudayaan-kebudayaan lama. Aliran ini didasarkan nilai-nilai kebudayaan yang telah ada pada awal kebudayaan manusia.
Aliran ini muncul pada zaman prenesence, karena reaksi terhadap simbolisme mutlak dan dokmatis yang terjadi pada abd pertengahan, jadi prenesence yakni pangkal timbul pikir esensialisme.Â
Pendidikan harus memili nilai-nilai kejelasan dan tahan lama, dan nilai-nilai yang jelas. Esensialisme menjadi corak berfikir modern.Â
Titik berat tinjauannya mengenai alam dan dunia fisik, dan pandangannya bersifat spiritual. Jhon batlem menyatakan bahwa alam sebagai tempat berfilsafat.
Baca juga : Mengartikan Aliran Filsafat Pendidikan Esensialisme dalam Kebudayaan Lama
Aliran ini didasari atas pandangan humanisme karena merupakan rekais hidup yang keduniawian dan materialistik.Â
Tujuannya adalah membentuk seseorang yang bergna dan kompeten, isi dalam pendidikannya yaknikesenian dan segala hal yang mampu membuat seseorang tersebut bergerak. Disiplin, keterampilan, seni, dan sains merupakan pengaturan yang tepat.
Aliran ini dibutuhkan guru yang dewasa pemikirannya, karena guru dalam proses pendidikan dipandang sebagai center for excelence, yang mana dituntut untuk menguasai bidang studi dan sebagai model dan figur yang diteladani oleh peserta didik.Â
Seorang guru harus menguasai materi pengetahuannya, sebab mereka dianggap memegang posisi tertinggi dalam pendidikan melalui sekolah, guru berperan untuk mentransmisikan ilmu pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai yang diperlukan oleh peserta didik dalam masyarakat.
Esensi atau substansi mengacu pada sesuatu yang umum, abstrak, statis, sehingga dapat menfikan sesuatu yang konkret, individual, dan dinamis. Sebaliknya, eksistensi kustru mengacu pada hal yang konkret, individual, dan dinamis.
Contohnya seperti penanaman budi pekerti yang baik kepada peserta didik. Karena hal itu akan tertanam dalam jiwa peserta didik begitupun akan teralisasikan dalam kehidupan masyarakat, sehingga kebudayaan dalam masyarakat menjadi budaya yang baik dan berbudi luhur.
Baca juga : Esensialisme, Kembali kepada Kebudayaan Lama
B. Kurikulum, Kelebihan, dan Kelemahan Aliran Esensialisme
Kurikulum aliran ini yakni mengenai :
Kurikulum dasar, mendekatkanpada keterampilan yang mana mengajarkan pengenalan huruf.
Kurikulum menengah, terdiri dari pelajaran sejarah, matematika, sains, sastra, da bahasa.
Disiplin tinggi yang merupakan pelajaran yang disesuaikan keadaan sekolahnya.
Esensialisme menegakkan pewarisan budaya dan keterampilan pada peserta didik supaya menjadi yang berguna.
Kelebihan aliran esensialisme :
Suatu ide/ gagasan manusia diuji sumber dari Tuhan.
Memberikan dasar pendidikan yang flekbilitas, maksudnya memberikan keterbukaan terhadap perubahan dan toleran tidak terikat dengan doktrin tertentu.
Pendidikan berpijak pada yang mempunyai nilai kestabilan.
Aliran ini berpendapat bahwa perubahan adalah keadaan yang tidak dapat dirubah dalam keadaan sosial.
Peran guru sebagai model yang baik untuk di gugu dan ditiru.
Kelemahan aliran esensialisme :
Sekolah tidak boleh menetapkan kebijakan sosial yang mengakibatkan adanya orientasi yang terikat tradisi pada pendidikan.
Para emikir esensialis umumnya berpandangan filsafat yang berbeda, bahkan memandang ilmu sastra, bahkan pelajaran ipa, teknik dan kejuruan lah penting diperlukan siswa agar memberi kontribus pada masyarakat.
Inisiatif ditekankan pada guru, bukan pada siswa.
Baca juga : Filsafat Pendidikan Aliran Esensialisme
C. Tokoh-Tokoh Aliran Esensialisme
Pelopor  aliran esensialisme yakni, William C. Bagley, Thomas Briggs, Frederick Breed, dan Isac L. Kandel. Bagley yakin bahwa fungsi utama sekolah adalah menyampaikan sejarah budaya dan sejarag bagi generasi muda.
Menurut William C. Bagley yakni :
Minat yang kuat dan tahan lama tumbuh dari upaya belajar yang dapat menarik perhatian.
Kemampuan kedisplinan sebagai tujuan pendidikan. Bagi individu dan bangsa kebebasan yang sesungguhnya yakni suatu yang dicapai melalui perjuangan, bukan pemberian.
Esensialisme adalah teori tentang pendidikan, sedangkan progresivisme memberi teori yang lemah.
Bagley dan rekan-rekannya memilki kesamaan dalam pemikirannya, yakni pergerakan progresif telah merusak standar intelektual dan moral kaum muda.Â
Sekolah yang baik adalah sekolah yang mengutamakan minat masyarakat.
Dasar dari belajar aliran esensialisme yakni,
Sekolah esensialis mendidik untuk berkomunikasi dengan baik.
Disiplin, kerja keras, wewenang, dan rasa hormat.
Sekolah memprogram belajar bersifat praktis, dan memberi pengajaran yang mempersiapkan untuk hidup.
Tugas pendidikan adalah sebagai perantara  dan pengembangan nilai dari luar kedalam jiwa peserta didik. Peserta didik perlu dilatih untuk mengobservasi nilai-nilai yang berasal dari luar dirinya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H