Beberapa karya akademis menunjukkan  bahwa astrolabe yang dibuat oleh Mariam Al-Ijliya dapat digunakan untuk menentukan posisi matematis bintang dan benda langit lainnya secara akurat, meskipun ia tidak memiliki pelatihan formal di bidang matematika. Menggabungkan keahlian halus dalam matematika  dengan pengetahuan metalurgi yang luar biasa, wanita perkasa ini menunjukkan keterampilan dan kecerdasan tingkat tinggi sebagaimana dibuktikan oleh kontribusinya terhadap astronomi modern dan  agama Islam.
     Nnedi Okorafor mengungkapkan bahwa ia terinspirasi oleh Mariam Al-Ijliya dan dengan demikian mendasarkan karakter utamanya pada seorang wanita muda bernama sama yang ahli dalam membuat astrolab. Ia mengaku mengetahui karakter wanita perkasa tersebut di sebuah festival buku di Uni Emirat Arab. Sayangnya, informasi sejarah tentang Mariam Al-Ijliya atau Mariam Al-Astrolabe sangat langka, dan astrolabe tersebut tidak pernah ditemukan sebagai jejak sejarah.
      Astrolab pertama kali muncul sebagai instrumen ilmiah yang digunakan untuk menghitung waktu dan mengamati langit. Ada piringan  logam atau kayu dengan keliling yang ditandai dalam derajat. Di tengah piringan berputar sebuah penunjuk portabel yang disebut alidade.Para astronom dapat menghitung posisi bintang-bintang dan matahari sehubungan dengan posisinya di cakrawala dan meridian dengan bantuan astrologi. Penemuan mereka berasal dari Yunani kuno. Namun, mereka banyak digunakan oleh umat Islam dan Eropa pada Abad Pertengahan. Penggunaannya menjadi umum di kalangan pelaut sekitar abad ke-15 hingga sekstan dikembangkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H