Mohon tunggu...
Nurul Assyifa Wardana
Nurul Assyifa Wardana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Universitas Negeri Jakarta

Mahasiswa Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Universitas Negeri Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pengaruh Berkurangnya Intensitas Perpindahan Masyarakat Selama Pembatasan Sosial Berskala Besar terhadap Kondisi Hormon Emosional Masyarakat

13 November 2021   13:29 Diperbarui: 13 November 2021   23:28 236
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: https://kumparan.com/berita-unik/rumus-jarak-dan-perpindahan-beserta-contoh-soal-1ve7AvtLN7v

Oleh: Dr. Ir. Vina Serevina,MM., Nurul Assyifa Wardana, Fisika Dasar, UNJ 2021.

Penggunaan ilmu pengetahuan dalam mengidentifikasi suatu peristiwa dalam kehidupan sehari-hari, terus dikembangkan seiring berjalannya waktu. Hal tersebutlah yang mampu mendorong pelajar dan mahasiswa untuk terus mendalami ilmu yang dipelajari baik di bangku pendidikan maupun di luar bangku pendidikan. Salah satu jenis ilmu yang banyak dipelajari dengan tujuan untuk semakin memahami dasar dari sebuah peristiwa dalam kehidupan adalah ilmu sains. Dikutip dari Science Struck, ilmu sains terdiri dari lima cabang, di antaranya yaitu ilmu astronomi, biologi, kimia, fisika, dan ilmu bumi. Dalam mempelajari ilmu-ilmu tersebut, tak jarang ada cabang ilmu yang dalam pengaplikasiannya menggunakan prinsip kolaborasi atau prinsip saling keterkaitan. Prinsip kolaborasi dalam mempelajari ilmu sains sendiri memiliki manfaat untuk memberikan pemahaman yang lebih mendalam terhadap suatu peristiwa yang terjadi. Salah satu kolaborasi yang sering kita jumpai adalah adanya kolaborasi antara ilmu fisika dan ilmu biologi. Salah satu contoh peristiwa yang berkaitan erat antara ilmu fisika dan ilmu biologi adalah pengaruh pemberlakuan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) terhadap kondisi hormon emosional masyarakat.

Dengan meningkatnya kasus covid-19 di Indonesia, membuat pemerintah menggaungkan kebijakan-kebijakan yang ditujukan untuk menekan kasus covid-19 di Indonesia. Salah satu kebijakan yang diberikan pemerintah selama masa pandemi ini adalah adanya pemberlakuan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar). Pada pembatasan ini, terdapat manfaat yang diharapkan pemerintah yaitu dapat mengurangi jumlah kasus covid-19 di Indonesia. Tentunya, hal ini menjadikan masyarakat dituntut untuk terbiasa dengan kebiasaan baru yang bisa dikatakan sangat berbeda dengan kegiatan pada keadaan normal.

Seiring dengan diberlakukannya kebijakan tersebut, muncul masalah baru yang berkaitan dengan kondisi mental masyarakat. Selama kebijakan ini dijalankan, banyak masyarakat yang merasa terkekang. Kebanyakan masyarakat merasakan dampak negatif dari diberlakukannya kebijakan ini seperti berkurangnya pemasukan bagi para pedagang, kehilangan semangat karena kebanyakan aktivitas dilakukan secara individu di rumah masing-masing, dan masih banyak dampak negatif lainnya. Dampak negatif ini muncul akibat berkurangnya mobilitas yang dilakukan oleh masyarakat.

Dalam ilmu fisika, mobilitas sendiri menggunakan prinsip perpindahan. Perpindahan sendiri merupakan posisi suatu benda pada selang waktu tertentu. Sedangkan mobilitas menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia merupakan gerakan berpindah-pindah atau kesiapsiagaan untuk bergerak. Dari definisi-definisi tersebut bisa kita simpulkan bahwa mobilitas erat kaitannya dengan prinsip perpindahan.

Perpindahan termasuk besaran vektor. Hal ini dikarenakanan pada perpindahan bergantung pada besaran dan arah. Arah yang digunakan pada proses perpindahan biasanya terdiri lebih dari satu arah. Arah-arah ini sering diumpamakan menggunakan variabel yang berbeda-beda.

Sumber: https://kumparan.com/berita-unik/rumus-jarak-dan-perpindahan-beserta-contoh-soal-1ve7AvtLN7v
Sumber: https://kumparan.com/berita-unik/rumus-jarak-dan-perpindahan-beserta-contoh-soal-1ve7AvtLN7v

Pada umumnya, manusia melakukan perpindahan dari satu posisi ke posisi lainnya atas dasar kepentingan pendidikan, pekerjaan, ibadah, kesehatan, hiburan, dan kepentingan-kepentingan lainnya. Rutinitas untuk melakukan perpindahan dari satu tempat ke tempat lainnya, secara tidak langsung memberikan dampak pada kondisi otak manusia. Beberapa kebiasaan mampu memberikan dampak yang baik bagi otak manusia, begitu juga dengan sebaliknya.

Kebiasaan untuk melakukan mobilitas, mampu memberikan beberapa dampak pada kondisi otak manusia. Menurut penelitian yang dilakukan oleh para peneliti dari Universitas Stanford, orang yang sering melakukan kebiasaan di wilayah sibuk perkotaan dapat meningkatkan pemikiran negatif pada orang tersebut. Selain itu juga kondisi perkotaan yang bising mampu menjadi pemicu depresi bagi orang tersebut.

Adanya pengaruh terhadap kondisi emosional seperti depresi, tentunya memiliki kaitan dengan adanya hormon yang mempengaruhi emosi manusia. Hormon tersebut dinamakan hormon serotonin. Hormon serotonin berperan sebagai neurotransmitter atau pengantar sinyal antar jaringan saraf. Jadi, peran serotonin tidak hanya dalam mengontrol emosi manusia saja, melainkan juga memiliki peran pada sistem tubuh manusia seperti pencernaan, proses pembekuan darah, pembentukan tulang, dan fungsi seksual. Sebuah penelitian mengungkapkan bahwa ketidakseimbangan kadar serotonin dalam tubuh memiliki pengaruh suasana hati yang mengarah pada stress dan hingga ke tingkat yang lebih parah lagi seperti depresi.

Sudah menjadi rahasia umum bahwa selama pemberlakuan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar), banyak masyarakat yang merasa bosan dengan kegiatan yang monoton karena dilakukan di dalam rumah dan tingkat interaksi sosial secara langsung juga berkurang. Walaupun berdasarkan penelitian yang dilakukan, mobilitas dapat membuat manusia menjadi depresi, dalam keadaan pandemi ini justru manusia lebih merasa depresi ketika berada di dalam rumah saja. Hal ini didukung dengan adanya fakta yang menunjukan bahwa sebelum diberlakukannya kebijakan PSBB pun atau lebih tepatnya sejak masa pandemi hadir, jumlah pasien gangguan jiwa di Jawa Barat meningkat sebanyak 20 persen sepanjang tahun 2020. Meningkatnya jumlah pasien gangguan jiwa selama masa pandemi ini terjadi akibat tidak sedikitnya masyarakat yang merasa cemas dengan adanya kondisi pandemi ini. Tentunya, kondisi ini merupakan kondisi yang cukup memprihatinkan.

Padahal masih banyak cara yang dapat dilakukan untuk tetap menjaga kondisi kesehatan mental kita selama masa pandemi, khususnya selama pemberlakuan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar). Beberapa cara yang bisa dilakukan di antaranya adalah dengan merencanakan kegiatan yang disukai selama melakukan kegiatan di dalam rumah, tetap menjaga interaksi dengan dunia luar melalui perantara media sosial, melakukan olahraga di dalam rumah dan selalu mengonsumsi makanan yang bernutrisi untuk mendukung produksi hormon serotonin yang ada di dalam tubuh. Cara-cara tersebut dinilai ampuh untuk tetap membuat keadaan mental dan hati kita tetap sehat selama pemberlakuan kebijakan  PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar).

Kesimpulan yang bisa diambil dari peristiwa ini adalah kita harus tetap berusaha untuk menjaga kondisi mental dengan memperhatikan asupan nutrisi selama diberlakukannya masa PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) dan melakukan kegiatan bermanfaat selama di rumah agar kondisi hormon dalam tubuh kita tetap stabil. Sehingga, dengan kita melakukan hal-hal tersebut dapat membuat kita sebagai masyarakat tetap dalam keadaan yang bahagia walaupun melakukan mobilitas dengan intensitas yang lebih sedikit dari pada biasanya.

Sumber referensi:

Marianti. Cara Meningkatkan Hormon Serotonin untuk Menghindari Depresi. https://www.alodokter.com/cara-meningkatkan-hormon-serotonin-untuk-menghindari-depresi.

Nugraha, Arie. Selama Pandemi Covid-19, Jumlah Pasien Gangguan Jiwa di Jabar Meningkat.https://www.liputan6.com/health/read/4682090/selama-pandemi-covid-19-jumlah-pasien-gangguan-jiwa-di-jabar-meningkat.

Putri,ArumS.5CabangIPA.https://www.kompas.com/skola/read/2020/07/21/201500669/5-cabang-ipa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun