Dalam konteks ini, peran teman sebaya sangat besar. Teman sebaya yang mendukung dan memberi perhatian dapat membantu anak untuk lebih percaya diri dalam berbagi perasaan dan membangun keterampilan sosial. Sebaliknya, pengalaman buruk seperti perundungan atau isolasi sosial dapat menyebabkan masalah dalam perkembangan emosional dan sosial anak, bahkan dapat berdampak pada kesehatan mental mereka di kemudian hari.
4. Faktor Budaya dan Lingkungan Sosial
Budaya merupakan faktor eksternal lain yang sangat mempengaruhi cara anak memahami dan mengungkapkan emosi mereka. Dalam beberapa budaya, ekspresi emosi seperti marah atau sedih mungkin lebih diterima, sementara dalam budaya lain, ekspresi tersebut mungkin dianggap tidak sopan atau harus dibatasi. Hal ini dapat mempengaruhi cara anak-anak belajar untuk mengelola dan mengungkapkan perasaan mereka.
Misalnya, dalam budaya kolektivistik yang menekankan pentingnya keharmonisan kelompok dan kepentingan bersama, anak-anak cenderung belajar untuk menekan ekspresi emosi yang dapat merusak hubungan sosial, sementara dalam budaya individualistik, kebebasan berekspresi lebih didorong. Oleh karena itu, konteks budaya memberikan pengaruh signifikan terhadap pengembangan keterampilan sosial anak, terutama dalam hal komunikasi dan pemahaman terhadap perasaan orang lain.
Lingkungan sosial yang lebih luas juga mempengaruhi perkembangan sosial emosional anak. Akses ke layanan sosial, peran masyarakat, dan tingkat keamanan dalam lingkungan tempat tinggal dapat memengaruhi seberapa baik anak dapat berkembang secara emosional dan sosial. Anak-anak yang tumbuh di lingkungan yang aman dan mendukung cenderung memiliki perkembangan emosional yang lebih positif dibandingkan dengan anak-anak yang tumbuh di lingkungan yang penuh dengan stres atau kekerasan.
5. Pendidikan dan Pengaruh Sekolah
Sekolah adalah lingkungan sosial kedua setelah keluarga yang memiliki peranan penting dalam membentuk perkembangan sosial emosional anak. Sekolah tidak hanya berfungsi sebagai tempat untuk memperoleh ilmu pengetahuan, tetapi juga sebagai tempat di mana anak-anak belajar berinteraksi dengan orang lain, mengelola perasaan mereka, serta memahami norma sosial yang berlaku dalam masyarakat.
Guru dan pendidik memiliki peran penting dalam mengembangkan keterampilan sosial anak. Sebagai figur otoritas yang memiliki kedekatan emosional dengan siswa, guru dapat memberikan contoh dalam hal pengelolaan emosi dan perilaku sosial yang positif. Selain itu, program pembelajaran yang menekankan pengembangan kecerdasan emosional, seperti pelatihan untuk mengenali dan mengelola emosi, sangat penting dalam mempersiapkan anak untuk berinteraksi dengan dunia luar secara efektif.
6. Teknologi dan Media Sosial
Dalam beberapa tahun terakhir, pengaruh teknologi dan media sosial juga mulai diakui sebagai faktor yang mempengaruhi perkembangan sosial emosional anak. Sementara media sosial dapat memberi anak-anak kesempatan untuk berinteraksi dengan teman-teman mereka secara virtual, penggunaan yang berlebihan atau tidak sehat dapat berisiko menyebabkan masalah dalam pengelolaan emosi. Anak-anak yang terlalu sering menggunakan perangkat elektronik dapat mengalami kesulitan dalam mengembangkan keterampilan sosial secara langsung, seperti komunikasi tatap muka atau kemampuan membaca isyarat non-verbal.
Selain itu, perbandingan sosial yang sering terjadi di media sosial dapat menyebabkan perasaan cemas atau rendah diri pada anak-anak, yang berdampak negatif pada perkembangan emosional mereka.