Mohon tunggu...
Nurul Annisa
Nurul Annisa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Jurusan Ilmu Hubungan Internasional UPN Veteran Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Mei 2024, Menjadi Bulan dengan Rekor Suhu Terpanas Sepanjang Sejarah

7 Juni 2024   12:45 Diperbarui: 7 Juni 2024   12:45 280
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: climate.copernicus.eu

Tahun 2023 tercatat sebagai tahun terpanas, didorong oleh perubahan iklim yang disebabkan oleh aktivitas manusia, serta dipengaruhi oleh fenomena El Niño. Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) memperkirakan bahwa setidaknya satu tahun antara sekarang dan 2028 kemungkinan besar akan melebihi 1,5°C di atas level pra-industri. Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, menyatakan bahwa planet kita sedang mencoba memberi tahu kita sesuatu, tetapi kita tampaknya tidak mendengarkan.

Dampak Ekstrem terhadap Masyarakat
Pemanasan global menyebabkan pola cuaca yang semakin ekstrem, dengan perubahan iklim yang terkait dengan gelombang panas yang lebih panjang dan lebih panas, curah hujan yang lebih deras di beberapa tempat, serta kondisi yang memicu kekeringan dan kebakaran hutan di tempat lain. Di India, beberapa minggu terakhir telah mengalami gelombang panas yang tidak henti-henti, dengan suhu yang mencapai sekitar 50 derajat Celsius di beberapa bagian, telah menewaskan setidaknya 50 orang, peningkatan kasus suhu panas, dan memaksa beberapa sekolah untuk ditutup.

Di Brazil, curah hujan yang meningkat akibat pemanasan global menyebabkan banjir parah yang berdampak pada wilayah sebesar Inggris, menggusur sekitar 600.000 orang. Dengan korban, yang paling rentan yaitu orang tua, penyandang disabilitas, dan anak-anak  yang paling berisiko terkena dampak perubahan iklim.

Aksi Iklim Internasional yang Mendesak

Lebih dari 6.000 delegasi akan menjadi bagian dalam menyerukan terkait iklim, yang diadakan di Bonn, Jerman, untuk meletakkan dasar bagi tujuan keuangan baru yang akan diputuskan pada KTT COP 29 di Baku, Azerbaijan, akhir tahun 2024 ini. Negara-negara berkembang, yang memberikan kontribusi paling sedikit terhadap perubahan iklim, menghadapi dampak terbesar. Pemerintah di negara-negara ini meminta lebih banyak dana untuk mengurangi emisi karbon dioksida mereka, tetapi juga untuk membantu komunitas mengatasi peristiwa cuaca ekstrem.

Selain menyerukan peningkatan pendanaan, ada kebutuhan untuk mengurangi pemakaian bahan bakar fosil secara bertahap, dengan memberi ruang bagi negara-negara berkembang untuk melakukan transisi secara bertahap. Meskipun hal ini tidak akan menghentikan kenaikan suhu dalam jangka pendek. Untuk rencana tujuan jangka panjang yaitu penghentian pembakaran bahan bakar fosil, karena untuk mencegah dampak terburuk dari perubahan iklim.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun