Mohon tunggu...
Nurul Amandaputri
Nurul Amandaputri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Membaca novels dan buku

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Teori psikososial Erik Erikson

19 Januari 2025   16:02 Diperbarui: 19 Januari 2025   16:02 17
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

*Teori psikososial Erik Erikson*

Teori psikososial Erik Erikson adalah salah satu pendekatan utama dalam psikologi perkembangan yang menggambarkan perjalanan manusia dari lahir hingga akhir hayat. Erikson mengemukakan bahwa perkembangan manusia terjadi dalam delapan tahap kehidupan, di mana setiap tahap melibatkan konflik atau tantangan psikososial yang harus diselesaikan individu untuk berkembang secara sehat. Penyelesaian konflik ini akan memengaruhi kepribadian dan kesejahteraan seseorang.

Berikut adalah penjelasan tentang delapan tahap perkembangan psikososial Erikson:

1. Tahap Kepercayaan vs Ketidakpercayaan (0--1 tahun)

Tahap ini terjadi pada masa bayi, di mana bayi bergantung pada pengasuh untuk memenuhi kebutuhan dasar, seperti makanan, kasih sayang, dan keamanan. Jika kebutuhan ini dipenuhi dengan konsisten, bayi akan mengembangkan rasa percaya terhadap dunia. Sebaliknya, ketidakpercayaan akan muncul jika kebutuhan tersebut tidak terpenuhi atau pengasuhan tidak memadai. Kepercayaan yang berkembang di tahap ini menjadi dasar bagi hubungan interpersonal di masa depan.

2. Tahap Otonomi vs Rasa Malu dan Ragu (1--3 tahun)

Pada tahap ini, anak mulai mengeksplorasi lingkungan sekitar dan belajar mengendalikan diri, seperti berjalan, berbicara, dan menggunakan toilet. Jika anak didukung dalam eksplorasi dan diberikan kebebasan yang sesuai, mereka akan mengembangkan rasa otonomi atau kemandirian. Namun, jika mereka terlalu dikekang atau sering dipermalukan, rasa malu dan keraguan terhadap kemampuan diri dapat berkembang.

3. Tahap Inisiatif vs Rasa Bersalah (3--6 tahun)

Pada masa ini, anak mulai mengembangkan rasa inisiatif dengan mengambil peran dalam berbagai aktivitas, seperti bermain atau memulai proyek sederhana. Jika dorongan mereka untuk bertindak didukung, mereka akan merasa percaya diri. Namun, jika mereka sering dikritik atau dilarang, rasa bersalah dapat muncul, yang dapat membatasi kreativitas dan keberanian mereka di kemudian hari.

4. Tahap Kerajinan vs Rasa Rendah Diri (6--12 tahun)

Tahap ini berfokus pada perkembangan keterampilan dan kompetensi, baik di sekolah maupun di lingkungan sosial. Anak yang merasa mampu menyelesaikan tugas dan mendapatkan pengakuan akan mengembangkan rasa kerajinan. Namun, jika mereka gagal atau merasa inferior dibandingkan teman-temannya, rasa rendah diri dapat berkembang.

5. Tahap Identitas vs Kebingungan Peran (12--18 tahun)

Masa remaja adalah periode pencarian identitas diri. Remaja mencoba memahami siapa mereka, apa yang mereka yakini, dan bagaimana mereka ingin menjalani hidup. Jika mereka berhasil menemukan identitas yang jelas, mereka akan mengembangkan rasa diri yang kuat. Sebaliknya, kebingungan peran dapat muncul jika mereka gagal menemukan arah atau merasa terombang-ambing.

6. Tahap Intimasi vs Isolasi (18--40 tahun)

Pada tahap dewasa awal, fokus utama adalah membangun hubungan intim yang bermakna, seperti persahabatan mendalam atau pernikahan. Orang yang berhasil menjalin hubungan yang sehat akan merasakan keintiman dan koneksi emosional. Sebaliknya, isolasi dapat terjadi jika mereka merasa kesepian atau sulit mempercayai orang lain.

7. Tahap Generativitas vs Stagnasi (40--65 tahun)

Tahap ini ditandai dengan keinginan untuk memberikan kontribusi kepada generasi berikutnya, misalnya melalui pekerjaan, keluarga, atau kegiatan sosial. Jika individu merasa mampu memberikan dampak positif, mereka akan merasakan generativitas. Namun, stagnasi dapat muncul jika mereka merasa hidup tidak bermakna atau tidak produktif.

8. Tahap Integritas vs Keputusasaan (65 tahun ke atas)

Pada tahap akhir kehidupan, individu merefleksikan perjalanan hidup mereka. Jika mereka merasa puas dengan pencapaian dan menerima kekurangan dengan lapang dada, mereka akan merasakan integritas dan kedamaian batin. Sebaliknya, keputusasaan dapat muncul jika mereka merasa hidup penuh penyesalan atau tidak memiliki arti.

*Relevansi Teori Erikson*

Teori Erikson memiliki implikasi luas dalam berbagai bidang, seperti pendidikan, psikologi klinis, dan konseling. Setiap tahap memberikan wawasan tentang bagaimana pengalaman masa lalu dapat memengaruhi perkembangan individu. Pentingnya pengasuhan, lingkungan sosial, dan dukungan emosional dalam setiap tahap menjadi sorotan utama dalam teori ini.

Secara keseluruhan, Erikson mengajarkan bahwa perkembangan manusia bersifat dinamis dan berlangsung sepanjang hayat. Setiap konflik psikososial yang berhasil diselesaikan akan memperkuat kepribadian dan memungkinkan individu menghadapi tantangan berikutnya dengan lebih baik.

*Kesimpulan Teori Psikososial Erik Erikson:*

Teori psikososial Erik Erikson menjelaskan bahwa perkembangan manusia berlangsung sepanjang hayat dan dipengaruhi oleh konflik atau tantangan psikososial di setiap tahap kehidupan. Teori ini terdiri dari delapan tahap yang mencakup berbagai aspek kehidupan, mulai dari masa bayi hingga usia lanjut.

Setiap tahap memiliki krisis atau konflik utama yang harus diselesaikan untuk mencapai pertumbuhan psikologis yang sehat. Konflik ini melibatkan dualitas, seperti kepercayaan vs ketidakpercayaan atau identitas vs kebingungan peran. Resolusi yang positif menghasilkan kekuatan psikologis, sedangkan kegagalan dapat menyebabkan kesulitan emosional dan sosial di kemudian hari.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun