Mohon tunggu...
Nurul Ali
Nurul Ali Mohon Tunggu... Freelancer - Virtual Traveler, Pecinta Sayuran dan suka isu lingkungan tapi masih awam.

Penulis amatir goes to professional dan baru terkejut pentingnya menulis.

Selanjutnya

Tutup

Diary

Ngga Mungkin Ngga, Aku Pernah Punya Impian Liburan Seperti Ini, Kamu?

17 November 2021   23:20 Diperbarui: 17 November 2021   23:48 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ini cerita singkat saat perjalanan tugas sekaligus liburan dadakan tanpa perencanaan tapi seru banget. Gimana ngga, jadi ceritanya, dulu tuh pernah punya keinginan untuk solo traveling tanpa perencanaan dan bertemu orang-orang baru lalu sekaligus mendapatkan cerita inspirasi.

Nah, beberapa bulan lalu, keinginan itu terwujud. Aku punya kesempatan untuk mendapatkan pengalaman itu plus masih membekas di ingatan.

Ceritanya, aku mendapatkan kesempatan menjadi salah satu peserta fellowship dan menulis untuk tema perubahan Iklim, mengangkat kisah Inspirasi para perempuan penjaga hutan di tanah Gayo.

Usai melakukan tugas, aku memutuskan untuk tinggal sehari lagi di sana, untuk liburan singkat dan mungkin aku  bisa menemukan cerita-cerita menarik lain. Ternyata, keinginan itu terwujud karena aku menemukannya. 

Tapi kali ini aku ingin bercerita tentang seorang Bapak yang mempromosikan wisata kotanya dengan caranya sendiri. Namun  sayang aku kehilangan kontak, jadi tahu lagi namanya).  Bapak tersebut adalah seorang nelayan udang Lobster di danau Lut tawar Takengon.

Yuk baca ceritaku,


Dok. Pribadi
Dok. Pribadi


Setelah urusan pekerjaan selesai, aku berkunjung ke Danau Lut Tawar, ini merupakan wisata alam yang indah dan destinasi yang ramai dikunjungi, melihat pemandangan dan mengabadikan beberapa foto pemandangan. Aku melihat Bapak tersebut sedang sibuk menarik tali yang  mengikat botol minuman isi ulang, memeriksa dan mengambil sesuatu dari dalamnya dan memindahkannya ke ember di perahunya, lalu botol tersebut di kembalikan ke dalam danau.

Setelah selesai dari satu titik, ia lalu mendayung sampannya ke titik lain, ia mengulangi pekerjaan seperti sebelumnya. Aku penasaran, apa yang ia ambil karena bentuknya tidak seperti ikan.

Memberanikan diri untuk memanggil si Bapak dan menanyakan apa yang ia ambil, serta meminta apakah boleh untuk ikut melihat aktivitasnya (dengan maksud sebagai penumpang yang membayar).

Aku diizinkan, ternyata hasil tangkapan adalah udang Lobster (Cherax  sp) air tawar, selama perjalanan, Ia banyak bercerita tentang keseharian sebagai nelayan di danau Lut Tawar dan cerita mengispirasi lainnya.

Dok. Pribadi
Dok. Pribadi

Usai mengambil tangkapan. Aku juga berkesempatan untuk berkunjung ke rumah perahu tempat ia bekerja sebagai penjaga keramba jaring apung. Senang, karena dapat melihat langsung usaha perikanan air tawar. Jenis ikan yang di budidaya pun berbeda-beda, seperti ikan Nila, ikan Mas dan ikan Mujair jumbo. Mengemaskan, ikan-ikan di dalam keramba melompat dan saling berebut saat diberi makan.

Aku disuguhi  kopi Gayo dan udang Lobster hasil tangkapan tadi, senang sekali karena benar-benar perjalanan tak terduga seperti impianku. 

Di balik bukit, langit terlihat gelap dan berarak pelan ke tengah danau, cuaca di kota ini sulit ditebak, mungkin juga  karena faktor Geografis wilayah yang berada di ketinggian 1200 meter di atas permukaan laut sehingga lebih sering hujan.

Aku memutuskan untuk segera kembali ke darat sebelum hujan turun. Aku diantar  oleh Bapak tersebut sampai ke tepi danau. Ia tidak mengizinkan untuk dibayar, ia juga mengatakan ini sebagai salah satu caranya mengenalkan Takengon ke wisatawan, agar saat kembali ke kota asalnya, ada cerita menarik yang akan diceritakan, sehingga orang lain pun akan tertarik untuk berkunjung ke sana.

Bersahaja, aku menemukan praktik "peu mulia jamee adat geutanyoe" (Memuliakan tamu adalah adat kita) pada dirinya, sederhana namun berarti.

Aku merenung, andai aku tidak memberanikan diri untuk menyapa, mungkin aku tidak akan mendapatkan pengalaman berharga ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun