Judul Buku : Ketika Sejarah Berseragam, Membongkar Ideologi Militer Dalam Menyusun Sejarah Indonesia.
Penulis : Katharine E McGrego
Penerbit : Syarikat
Buku "Ketika Sejarah Berseragam" memiliki kajian militer dengan mencermati lembaga militer yang khusus yaitu Pusat Sejarah ABRI dan proyek-proyek kajian ini menyajikan rekaman dan analisis mengenai daya upaya militer untuk membangun citra yang ditunjukkan baik kepada Anggota militer maupun kepada masyarakat yang lebih luas. Kelemahan penting yang sering dijumpai mengenai militer Indonesia adalah faktor Gender. Hal ini terdapat penjabaran dua Model Militer tentang Feminitas yang dipaparkan dalam representasi wanita selama dua periode penting dalam revolusi 1945-1949, masa transisi Orde Baru, dan beberapa model Maskulinitas yang diadopsi oleh militer
Representasi militer atas masa lampau penting untuk dikaji karena militer menempati posisi yang tinggi dalam masyarakat Indonesia yang disebabkan oleh peran ganda mereka dalam bidang pertahanan dan bidang sosiopolitik. Militer, khususnya Angkatan Darat telah menempati kedudukan istimewa dalam bidang politik nasional sejak pertengahan tahun 1950-an dan seterusnya dan karena itu mereka merupakan salah satu kekuatan yang paling signifikan dalam sejarah Indonesia baru. Pemberlakuan hukum militer dalam keadaan darurat antara 1957 dan 1963 memperbesar wewenang militer atas pemerintahan lokal.
Buku "Ketika Sejarah Berseragam" juga menggambarkan perilaku politik di belakang representasi beberapa periode yang paling berpengaruh dalam Sejarah Indonesia termasuk Perang Kemerdekaan 1945-1949, Pemberontakan Darul Islam pada tahun 1950-an dan 1960-an, tahun-tahun Radikal selama Era Demokrasi Terpimpin, Usaha kudeta tahun 1965, Masa transisi yang terkait dengan kudeta ke era rezim Soeharto (termasuk pembunuhan massal anti komunis), dan Perebutan kekuasaan antara kekuatan Islam dan kekuatan sekuler di tahun 1980-an. Fokus Buku ini sebagai Representasi Sejarah yang dibuat dalam masa Orde Baru dengan adanya perbandingan dengan Sejarah Demokrasi Terpimpin dan Masa Sebelumnya.
Setelah zaman Orde Baru di Indonesia karya-karya kebenaran Sejarah mulai secara terbuka dibuat oleh Negara. Hal ini menunjukkan bahwa Sejarah pada periode Orde Baru dijaga sangat ketat karena pers saat itu belum diketahui banyak orang dan disensor. Militer Indonesia masa Orde Baru sering digambarkan sebagai pihak yang tidak kenal kompromi dan memaksa kehendak para warga negara melalui kekerasan. Namun demikian dalam ranah ideologi kegiatan pusat sejarah ABRI membuktikan bahwa mereka memperhatikan citra mereka dan terus berusaha memperbaiki citranya mereka kepada rakyat.
Tentara Indonesia telah bekerja keras untuk menanamkan pandangan militerisme zaman Orde Baru (1966-1998). Banyak orang Indonesia yang sudah tertanam persepsi bahwa militer merupakan pimpinan bangsa yang terbaik. Salah satu akibat dari dominasi militer dalam ranah politik ialah bahwa proyek-proyek Pusat Sejarah ABRI, tidak hanya ditunjukkan kepada tentara masyarakat sipil, juga diharapkan taat pada versi yang dibesar-besarkan mengenai peran militer dalam sejarah. Kajian militer Indonesia memusatkan perhatian terutama pada peran ganda Militer yang menggabungkan peran politik dan peran pertahanan. Lalu, dalam evolusi militer Indonesia dalam ranah politik, memusatkan diri pada suatu jangka waktu tertentu yang terdapat sejumlah kajian yang perhatian kepada Ideologi Militer.
Buku ini juga berisi mengenai Representasi Sejarah yang dibuat dalam masa Orde Baru dengan adanya beberapa perbandingan dengan Sejarah Demokrasi Terpimpin dan Sejarah Masa Sebelumnya. Setelah zaman Orde Baru di Indonesia karya-karya kebenaran Sejarah mulai secara terbuka dibuat oleh Negara. Hal ini menunjukkan bahwa Sejarah pada periode Orde Baru benar-benar dijaga ketat karena pers saat itu belum diketahui banyak orang dan disensor. Buku Sejarah Berseragam" mengungkapkan kisah di belakang proyek-proyek sejarah. Buku ini memeriksa militer melukiskan masa lampau Indonesia yang dijumpai dalam berbagai sarana termasuk museum, monumen, hari-hari peringatan, film dan teks-teks yang tertulis di Sejarah Nasional Indonesia.
Museum-museum adalah produk dari sebuah organisasi militer yang tersentralisasi dan pendiriannya menjadi tanggung jawab langsung Pusat Sejarah Angkatan Bersenjata yaitu Museum ABRI Satria Mandala (1972), Museum Monumen Pancasila Sakti (1982), Museum Waspada Purbawisesa (1987), Museum Keprajuritan Nasional (1987), Museum pengkhianatan PKI (1993). Koleksi yang dimiliki museum meliputi barang peninggalan, replika barang, peninggalan foto, dan senjata yang digunakan sejak perang kemerdekaan. Museum-museum pusat Sejarah Angkatan Bersenjata banyak sekali menggunakan Diorama.
Monumen dan Hari peringatan serta beberapa kegiatan lainnya merupakan cara lain yang digunakan militer untuk mencoba mengemukakan versi mereka tentang masa lalu kepada masyarakat. Hal ini tujuannya untuk membuat militer tampak sebagai pemberani dan mendorong masyarakat menerima peran militer dalam ranah politik sebagai pelindung bangsa. Hari-hari peringatan adalah bagian yang penting dari kegiatan untuk mengingatkan hari peringatan nasional di Indonesia yang terdiri dari banyak sekali jumlahnya beberapa diantaranya yaitu Hari Kebangkitan Nasional (20 Mei), Hari Kartini (21 April), Hari Kemerdekaan (17 Agustus), Hari Kesaktian Pancasila (1 Oktober) dan lain-lain.