Mohon tunggu...
Nurul Ashri Fathia
Nurul Ashri Fathia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Menjadi Bermanfaat

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Diskusi Santai tentang Stigma yang Berkembang di Masyarakat Jawa dan Sunda melalui Film "Dad I Just Wanna Say Something"

17 Desember 2022   22:26 Diperbarui: 17 Desember 2022   22:31 250
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada 13 November 2022 lalu, kami para mahasiswa yang tergabung dalam kelompok 2 Modul Nusantara program Pertukaran Mahasiswa Merdeka 2022 melakukan refleksi berupa diskusi film bersama para mahasiswa dari program studi Film dan Televisi Universitas Pendidikan Indonesia. 

Pada sesi diskusi ini, kami membahas tentang kultur, seni, serta sosial budaya melalui film hasil garapan para mahasiswa dari prodi tersebut. Film ini berjudul "Dad I Just Wanna Say Something" merupakan sebuah karya dalam rangka pemenuhan tugas akhir bagi mahasiswa prodi film dan televisi. Luthfi Suwandono, Nadia Jihan Fadila, Devi Novitasari, Mardianto Albertus dan Boyke Devit, merupakan nama-nama mahasiswa hebat yang terlibat langsung dalam pembuatan fil dokumenter ini. Sebab film ini telah ditayangkan bahkan hingga keluar kota Bandung.

Film dokumenter "Dad I Just Wanna Say Something" mengangkat kisah tentang sepasang kekasih yang menghadapi tantangan berupa restu dari kedua orang tua mereka ketika keduanya ingin melakukan pernikahan. Sebab latar belakang keduanya yang berasal dari dua suku yang berbeda yakni Jawa dan Sunda, sehingga orang tua sang wanita menentang pernikahan tersebut. Adanya stigma bahwa pernikahan yang terjadi antara kedua suku ini akan menyebabkan hadirnya keretakan dalam rumah tangganya kelak, menjadi penyebab masalah tersebut muncul. 

Sehingga, harapan sang direktor film ini bermaksud ingin membuka pikiran masyarakat tentang perkara cinta, bahwa cinta sejatinya akan dipertemukan bukan dijodohkan. Hal yang ingin ditonjolkan dari film ini juga ialah tentang restu orang tua, terlepas dari malapetaka yang diyakini akan hadir jika melanggar aturan tak tertulis tersebut. Sejarah beredarnya mitos diantara kedua suku tersebut, konon terjadi karena adanya kesalahpahaman antar leluhur Sunda dan Jawa. Sehingga dapat disimpulkan bahwa hal tersebut tidak memiliki kaitan dengan penentuan nasib seseorang kedepannya. Penelitian dilapangan pun telah banyak membuktikan bahwa dimasa modern ini, banyak terjadi pernikahan antara Sunda dan Jawa yang memiliki akhir pernikahan yang bahagia.

Dokpri
Dokpri

Terlepas dari berbagai mitos yang ada, sebagai bagian dari bangsa yang memiliki keberagaman dari berbagai aspek sepatutnya mampu membuat kita saling menghargai perbedaan tersebut. Namun, kita juga harus mampu untuk memilih dan memilah sekiranya apakah hal-hal tersebut baikm untuk diikuti bahkan dipertahankan atau memanglah harus dihilangkan sebab tak mendatangkan manfaat melainkan mudarat. Salam toleransi untuk kita semua...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun