Museum Konferensi Asia Afrika dulunya bernama Gedung Merdeka. Sesuai dengan namanya, museum ini merupakan tempat terlaksananya sebuah peristiwa besar yang melibatkan hingga 29 Negara didalamnya. Peristiwa tersebut ialah Konferensi Tingkat Tinggi Asia Afrika (KTT Asia Afrika) yang berlangsung pada 18-24 April 1955 di Bandung, Jawa Barat. Konferensi Asia-Afrika merupakan cikal bakal adanya gerakan Non-Blok pertama.
Konferensi Asia Afrika adalah suatu babakan baru dalam sejarah dunia, di mana pemimpin-pemimpin bangsa Asia dan Afrika berkumpul di negerinya sendiri untuk merundingkan masalah-masalah yang menjadi kepentingan bersama serta untuk menumbuhkan solidaritas Asia Afrika. Hal yang melatarbelakangi lahirnya Konferensi Asia Afrika ialah berawal dari terjadinya Perang Dunia II yang dimulai pada tanggal 1 September 1939. Setelah peristiwa meletusnya perang dunia II terciptalah dua kubu yang saling adu kekuatan yakni Blok Barat yang kapitalis dan Blok Timur yang komunis. Keadaan dunia saat itu dapat dikatakan jauh dari kata baik-baik saja,sebab permusuhan diantara bangsa-bangsa di dunia masih terjadi bahkan memunculkan masalah baru di beberapa belahan dunia.Â
Apartheid sebagai bentuk sistematis pada diskriminasi ras adalah salah satu bentuk permasalahan yang muncul kala itu. Apartheid dipraktekkan oleh Pemerintah Afrika Selatan dan menjadi suatu kebijakan pada tahun 1948, di mana orang-orang kulit hitam tidak memiliki hak dasar/fundamental dan kebebebasan. Selain itu, Konferensi Asia Afrika dilaksanakan ketika bangsa-bangsa di dunia dilanda kehawatiran akibat semakin dikembangkannya senjata pemusnah nuklir yang bisa menghancurkan umat manusia secara masal dan akan timbulnya Perang Dunia III.
Di tengah-tengah situasi seperti itulah bangsa Indonesia tampil memprakarsai diadakannya Konferensi Asia Afrika, walaupun bangsa tersebut baru berusia sepuluh tahun merdeka. Kemudian, pemerintah Indonesia mengadakan penjajagan ke baerbagai negara di Asia Afrika. Atas undangan Perdana Menteri Indonesia, para perdana menteri beberapa negara mengadakan pertemuan di Bogor. Konferensi Bogor ini membicarakan persiapan Konferensi Asia Afrika. Konferensi tersebut berhasil merumuskan kesepakatan tentang agenda dan negara-negara yang diundang pada Konferensi Asia Afrika.
Hari Senin pagi tanggal 18 April 1955, para delegasi berjalan kaki dari Hotel Homann dan Preanger menuju Gedung Merdeka. Perjalanan ini kemudian dikenal dengan sebutan "Bandung Walk", yang bermakna bahwa setiap langkah mereka akan menentukan jalannya sejarah bangsa-bangsa Asia dan Afrika. Konferensi Asia Afrika terus berlangsung hingga 24 April 1955. Hasil dari konferensi ini kemudian tertuang dalam apa yang disebut Dasasila Bandung, yang berisis sepuluh poin penting tentang "pernyataan mengenai dukungan bagi kerukunan dan kerjasama dunia".Â
Sebagai perkembangan semangat dan cita-cita Konferensi Asia Afrika, Gerakan Non-Blok lahir enam tahun setelah konferensi berlangsung. Gerakan ini tidak hanya meliputi negara-negara di Asia dan Afrika saja, tetapi juga Negara-negara Amerika Latin, beberapa Negara Eropa dan Pasifik. Mereka dipersatukan oleh kesamaan pandangan untuk tidak memihak pada salah satu blok.
Dampak positif dari dilaksanakannya konferensi Asia Afrika masih dapat dirasakan hingga saat ini, seperti terciptanya perdamaian dunia serta berkurangnya diskriminasi ras walaupun masih belum hilang sepenuhnya dari dunia ini. Kini setelah 67 tahun berlalu, kita masih dapat melihat dan mempelajari banyak hal yang bernilai sejarah, politik, budaya serta nilai-nilai penting lainnya dengan mengunjungi Museum Konferensi Asia Afrika yang terletak di kota Bandung, Jawa Barat.
  Â
Gong Perdamaian,
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H