Mohon tunggu...
Nurul Aisyah
Nurul Aisyah Mohon Tunggu... -

Menjadi diri sendiri adalah menjalani peran yang diberi tuhan dengan sebaik-baiknya. maksimalkan potensi! ~Nurul Aisyah~

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Analisis Virus Merah Jambu

30 Oktober 2011   10:14 Diperbarui: 26 Juni 2015   00:17 171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jujurlah…

Berbicaralah dari hati sekarang karena konon kau tidak bisa membohongi hati, apabila kau munafik, tidak mengakaui suara hati, kau tidak akan sepenuhnya menjadi orang yang beruntung.

Baik, ini pembicaraannya: kau mencintainya.

Entah sejak kapan kau membohongi diri dengan menggelengkan kepala agar kau bisa terhindar dari perasaan itu, tapi sayang hatimu yang berkepala baja itu seenaknya mendesakmu untuk cepat-cepat mengkauinya.

Satu hal yang betul-betul kau akui bahwa ini adalah cinta, kau benar-benar tidak memiliki alasan untuk mencintainya. Ketika orang mencintai karena tingkah lakunya, atau wajahnya yang tampan dan bisa membuat Juliet Capulet menghianati Romeo, atau karena matanya yang bercahaya seperti intan, sangat menyilaukan, kau sebaliknya. Kau bahkan tidak tahu bagian dia sebelah mana yang berhasil menggodamu, yang berhasil membuatmu cemas akan keadaanya, yang membuat bola matamu tergelincir sesaat untuk mencarinya sebelum akhirnya kau kembali pada rutinitasmu. Tanpa sadar kau telah memenuhi syarat seorang philofil, kau mencintainya tanpa syarat.

Ada dua jenis memori visual yang bisa kau alami, pertama ketika kau menghadirkan kembali imaji-imaji yang pernah kau tanam di laboratorium otakmu. Ini seperti saat kau harus menanam penurunan rumus inersia dalam kasus mesin atwood dalam otakmu, lalu kau berusaha menghadirkannya kembali saat UTS, kau menghapalnya, itu merupakan alternatif jika kau tidak berhasil memahaminya

Kedua, ketika kau tiba-tiba terinspirasi oleh replika-replika objek  dari wajah-wajah yang kau cintai, wajah yang menjadi hantu di dapur pikiranmu. Di jenis kedua itulah kau jatuh, kau tidak bisa berlari pada kenyataan, kau seolah-olah terjebak dalam limbo berkepanjangan, tak tahu jalan pulang.

Ah, jangan bohong kawan. Kau memang mencintainya, namun kau tetap tidak mau mengakuinya!

Manusia memiliki dua aspek yang membantunya dalam mengambil keputusan. Pertama emosi dan kedua adalah logika.

Secara emosi kau menikmati emosi ini termasuk menikmati panasnya api-api cemburu yang berhasil membuat janggut santa klaus kebakaran. Kau pikir kaupun begitu, kau akan menikmati sorot matanya yang tiba-tiba menjadi indah, saking menikmatinya, kau tidak sadar bahwa secara biologis pupil matamu membesar pula sebesar mata kucing di malam hari pada saat bulan baru.

Secara emosi, ya kau mencintainya, bayangkan saja, jantungmu pasti tidak bisa menolak untuk meledak saat dia tersenyum wajar kearahmu, senyuman simetris bersahabat selama 2 detik ke arahmu dan ternyata itu berhasil membuat jam tidurmu molor selama 2 jam karena memikirnya! Ya, walau mungkin dia tidak pernah memikirkanmu walau hanya 0.000…1 detik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun