Mohon tunggu...
Nurul Husna
Nurul Husna Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Mahasiswi UIN Ar-Raniry Banda Aceh Fakultas Psikologi Prody Psikologi

:)

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Penyebab dan Penyelesaian School Refusal pada Anak-anak

21 Desember 2021   20:19 Diperbarui: 21 Desember 2021   20:37 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Penyebab dan Penyelesaian School Refusal pada Anak-anak

Oleh:

Nurul Husna

Mahasiswi UIN Ar-Raniry Banda Aceh Fakultas psikologi Prody Psikologi

Sekolah adalah sarana pendidikan yang bertujuan untuk mengajar meningkatkan perkembangan jasmani dan rohani anak. Peristiwa masuk sekolah pertama kali merupakan langkah maju dalam kehidupan anak. Peristiwa ini dapat menjadi suatu peristiwa yang menegangkan, menakjubkan, menakutkan, menyenangkan atau menimbulkan rasa asing bagi anak.

Anak usia 6 tahun sudah dianggap matang untuk belajar di sekolah dasar, tapi ternyata tidak semua anak siap untuk pergi ke sekolah. Karena di sekolah terdapat individu-individu yang belum pernah bersama dan bergaul dengannya dalam kehidupan keluarga. Anak-anak yang akan pergi ke sekolah membawa beban-beban emosional tertentu seperti rasa cemas atau takut, jika dibiarkan akan menimbulkan beberapa tingkah laku yang tidak normal, seperti school refusal.

Apa itu school refusal ?

School refusal adalah masalah emosional yang dimanifestasikan dengan ketidakinginan anak untuk menghadiri sekolah dengan menunjukkan simptom fisik, yang disebabkan karena kecemasan berpisah dari orang terdekat, karena pengalaman negatif di sekolah atau karena punya masalah dalam keluarga.

School refusal pertama kali digunakan di Inggris, istilah ini menggambarkan siswa/i yang menolak untuk pergi ke sekolah karena beberapa hal seperti tekanan emosional. School refusal tidaklah sama dengan bolos sekolah, Karena pada umumnya bolos sekolah tidak merasa takut terhadap sekolah. Mereka tidak ingin pergi ke sekolah karena ingin melakukan hal-hal yang lebih disukainya. Bolos sekolah tidak hanya terjadi pada anak-anak saja tetapi juga terjadi pada remaja.

Joel L. Young, MD., mengungkapkan di laman psychology, penolakan bersekolah terjadi pada anak antara usia 5 hingga 6 tahun, kemudian terjadi lagi antara 10 dan 11 tahun. Kita bisa mengenali gejala lain anak yang menolak bersekolah, antara lain yaitu:

1.Jika berada disekolah sering mengeluh sakit, tapi saat berada dirumah sakitnya akan hilang. Ini bukanlah kebohongan, akan tetapi merupakan reaksi fisik dari kecemasan.

2.Memiliki riwayat kecemasan perpisahan, terutama dari orangtuanya dan orang yang akrab dengannya.

3.Perubahan suasana hati. Ketika sedang asyik belajar di sekolah, karena cemas, dia bisa tiba-tiba ingin pulang atau bisa juga melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan karakternya.

4.Pengalaman negatif disekolah, seperti bullying.

Ketika anak menunjukkan gejala tersebut, kita rasanya ingin memaksanya atau mungkin mengabaikannya hingga masalah akan selesai sendiri. Namun, bagi anak yang fobia sekolah, dipaksa pergi ke sekolah bisa sangat menyedihkan. 

Hal ini pernah terjadi pada adik saya, yang pada saat itu ia tidak mau mengatakan apapun, ia hanya terdiam dan murung setiap harinya. 

Suatu ketika ia pulang sekolah dengan menangis, berapapun kali kami menanyakan ia tak mau menjawab. 

Sampai suatu hari kami mengetahui dari anak-anak lain bahwa ia dibully di sekolah, hal itu mengakibatkan adik saya tidak ingin pergi ke sekolah dengan alasan selalu sakit. Dan jika kami terlalu memaksanya ke sekolah, ia pun akan pergi tapi telat ke sekolah. Kejadian tersebut juga menimbulkan akibat bagi orang yang ingin melindunginya dari orang yang ingin mencelakainya.

Bayangkan! Seseorang yang fobia akan sesuatu misalnya makanan, jika kita memaksanya untuk makan makanan tersebut maka ia akan menangis bahkan menjerit. Begitu pula dengan fobia yang lainnya.

School refusal memiliki konsekuensi akademik dan sosial yang serius bagi anak dan dapat sangat merusak. Salah satunya adalah anak jadi kurang bersosialisasi dengan orang lain, Kurangnya sosialisasi secara tidak langsung mempengaruhi prestasi belajar anak. 

Dampak yang paling buruk adalah anak bisa dikeluarkan dari sekolah (dropout) karena terlalu lama tidak masuk sekolah. Sebenarnya anak menolak ke sekolah bukan karena perilakunya, tapi ia memiliki kecemasan yang menuntut kepada perawatan dan penyelesaian dari orangtua dan gurunya.

Bagaimana cara mengatasi school refusal pada anak?

Ada beberapa cara yang dapat kita lakukan,antara lain yaitu:

1.Berbicaralah dengan anak

Terkadang, seorang anak tidak akan mengemukakan apa yang mereka rasakan. Ajukan beberapa pertanyaan mengapa ia tidak mau ke sekolah. Dalam hal ini kita dapat menggunakan metode brainstorming. Brainstorming adalah sebuah metode yang bisa dilakukan untuk memecahkan berbagai masalah dan menghasilkan beragam ide baru sebanyak mungkin dengan cepat. Kita bisa membicarakan tentang guru yang galak, siswa yang nakal dan bertanya tanggapannya.

2.Identifikasi hambatan belajar

Tentukan apakah keterampilan akademis yang buruk atau ketidakmampuan belajar berkontribusi terhadap masalah tersebut. Ketakutan akan kegagalan adalah salah satu penyebab utama fobia sekolah, bahkan untuk anak-anak yang sehat.

3.Bantu mencari teman

Jika mereka kesulitan mencari teman di sekolah, kita bisa mengajak teman anak bermain ke rumah dan kita juga bisa mengarahkan anak untuk mengikuti aktivitas lain, seperti ekstrakurikuler, tentunya sesuai minat dan bakat anak.

4.Tidak mempermalukan anak karena tidak ingin ke sekolah

Kita bisa menjadi pendengar yang mendukung. Misalnya ketika di hadapan teman atau orang yang kita temui, jangan menceritakan bahwa anak kita malas sekolah, dia sering menangis. Jika anak mendengarnya, tentu dia akan lebih malu dan mengalami lebih banyak kecemasan.

5.Konsultasi dengan pihak sekolah

Teman diskusi orang tua ialah guru wali kelas atau guru BP. Pada umumnya, mereka memiliki kesabaran atau ketelatenan. Dia juga tahu karakter setiap anak didiknya.

Mungkin setiap orang tua memiliki strategi yang berbeda supaya anak tidak menolak bersekolah. Orang tua selalu mencintai dan memberikan yang terbaik untuk anaknya.

Sekian, terimakasih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun