Setiap orang pasti pernah terjatuh, pernah terpuruk, pernah dihadapkan pada kondisi di mana banyak orang berkata "tidak mungkin" padanya, pernah gagal mendapatkan apa yang menjadi targetnya, pernah merasa dirinya tak bisa apa-apa.
Hal tersebut wajar.. Tak salah.
Yang salah adalah ketika merasa dirinya paling menderita sedunia. Cobaan tiap orang itu beda-beda. Tergantung bagaimana Tuhan ingin menempanya agar menjadi semakin dewasa dan bijaksana. Ambilah positifnya dari setiap yang kau rasa.
Aku pun pernah bersedih karena belum mencapai hal yang sudah ku targetkan. Namun aku malu jika berlama-lama terlena dan menjadikan diri seolah korban paling terluka dari kejamnya dunia. Â Malu... karena seseorang penderita penyakit langka pernah bercerita, sebut saja dia Cyra. Dia dihadapkan pada pahitnya hidup yang tak terduga dan menghadirkan luka jika harus lagi bercerita. Kemungkinan-kemungkinan terburuk menghantui setiap kehidupannya. Posibilitas keberhasilan atas banyak hal yang fundamental hanya 1% sampai 5%, sisanya (95%) kata orang-orang mustahil menjadi nyata, gagal, dan takkan terlaksana. Namun dia mematahkan apa yang orang-orang (termasuk dokter dan dosen) foniskan padanya. Dia berhasil bangkit dan mencapi tujuannya. Bahkan hingga kini pun dia masih harus berjuang dari sesuatu yang membuatnya "terbatas" dalam melakukan apa-apa, namun dia selalu semangat dan berusaha menerima semua dengan cara melihat sisi positifnya sehingga menjadikan dirinya terlihat baik-baik saja.Â
Kuncinya adalah "percaya".Â
Ketika seseorang percaya bahwa dia bisa, disertai dengan do'a, maka semesta pun akan membuatnya menjadi "YA".
Percaya, Do'a, dan Terima. Setelahnya serahkan semua pada yang Kuasa. Jika memang itu yang terbaik untukmu pasti takkan ke mana. Namun jangan juga lupa persiapkan hati jika Tuhan ingin kamu menjadi lebih kuat dan bijaksana dengan menunda do'a dan asa, lalu nantinya Ia akan menggantinya dengan hal yang lebih besar dan istimewa.Â
Percaya saja.Â
Regards,
Pecandu Kopi Penikmat Senja, NF
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H