Mohon tunggu...
Nurul Aulia Az Zelvia
Nurul Aulia Az Zelvia Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

"Kamu tidak perlu menjadi sempurna, cukup menjadi lebih baik dari dirimu yang kemarin."🥀

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Mengenang Sosok Ayah

2 Desember 2024   11:15 Diperbarui: 2 Desember 2024   12:48 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Aku adalah seorang anak yang dilahirkan dalam keluarga yang sederhana, namaku hasan. Aku mempunyai seorang ayah yang dikenal sebagai sesosok yang cukup aktif berpartisipasi dalam kegiatan di lingkungan. Ia menjadi cukup dikenal di lingkungan rumahku karena hal itu, Orang-orang juga sering bertemu dengannya di Masjid pada saat ibadah salat maghrib dan isya berjamaah. 

Ayah dikenal sebagai sosok yang tidak banyak bicara namun tidak sulit untuk diajak berteman. Beberapa teman ayah pun mengakui bahwa ayah adalah sosok yang cukup kaku, tetapi ayah adalah orang yang tepat jika mereka ingin bercerita dan membutuhkan pendapat.

Ayah adalah sosok yang cukup religius, ia selalu melaksanakan salat wajib beserta sunahnya secara tepat waktu. Ia juga tidak pernah ketinggalan untuk mengingatkan anggota keluarganya untuk mengaji dan berperilaku baik kepada siapapun, walau tidak semua orang berlaku baik pada aku, aku tidak boleh membalasnya dengan hal buruk juga. Keluargaku bukan lah keluarga bergelimang harta yang bisa senantiasa membeli segala hal yang kami inginkan. Hal ini tidak membuat Ayah saya menjadi pelit dan perhitungan. 

Ayah selalu mengajarkanku dan seluruh anggota keluargaku bahwa sedekah tidak akan membuat kami menjadi kesulitan, bersedekahlah dengan ikhlas dan jangan pernah untuk mengharapkan imbalan dari apa yang sudah sedekahkan saat itu. Aku masih ingat malam dimana Ayah saya menghembuskan nafas terakhirnya. Malam itu saya sudah tertidur dan mendengar teriakan ibu memanggilku dan saudara-saudaraku yang lain, kebetulan malam itu beberapa sepupuku dari pihak ibu datang menginap. 

Awal keluar dari kamar dan berjalan menuruni tangga menuju kamar orang tuaku, aku masih belum sepenuhnya sadar dan cenderung jengkel karena dibangunkan dengan teriakan. Di anak tangga terakhir aku baru sepenuhnya sadar karena melihat wajah Adikku yang sedih dan menunjuk ke arah kamar orang tuaku. Malam itu keadaan rumah sangat kacau, setelah melihat kondisi ayahku yang terlihat tidak bisa bernafas, aku berlari ke arah rumah tetangga saya yang juga merupakan teman ayah.

Karena Ayah adalah sosok yang cukup dikenal, pada hari kepergiannya cukup banyak orang yang datang untuk sekedar memberikan bela sungkawa, tidak hanya dari lingkungan rumahku saja melainkan dari lingkungan masa kecil dan muda ayah sebelum berkeluarga dan memutuskan untuk tinggal di Surabaya. Sekarang meski ayah telah tiada, setiap kenangan bersamanya selalu hidup dalam hati. 

Aku beberapa kali mengunjungi makamnya, berbicara seakan ia masih bisa mendengar. Aku menceritakan semua hal yang terjadi, seperti dulu ia mendengarkan ceritaku di jalan menuju rumah saat pulang sekolah. Disitulah aku dapat merasakan kembali cinta dan semangat yang ia tanamkan tetap hidup dalam diriku.

Meski dengan segala keterbatasan, Ayah selalu memastikan saya mendapatkan pendidikan terbaik yang ia mampu berikan. Karena menurut Ayah pendidikan bukan hanya membuka peluang, tetapi juga membentuk karakter dan cara pandang saya terhadap dunia. Banyak hal yang dikatakan Ayah saya terbukti benar, seperti halnya pentingnya pendidikan dan kebiasaan baik pada setiap orang yang kita temui. Pentingnya pendidikan dapat kita rasakan dalam kehidupan sehari-hari karena dapat menentukan cara pandang kita pada orang lain dan sebuah peristiwa.

 Semakin tinggi dan baiknya pendidikan akan semakin mencerminkan kita dalam mengambil suatu keputusan atau memberikan opini maupun tanggapan dalam suatu hal. Maka dari itu aku semakin giat dalam belajar untuk menggapai masa depan. Aku juga teringat akan satu hadist yaitu:

 

"Barang siapa menempuh suatu jalan untuk menuntut ilmu, Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga."(HR. Muslim)

Untuk itu aku berusaha dan bekerja keras agar hidup lebih tenang meskipun aku kehilangan sosok ayah dalam hidupku. meskipun banyak hal lain yang ingin saya ungkapkan untuk Ayah, bagaimana Ia selalu bisa membuatku teringat dalam setiap akan membuat keputusan di hidupku. 

Belum banyak hal yang bisa membuat ayah bangga kepadaku sebelum dia pergi, tetapi ia sudah berhasil menjadi sosok ayah yang bisa dibanggakan dan dikenang seluruh kebaikannya. Kehilangan memang meninggalkan luka, tapi kenangan memberikan kekuatan. Dan selama kenangan itu hidup, cinta ayah akan selalu menyertai setiap langkah saya. Terima kasih, ayah, untuk semua yang telah kau berikan. Engkau akan selalu menjadi pahlawanku, sekarang dan selamanya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun