Mohon tunggu...
Nurul Jubaedah
Nurul Jubaedah Mohon Tunggu... Guru - Teacher, writer, traveler, vloger

“Semua orang akan mati kecuali karyanya, maka tulislah sesuatu yang akan membahagiakan dirimu di akhirat kelak". Ali bin Abi Thalib

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Habis Gelap Terbitlah Terang

21 November 2022   11:11 Diperbarui: 21 November 2022   11:20 453
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Habis Gelap Terbitlah Terang

Oleh Nurul Jubaedah, S.Ag.,S.Pd.,M.Ag (Guru SKI di MTsN 2 Garut)

Dalam buku Habis Gelap Terbitlah Terang, Kartini berbicara tentang perjuangannya untuk mencapai persamaan hak bagi perempuan dan laki-laki. Penulis menemukan kata-kata seperti nasionalisme, demokrasi, negara, bangsa, kemerdekaan, kesadaran nasional. Kartini juga menyampaikan pemikirannya tentang bagaimana seharusnya peran perempuan dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.

Buku Habis Gelap Terbitlah Terang dapat mengangkat semangat perjuangan bangsa di kalangan pemuda Indonesia. Keterpaparannya pada dunia literasi Belanda membuka pikiran gadis muda ini. Bahkan, Kartini juga membaca majalah dan surat kabar Eropa, yang tentu saja membuka wawasannya.

Berdasarkan pernyataan di atas penulis mencoba menganalisis sebuah makna yang tersurat lalu menarik sebuah refleksi yang akan bermanfaat bagi kehidupan sehari-hari khusunya bagi perempuan Indonesia. Kata kunci yang penulis ambil adalah perjuangan, persamaan hak, nasionalisme, demokrasi, kesadaran nasional, dan literasi. Mari kita uraikan satu persatu sebagai berikut.

Analisis

  • Perjuangan
  • Kedudukan R.A Kartini saat membesarkan anak, beliau menjadi pendidik yang pertama kali mempengaruhi perkembangan karakter anaknya. Kartini percaya bahwa membesarkan anak adalah pekerjaan besar. Pembentukan kepribadian seseorang pertama-tama berasal dari rumah. Ibu kandung harus diberikan pendidikan dan pengembangan keluarga. Bagaimana bisa mendidik keluarga dengan baik sekarang, ketika unsur terpenting keluarga, yaitu perempuan, sama sekali tidak mampu belajar (Arbaningsih, 2005:127). Oleh karena itu,
  • Kartini meminta pemerintah Hindia Belanda untuk serius dalam mengenyam pendidikan, terutama mengenai kebutuhan dana dan tenaga pengajar. Pendidikan dan pembelajaran Bumiputra harus berorientasi pada masalah praktis untuk meningkatkan kecerdasan dan kualitas hidup masyarakat. Dapat dikatakan bahwa pemikiran Kartin tentang sistem pendidikan sangat modern, karena ia menempatkan siswa sebagai subjek pembelajaran dan kegiatan pendidikan, dan bukan sebagai objek pengajaran, seperti biasa dalam pendidikan pada waktu  (Arbaningsih, 2005: 133).
  • Pendidikan merupakan salah satu perhatian Kartin yang paling penting dalam memajukan perempuan dan masyarakat adat pada umumnya. Mengenai  pendidikan Bumiputra, Kartini ingin agar semua Bumiputra mengenyam pendidikan di kabupaten manapun dan berlaku untuk semua orang tanpa memandang jenis kelamin. Kartini adalah orang Jawa pertama yang memikirkan pendidikan gadis remaja Jawa dan menyatakan keyakinannya akan perlunya pendidikan. Kartini sangat menginginkan sekolah putri (Soeroto, 1979:320).
  • Persamaan Hak
  • Kartini adalah  pelopor kesetaraan perempuan di nusantara yang memiliki kecerdasan, ide dan perjuangannya untuk memberantas ketidakadilan yang dihadapinya. Sebagai pemikir dan promotor emansipasi perempuan, Kartini menjadi sumber inspirasi perjuangan perempuan yang merindukan kebebasan dan kesetaraan status sosial karena ia berhasil menuliskan pemikirannya secara detail dan detail.
  • Kartini juga sangat erat kaitannya dengan isu gender saat ini. Menurut KMK 807 Tahun 2018, konsep gender adalah peran dan kedudukan yang dimiliki laki-laki atau perempuan, berdasarkan struktur sosial budaya yang dipengaruhi oleh struktur masyarakat yang lebih luas dan dapat berubah dari waktu ke waktu, bukan berdasarkan perbedaan biologis. 
  • Apa itu seks? Gender adalah perbedaan  antara laki-laki dan perempuan dalam hal peran, tugas dan tanggung jawab yang dihasilkan dari struktur sosial dan dapat berubah dari waktu ke waktu. Istilah gender  pertama kali dicetuskan oleh para ilmuwan sosial. Mereka bermaksud menjelaskan perbedaan antara laki-laki dan perempuan dari segi kodrat bawaan (ciptaan Tuhan) dan formasi budaya (konstruksi sosial).
  • Banyak orang menafsirkan atau mengacaukan karakteristik manusia yang alami (tidak berubah) dengan karakteristik yang tidak alami (gender) yang dapat dan memang berubah seiring waktu. Perbedaan gender ini juga membuat orang memikirkan kembali  peran mereka sendiri bagi laki-laki dan perempuan.
  • Kartini adalah pelopor keadilan dan kesetaraan gender di Indonesia  sejak tahun 1908. Perjuangan persamaan hak antara laki-laki dan perempuan, khususnya di bidang pendidikan, dimulai oleh Kartini sebagai  perlawanan  terhadap ketidakadilan terhadap perempuan saat itu. Dalam perjalanan selanjutnya, semangat juang Kartini dilanjutkan dengan Kongres Perempuan Indonesia pada tanggal 22 Desember 1928  yang kemudian disebut sebagai Hari Ibu.
  • Untuk mengatasi hal tersebut, perlu terus disosialisasikan bahwa perempuan juga memiliki hak untuk  setara dengan laki-laki. Dan penting bagi perempuan untuk mengetahui seberapa jauh mereka dapat dibandingkan dengan pria. Karena dalam beberapa hal, perempuan tidak bisa berada di posisi laki-laki dalam menjaga kehormatan dan melindungi perempuan itu sendiri.
  • Selain itu, memberikan laki-laki hak yang sama sekaligus melindungi mereka membuat perempuan merasa bahwa keadilan mereka telah diperoleh sepenuhnya. Kemudian keseimbangan hidup terwujud.
  • Untuk mencapai kesetaraan gender secara optimal, perlu pula  penyempurnaan perangkat hukum untuk perlindungan dan akses informasi setiap individu  serta peningkatan partisipasi masyarakat. Tujuannya sebenarnya cukup sederhana, bahwa semuanya harus seimbang, setara, adil, untuk mewujudkan impian kita.
  • Nasionalisme
  • Kartini menunjukkan dengan kata dan perbuatan keberpihakan beliau pada kesatuan dan kemerdekaan bangsa Indonesia. Kita dapat menghidupkan kembali semangat Kartini yang menunjukkan sikap nasionalisnya, suratnya sebagai  agenda untuk meyakinkan Belanda bahwa orang Jawa memiliki makna, bahwa mereka memiliki kehendak sendiri. Kami hanya ingin mereka mengendalikan masa depan mereka dukungan Anda.
  • Nasionalisme Kartin dapat digolongkan sebagai nasionalisme kemanusiaan (humanistic nationalism), yang mencirikan nasionalisme dari perspektif budaya. Nasionalisme humanistik Kartini terlihat dalam pemikiran-pemikirannya tentang nilai-nilai bangsanya. Meskipun ia tidak menemukan konsep ideologis  bangsa dan negara (nation-state) dalam pemikirannya yang cemerlang, namun dalam surat-suratnya disarankan agar Kartini berideologi "Cintai Rakyat dan Tanah Air", "Jaga Tingkat Kependudukan",  "bangsa",  "Kemanusiaan" dan "Berjuang untuk Kemanusiaan", Kemajuan Umat Bumiputera".
  • Kartini berjuang tanpa dukungan massa dan organisasi. Ia hanya bisa menggunakan korespondensi tertulis yang sangat tajam dan membangkitkan semangat  untuk mengungkapkan pemikirannya untuk memperbaiki dan memajukan kehidupan penduduk asli Hindia Belanda (Indonesia). Betapa sakit hati Kartini  ketika melihat dan mengalami poligami, kebodohan kaum pribumi, konflik-konflik sosial karena agama, sifat golongan bangsawan/bangsawan dan adat-istiadat yang menindas kaum pribumi, sehingga pemikiran-pemikiran membengkak dalam keterasingan. dalam tulisan yang bermakna dan indah.



  • Literasi.

Di Europe Lagere School (ELG) Kartini belajar bahasa Belanda sampai dia bisa berbahasa Belanda dengan baik. Kartini dikenal gemar membaca, meski menikah muda, ia  mengurung diri di kamar dan menghabiskan waktunya dengan membaca dan menulis surat. Akhirnya  RA Kartini menikah dengan Raden Adipati Joyodiningrat pada tanggal 12 November 1893.

  • Setelah menikah, Kartini tidak pernah berhenti belajar dan terus menimba ilmu di rumah dengan banyak membaca  buku, majalah dan surat kabar Eropa. Berkat membaca buku dan koran ini, Kartini menyadari perbedaan  besar antara kehidupan perempuan Eropa dan nasib perempuan di tanah airnya. Perempuan di Eropa memiliki kehidupan yang lebih bebas dan tidak dibatasi seperti dirinya, meskipun mereka memiliki status yang sama dengan  laki-laki.
  • Berdasarkan fakta ini, dia memiliki ide untuk meningkatkan kehidupan perempuan di negaranya. Kartini sering membaca koran Semarang De Locomotief, juga berlangganan majalah  Leestrommel tentang berbagai topik budaya, ilmu pengetahuan, kehidupan sosial dan politik, termasuk  majalah Belanda De Hollandsche Lelie. Kegiatan literasi berujung pada surat-surat  berkorespondensi dengan Miss Zeehandelaar, yang kini menjadi inspirasi dunia, Door Duisternis tot Licht, diterjemahkan oleh Armijn Pane, Dari kegelapan menuju terang.
  • Sikap dan pemikiran Kartin sejalan dengan prinsip-prinsip Islam tentang kesetaraan antara perempuan dan laki-laki. Mengenai isu kesetaraan antara laki-laki dan perempuan dalam Islam, Nasaruddin Umar dalam bukunya The Argument for Gender Equality Perspective Al-Quran menyebutkan bahwa setidaknya ada empat dalil yang dapat dijadikan dasar kesetaraan status perempuan dan laki-laki: Pertama, sama dari titik awal. Kedua, tanggung jawab dan manfaat yang setara  dan; Ketiga, sama dalam  pendidikan dan keempat, sama dalam hukum.
  • Refleksi
  • Islam tidak melarang kaum perempuan bekerja untuk membantu ekonomi rumah tangga sepanjang tidak melanggar syariat agama. Allah berfirman, "Katakanlah (wahai Muhammad), bekerjalah kalian! maka Allah, Rasul-Nya, dan para mukminin akan melihat pekerjaanmu." (QS. At-Taubah: 105).
  • Baik itu bekerja di rumah atau di luar rumah, keduanya bisa sama-sama bagus. Ini tidak berarti bahwa perempuan yang bekerja di luar rumah lebih sukses daripada ibu rumah tangga biasa. Di sisi lain, perempuan yang tinggal di rumah mungkin tidak lebih mulia dari mereka yang bekerja di luar rumah. Itu semua tergantung pada seberapa berguna itu. Dengan kecepatan perkembangan, seseorang bahkan dapat melakukan maksiat atau dosa  di rumah hari ini.
  • Di sisi lain, kebaikan dan keuntungan juga bisa tercipta di luar rumah. Jadi hindari kerusakan di mana-mana. Baik di rumah maupun di luar rumah, perempuan harus berusaha untuk pelayanan yang saleh, menjauhi segala maksiat dan dosa, berusaha semaksimal mungkin untuk memperbaiki diri dan  bermanfaat bagi orang lain.

Biodata

Nurul Jubaedah lahir di Garut, 19 Mei 1978. Mengajar di MTsN 2 Garut. Pendidikan  : D1 Akuntansi (1995), S1 PAI UNIGA ( 2001), S1 Bahasa Inggris STKIP Siliwangi Cimahi (2007), S2 PAI UIN SGD Bandung (2012). Prestasi : Pembimbing KIR : Membimbing 27 judul Karya Ilmiah Remaja kategori sosial budaya, menghantarkan peserta didik juara 1,2,3, dan harapan 1 kategori Sejarah, Geografi, dan Ekonomi (tingkat Provinsi), juara harapan 1 dan 2 (tingkat Nasional) (Juli 2019-September 2021), guru berprestasi tahap 1 di GTK Madrasah (2021), lolos tahap 3 AKMI KSKK Madrasah (Februari 2022). Karya : 4 buku solo, 20 buku antologi (Januari-November  2022). Memiliki 750 konten pendidikan di canal youtube dan 100 artikel (Oktober 2021-November 2022). Blog : http://nuruljubaedah6.blogspot.com/. Instagram (nj_78). Email : nuruljubaedah6@gmail.com. Whatsapp : 081322292789.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun