Mohon tunggu...
Nurul Jubaedah
Nurul Jubaedah Mohon Tunggu... Guru - Teacher, writer, traveler, vloger

“Semua orang akan mati kecuali karyanya, maka tulislah sesuatu yang akan membahagiakan dirimu di akhirat kelak". Ali bin Abi Thalib

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

5 Solusi Menolak Perilaku Antisosial Gen Z

10 November 2022   07:34 Diperbarui: 10 November 2022   09:20 379
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Generasi Z dalam hal pembelajaran  menggunakan teknologi, meskipun mereka  umumnya menerima dan cukup antusias, interaksi  intensif antara Gen Z dan guru mereka tetap penting. Hal ini disebabkan oleh karakteristik Generasi Z yang cenderung menginginkan snapshot, kekinian, rentang perhatian yang pendek, dan kemampuan  yang rendah untuk memverifikasi informasi.

Untuk meningkatkan literasi, Generasi Z masih sangat membutuhkan banyak latihan di dunia nyata, serta menggunakan teknologi untuk menemukan informasi nyata tentang apa yang terjadi di negara mereka atau di dunia luar. Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk menentukan bagaimana model pembelajaran yang menggunakan teknologi lebih tepat untuk meningkatkan literasi manusia di Gen Z. Memang penggunaan teknologi yang berlebihan justru akan mendorong Gen Z kehilangan kemampuan untuk berinteraksi dan bersosialisasi secara tatap muka.

5 Solusi Menolak Perilaku Antisosial pada Gen Z :

  • Menyerap informasi. Ini adalah cara paling tradisional untuk mengajarkan nilai-nilai. Cerita dan informasi tentang budaya Indonesia merupakan sumber yang kaya untuk menemukan nilai-nilai kehidupan. Kisah yang bisa dihadirkan untuk Gen Z adalah tentang kegagalan karena mengandung nilai-nilai inti yang bisa menjadi pelajaran. Untuk menciptakan motivasi, fasilitator dapat melakukannya melalui contoh-contoh positif dari orang-orang  sukses dan berprestasi. Bagaimanapun, Anda harus meminta pendidik  untuk menemukan materi atau media yang sesuai yang menurut mereka relevan dengan masalah yang mereka hadapi dan yang  akan membantu mereka melihat dampaknya, serta pentingnya nilai dan tindakan mereka sendiri. Di akhir cerita, ada baiknya untuk merenungkan cerita yang disajikan, mencari nilai yang dikandungnya. (terutama cerita-cerita islami).
  • Menemukan nilai-nilai dunia nyata. Nilai ini dapat dicapai dengan  melihat fenomena komunitas kecil di jalan, memberikan sumbangan kecil atau membantu sebagai cara untuk menemukan nilai cinta diri untuk orang lain yang bahkan tidak mereka kenal. Dengan memberi dan melihat kebenaran dalam kenyataan, kita menyadari bahwa pada kenyataannya setiap individu  memiliki akal sehat. Melihat ke bawah atau memandang mereka yang hidupnya lebih sulit akan membuka hati dan pikiran  untuk bertindak lebih dewasa dan bijaksana. (Hablum Minan Nas).
  • Mendiskusikan dan membagikan pengalaman hidup yang bermakna. Menciptakan ruang untuk diskusi  terbuka dan saling menghormati adalah bagian penting dari proses ini. Pertukaran cerita, interaksi tertentu yang kemudian dapat lebih bermakna karena dalam proses ini seseorang dapat menemukan  nasib atau kejadian umum lawan bicara, atau moderator dapat merangsang diskusi yang sesuai dengan masalah. Sehingga seseorang dapat berpikir bahwa masalah yang sedang dialaminya juga dirasakan oleh orang lain. Tujuan dari diskusi adalah untuk menemukan solusi dan saling mendukung. (Memupuk Jiwa Empati)
  • Keterampilan sosial dan emosi pribadi. Berbagai keterampilan batin diajarkan, seperti kedamaian, rasa hormat dan cinta, dengan memperkenalkan latihan relaksasi/konsentrasi. Latihan relaksasi/fokus ini membantu untuk "merasakan" nilai. Latihan ini membantu seseorang untuk menenangkan diri, mengurangi stres, meningkatkan konsentrasi, dan mengatur emosi diri yang merupakan keterampilan penting dalam menemukan cara untuk  beradaptasi dan berkomunikasi dengan  diri sendiri yang pada akhirnya dapat membuka ruang untuk sukses. Kegiatan lain membangun pemahaman tentang kualitas positif individu,  mengembangkan keyakinan bahwa "Saya membuat perbedaan", memungkinkan mereka untuk mengeksplorasi perasaan mereka sendiri dan belajar tentang emosi orang lain dan mempromosikan kepositifan dan tanggung jawab diri. (Self Love).
  • Keterampilan komunikasi interpersonal. Keterampilan yang dibangun untuk kecerdasan emosional ini termasuk dalam serangkaian kegiatan yang membantu memahami peran rasa sakit, ketakutan, dan kemarahan serta konsekuensinya dalam hubungan mereka dengan orang lain. Aktif berkomunikasi, bermain kooperatif, dan menyelesaikan proyek bersama adalah kegiatan lain yang membantu membangun keterampilan komunikasi interpersonal. Untuk membangun cinta dalam dirinya sendiri, seseorang diminta untuk berpikir kembali ketika masalah dimulai dan membayangkan apa yang akan terjadi jika dia menggunakan nilai cinta. Keterampilan ini dapat dikembangkan dengan merenungkan apa  yang telah dilakukan seseorang di masa lalu dan kemudian mencari kebijaksanaan atas apa yang  terjadi. Program atau kegiatan pendidikan nilai dilaksanakan dengan tujuan mengatasi dekadensi moral yang disebabkan oleh jejaring sosial merupakan kegiatan yang mudah, murah dan sederhana yang dapat dilakukan oleh siapa saja. Kegiatan ini akan optimal dengan adanya pendamping dalam proses menemukan nilai-nilai yang ada dalam dirinya. Agar proses rekonsiliasi kerusakan moral dapat menciptakan generasi yang mencintai perdamaian, rasa hormat dan toleransi, tanggung jawab dan kerjasama, kebahagiaan dan kejujuran, kerendahan hati dan kesederhanaan,  dan harga diri yang wajar dan bersatu dan itu adalah bagian dari kebaikan sosial global. (Refleksi)

Simpulan

Penggunaan teknologi yang berlebihan justru akan mendorong Gen Z kehilangan kemampuan untuk berinteraksi dan bersosialisasi secara tatap muka. Dekadensi moral merupakan penyimpangan sosial yang marak terjadi pada generasi muda saat ini yang disebabkan oleh berbagai faktor mulai dari pengaruh lingkungan, keluarga atau sosial media. Pengaruh atas ketiga faktor tersebut banyak di dominasi oleh faktor sosial media karena ketidakbijakan pengguna dalam memanfaatkannya yang kini menjadi sebuah problematika baru. Maka dari itu perlu sebuah soslusi tepat yang diusung agar permasalahan dekadensi moral bisa terminimalisir.

12 nilai kehidupan yang diupayakan dapat membangun peradaban dunia yang cinta akan kedamaian, memiliki rasa hormat dan toleransi, tanggung jawab dan kerja sama, kebahagiaan dan kejujuran, kerendahan hati dan kesederhanaan, serta kebebasan dan persatuan. Nilai nilai tersebut diharapkan menjadi kompas sebagai acuan dalam memetakan perjalanan dan tujuan hidup seseorang khususnya Gen Z agar lebih bermakna dan lebih luasnya lagi dapat membangun insan-insan manusia secara keseluruhan yang bermutu

Daftar Pustaka

Christiani, L. C., & Ikasari, P. N. (2020). Generasi Z dan pemeliharaan relasi antar generasi dalam perspektif budaya Jawa. Jurnal komunikasi dan kajian media, 4(2), 84-105.

Hastini, L. Y., Fahmi, R., & Lukito, H. (2020). Apakah Pembelajaran Menggunakan Teknologi dapat Meningkatkan Literasi Manusia pada Generasi Z di Indonesia?. Jurnal Manajemen Informatika (JAMIKA), 10(1), 12-28.

Nurhuda, T. (2018). Peran Budaya Kolektif pada Generasi "Z" sebagai Upaya Membangun Karakter Anak Bangsa.

Subowo, A. T. (2021). Membangun Spiritualitas Digital Bagi Generasi Z. DUNAMIS: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani, 5(2), 379-395.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun