Mohon tunggu...
Nurul Amri Komarudin
Nurul Amri Komarudin Mohon Tunggu... Dosen - Lecturer

I'm a lecturer of Environmental Engineering, Sumbawa University of Technology

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Menganalisis Fenomena Perairan Bima yang Berubah Warna Menjadi Cokelat

29 April 2022   14:56 Diperbarui: 29 April 2022   14:57 212
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bima merupakan salah satu kota yang terletak di Pulau Sumbawa, Provinsi Nusa Tenggara Barat, kota ini memiliki julukan sebagai kota tepian air. Beberapa hari ini sedang heboh diberitakan bahwasannya perairan di kota bima yang awalnya jernih berubah menjadi berwarna cokelat. 

Hal tersebut membuat banyaknya persepsi di kalangan masyarakat terkait penyebab terjadinya fenomena tersebut. 

Ada yang beranggapan bahwa itu fenomena alami dan ada yang berpendapat juga bahwa fenomena itu terjadi disebabkan oleh limbah minyak yang tumpah ke perairan yang dihasilkan oleh salah satu perusahaan minyak di Indonesia.

Air merupakan salah satu sumber daya alam yang sifatnya vital dan penting, sehingga menjadi sumber kehidupan bagi makhluk hidup yang ada di Bumi. Di Bumi ini, ada banyak sekali jenis- jenis air yang dapat kita temui. Contohnya adalah perairan laut di Kota Bima.

Air selain bisa dikonsumsi juga bisa dijadikan untuk sarana rekreasi. Sebagai salah satu pengonsumsi air dalam kehidupan sehari- hari, manusia membutuhkan air yang bersih, sehat, dan tidak tercemar. 

Hal tersebut karena air yang dikonsumsi atau digunakan akan masuk ke dalam tubuh manusia, sehingga apabila air tersebut tercemar maka polutan juga akan masuk ke dalam tubuh manusia dan menyebabkan timbulnya berbagai gangguan, salah satunya gangguan kesehatan.

Indikator air yang tercemar mempunyai beberapa ciri khusus yang berlawanan dengan ciri- ciri air yang bersih dan sehat, yang mana air yang bersih dan sehat ini merupakan air yang layak dikonsumsi oleh manusia. 

Menurut Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutana RI, beberapa ciri dari air yang tercemar ini  dapat dianalisis secara kasat mata atau bisa juga melalui penelitian dengan mengambil sample, kemudia di uji di laboratorium. Adapaun beberapa ciri ciri air bisa dikatakan tercemar adalah sebagai berikut:

  1. Air yang berbau: air yang jernih dan sehat tidak akan menimbukan bau, apabila sudah tercemar oleh limbah atau zat polutan lain, maka air tersbut yang awalnya jernih akan menjadi bau busuk dan menyengat.
  2. Air yang PH nya tidak netral: idealnya air yang bersih memiliki derajat keasamaan dengan nilai PH 7, Jika nilainya lebih atau kurang dari 7, maka bisa dipastikan air tersbut sudah tercemar.
  3. Terdapat Mikroorganisme berlebih di dalam perairan: banyaknya mikroorganisme disuatu perairan mengindikasikan perairan tersebut sudah tercemar oleh limbah atau sampah. Karena limbah di dalam air akan diuraikan oleh mikroorganisme, untuk menguraikannya mikroorganisme. Sehingga semakin tercemar suatu peraiaran, maka semakin banyak juga mikroorganisme yang terdapat disuatu perairan tersebut.
  4. Air yang memiliki rasa: air murni pada umumnya tidak akan memiliki rasa, apabila suatu perairan memiliki rasa, misalnya asam, pahit atau manis, dapat diindikasikan bahwa perairan tersebut sudah tercemar.
  5. Suhu air berubah: air pada kondisi normal derajat suhunya akan lebih rendah dibandingkan dengan derajat suhu lingkungannya, sehingga apabila disentuh air akan terasa dingin. Apabila dalam kondisi normal suhu air berubah, maka bisa diindikasikan bahwa air tersebut sudah tercemar.
  6. Air yang Berwarna: pada umunya yang jernih dan sehat tidak akan berwarna dan akan terlihat bening, juka limbah atau polutan sudah mencemari suatu perairan maka air akan dengan mudah berubah warna dan dapat dipastikan perairan tersebut sudah tercemar.

Berdasarkan keenam indikator tersebut dengan meilhat fenomena perairan di kota bima dapat dipastikan bahwasannya perairan Bima tersbut sudah tercemar oleh suatu cemar bisa limbah atau polutan lain. 

Namun belum bisa dipastikan apakah yang menyebabkan perairan di Kota Bima tersebut tercemar oleh limbah dari tumpahan minyak atau bukan.

Menurun Ahli Menejemen perairan sekaligus staf pengajar di Program Studi Teknik Lingkungan, Universitas Teknologi Sumbawa yaitu Ibu Yuni Yolanda, apabila suatu perairan tercemar oleh limbah minyak, seharusnya buih yang dihasilkan tidak sebanyak yang terjadi di perairan Kota Bima, kalaupun memang menghasilkan buih, buih yang dihasilkan dari limbah minyak tersebut tidak akan banyak. Tetapi untuk memastikan beliau menyaranakn untuk dilakukan pengujian secara langsung di laboratorium, untuk memastikan limbah jenis apa yang berhasil mencemari perairan di Kota Bima.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun