Kecukupan lahiriah berupa kecukupan materi akan menjadi pemicu seorang bekerja dengan lebih giat. Memang kecukupan itu sangat relatif tiap untuk tiap orang hanya saja ketika seorang guru swasta yang belum jelas nantinya ketika usia sudah 60 tahun dan belum mempunyai kejelasan masa depannya pilihan yang lebih baik memang harus diambil.
Terlebih sekolah yang tidak mengizinkan seorang guru untuk memilih menjadi seorang PPPK (Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja) padahal usianya masih muda. Pilihan untuk resign itu sangat tepat. Bahkan Dinas Pendidikan setempat harus memberikan peringatan kepada kebijakan yang tidak sejalan dengan semangat untuk menyejahterkan guru.
Seringnya kata-kata toksik yang dikeluarkan oleh orang-orang yang seharusnya memberikan teladan. Mungkin telinga bisa menerima setiap perkataan yang dirasa menusuk hati, tetapi hati akan panas. Jikalau sekali dua kali mungkin bisa diterima, tetapi setiap kali rapat harus mendengar kata-kata yang tidak pantas sudah sewajarnya jika banyak yangmengundurkan diri.
Pergaulan yang tidak lagi sehat pun bisa menjadi faktor seorang harus merelakan pekerjaan yang sempat dicintainya. Karena jika harus melanjutkan berteman dengan rekan seprofesi yang tidak lagi mengerti tatakrama sebagai pendidik dan nantinya  meracuni hidup lebih baik menerima tawaran dari kantor lain.
Ketika orang lain di luar lembaga tersebut melihatnya sebagai keanehan, karena banyaknya guru yang mengundurkan diri. Tetapi oleh pihak pengelola sekolah tidak melihatnya sebagai kejanggalan, karena dengan enetengnya akan mengatakan sarjana pendidikan yang fresh graduate masih banyak. Jika sudah demikian siapa yang waras? Pastilah pembaca Kompasiana. hehehehe...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H