Mohon tunggu...
dodo si pahing
dodo si pahing Mohon Tunggu... Buruh - semoga rindumu masih untukku.

Keinginan manusia pasti tidak terbatas, hanya diri sendiri yang bisa mengatur bukan membatasi.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Jangan Menangis Garuda Mudaku, Suatu Saat Engkau Pasti Juara

12 Juli 2022   06:48 Diperbarui: 12 Juli 2022   07:27 129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi : vivo.co.id


Menang dalam pertandingan olah raga adalah hal yang  wajar, kalah pun tidak harus menjadi penyesalan seumur hidup. kemudian putus asa trauma seumur hidup. Satu hal yang bernilai adalah Garuda muda sudah fasih menerjemahkan  strategi pelatih dalam permaian sudah sangat baik.  Buktinya pun sangat shahih mereka menang telak ketika melawan Brunei, Filipina, dan Myanmar. Sehingga bisa dikatakan tim Garuda muda sudah lihai menjabarkan pemikiran Sin-Taeyong.

Tetapi ketika melawan tim muda dari negara yang peringkatnya di atas Indonesia yaitu Thailand dan Filipina Tim Muda sayangnya seperti robot. Tim Garuda Muda sangat kaku seolah takut melakukan kesalahan telak. Padahal seandainya saja di awal pertandingan  bisa mengalahkan Vietnam paling tidak draw dengan margin 2 saja, maka head to head Indonesia pasti menang. Terus melawan Thailand juga bisa memasukkan gol meskipun draw maka ceritanya akan berbeda. Itu hanya misalkan.

Karena bertanding sepak bola tidak melulu faktor di atas lapangan tetapi strategi turnamen pun harus diperhatikan. Misalnya turnamen yang baru saja mengandaskan Ronaldo Kwateh Dkk memakai head to head jika  ada beberapa tim yang mempunyai nilai sama.  Tentunya paling gampang ketika hanya menggunakan tim dalam satu grup yang lolos dengan menggunakan jumlah gol terbanyak ketika ada nilai yang sama. Tentu Garuda muda yang lolos, itu hanya misalkan lagi.

Andaikan saja masyarakat Indonesia sedih, saya juga di antara dari sekian puluhan hingga ratusan juta yang sedih. Andaikan lagi ada masyarakat ada yang ingin protes maka  saya pun juga protes. Jika ada gerakan ingin memberikan tanda bintang satu yang artinya nanti AFF akan hilang dari peredaran aplikasi saya akan dengan senang melakukannya sebagai bentuk dari kekesalan. Padahal belum tentu salah orgnasasinya.

Maka selanjutnya dalam pertandingan semifinal maupun final tidak akan menonton. Karena kecewa dengan hasil pertandingan setelah 9 tahun tidak menjadi juara. Mbok ya sekali-kali  tuan rumah ada perhatian sendiri begitu.

Apa saya harus mengucapkan selamat berjumpa dengan kekalahan berikutnya. Tentu tidak, karena saya masih punya mimpi Indonesia berpentas di piala dunia dan karena juga hanya tim Garuda yang saya miliki, meskipun juara dunia adalah Perancis atau Rusia saya tidak akan bangga karena mereka bukan tim negaraku.

Apresiasi pada pelatih Shin Tae-Yong sudah  pada tempatnya karena telah membawa ruh sepakbola pada pemain Garuda Muda yang nantinya akan menjadi tim senior. Semoga apresiasi saya ini yang bukan siapa-siapa didengar oleh insan pecinta sepak bola Indonesia  terlebih pengurus PSSI agar pelatih Shin ini dipertahankan hingga ketika tidak menjadi pelatih paling tidak menjadi penasihat.

Mental ketika melawan tim yang nota benenya adalah langganan juara atau tim dengan peringkat di atas Indonesia harus menjadi titik fokus pembenahan. Secara makro tidak hanya Shin Tae-Yong yang mempunyai tugas tetapi andil klub yang menjadi ibu dari para pemainlah yang sangat besar perannya.

Hal pemain muda kembali ke klub dan tidak mendapat porsi bermain yang kurang banyak karena kalah bersaing dengan pemain senior, sudah menjadi rahasia umum. Dan harap dimaklumi saja, klub pun tidak mau peringkatnya turun bahkan tahun berikutnya turun kasta dari laga satu ke liga dua, dari liga dua ke liga tiga, dari liga tiga hanya menjadi klub hiburan tingkat kabupaten. Akibat pembinaan pemain setelah U-19  yang tidak berkelanjutan akibatnya tentu saja kualitas akan turun dengan sendirinya.

Mungkin juga pemain level sebelum U-19 misalnya level U-13 setelah bermain di tingkat nasional tidak ada klub yang menampungnya akhirnya pemain yang sebenarnya  mempunyai bakat itu harus merelakan terkubur bersama mimpi-mimpinya. Karena hemat saya setiap jenjang untuk menjadi pemain level nasional harus selalu terjaga bermainnya sejak usia dini. Sehingga mental itu pun sangat kuat terbangun.

Faktor mental itu harus sangat diperhatikan selain tentunya strategi bermain sepak bola modern. Dari coaching clinic mentalnya, psikologinya, bahkan hingga rohani selalu diperkuat. Karena ketika seorang pemain sudah sangat baik mentalnya maka seperti Messi, Salah, Maradona mereka adalah pemain yang sangat religius. Pemain yang baik pada Tuhannya tentu saja akan juga disayang mungkin akan diberikan basib baik selalu    

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun