Bukannya tidak punya alasan tetapi lebih baik baik mengiyakan daripada urusannya menjadi lebih panjang. Â Kemana-mana Dul Kamit akan membicarakan orang yang berani mendebatnya.
"Tadi kamu bilang saya selalu mengajukan bantuan gitu kan Met?" Slamet yang ditanya hanya diam, padahal  otak di kepalanya sudah sangat mendidih, matanya sudah mulai  memerah. "Nah aku tunjukkan negara Eropa, Amerika, bahkan Australia sana kalau ada sapi di negaranya yang terkena penyakit kayak gini segera di karantina," lanjut Dul Kamat seolah dialah yang paling tahu dan mempunyai wawasan yang sangat luas, "Setelah di karantina sapi-sapi yang terkena penyakit itu hanya ada di daerah itu saja. kemudian akan dimusnahkan."
"Maksudmu dibunuh gitu Dul?" Tanya Wagino.
"Namanya dimusnahkan, ya dibunuh terutama yang terkena hewan yang sudah terkena virus akut dan tidak bisa disembuhkan."
"Rugilah kalau gitu peternaknya, apa tidak ada bantuan?" Sekarang Wagino dibuat ingin tahu.
"Nah akhirnya kamu sendiri ngomong kalau perlu bantuan."  Dul Kamat menyindir Slamet yang marahnya sepertinya sudah di puncuk ubun-ubun, "Di negara-negara di benua itu langsung mengganti sapi-sapi yang dimusnahkan itu. karena mereka beranggapan biaya memusnahkan sapi secepatnya sebelum menular ke daerah lain biayanya lebih murah. Coba bayangkan kalau penyakit itu menyebar ke daerah lain kerugian yang ditimbulkan akan lebih besar. misalnya saja si pemilik sapi akan kehilangan sapinya tanpa ada yang mennganti, terus harga daging akan mahal, terus tukang bakso, restoran, warung yang menjual daging sapi tidak bisa opeasi lagi. bayangkan itu.." Kata-kata Dula Kamat si Belantik Sapi yang juga lulusan dari Universitas Hukum itu lebih banyak lagi, "Hee.. ke mana Slamet?" Tiba-tiba  Dul Kamat baru sadar kalau Slamet sudah tidak ada di depannya.
Rupanya ketika Dul Kamat tengah bicara  berapi-api Slamet mlipir  mencari jalan lewat belakang. Dan semua orang yang di warung itu tahu, kecuali Dul Kamat yang tengah bicara monolog. Hingga siang orang-orang yang berkumpul di warung kopi Nyi Mirah akan pulang itu dikejutkan oleh seorang perempuan yang datang dengan tergesa-gesa.
"Lek Wagino bantu redakan emosi Bapaknya Rifan." Kata perempuan yang baru datang itu dengan wajah menahan tangis.
"Slamet memarahimu Yu?"
"Tidak Lek."
"Lantas apa yang dilakukannya padamu YU."