Bersepeda sempat mengalami lonjakan peminat di akhir tahun 2020. Fenomena tersebut menggambarkan betapa orang ingin selalu hidup sehat di tengah pandemi yang tengah melanda seluruh dunia, tidak terkecuali di Indonesia. Tidak sedikit yang ikut-ikutan  menjadi tren yang menyenangkan Faktor rekreatif yang lebih banyak terdapat pada olah raga ini menjadi pilihan. Sehat dan menyenangkan begitu kira-kira slogannya. Meskipun tidak sedikit yang hanya ikut-ikutan dan akhirnya seperti jamur di musim hujan, bermunculan sangat banyak.
Pada bulan-bulan lalu penggemar sepeda dengan berbagai jenis dari model sepeda mini, sepeda onta, sepeda gunung hingga sepeda balap sangat mudah dijumpai di tiap minggu pagi. Namanya saja menyukai olah raga hanya karena trend, memang hanya akan belangsung sesaat.
Benar saja menginjak bulan Maret ini orang-orang yang mulanya sangat mati-matian untuk bisa memperoleh sepeda agar bisa gowes ramai-ramai, sekarang tinggal cerita. Berganti dengan cerita orang yang menjual sepedanya lagi dengan harga separuhnya, sangat biasa. Hanya saja ketika bersepeda ramai-ramai itu fakta lain pun muncul yaitu. Seringnya terjadi keteledoran yang mengakibatkan kerugian bagi pesepeda itu sendiri bahkan bisa saja menimpa orang lain.
Menyiapkan  Fisik
Setiap olah raga mempunyai karakteristik masing-masing. Bersepeda bisa digolongkan kegiatan olah raga yang berat dan mempunyai resiko yang tinggi saelain terjun payung dan balap sepeda motor. Â Karena rentan dengan kecelakaan yang mengakibatkan luka fisik hingga meninggal dunia. Bahkan sering terjadi juga penjambretan dan pembegalan.
Mengingat resiko bersepeda sangat tinggi ada baiknya ketika akan melakukan olah raga ini mengecek kondisi tubuh. Misalnya saja tubuh lagi tidak fit, atau lagi terserang flu seyogyanya tidak memaksakan diri. Lebih baik melakukan olah raga yang ringan di rumah misalnya peregangan saja atau sedikit aerobik mengikuti irama musik. Atau boleh juga melakukan aktivitas mengayuh sepeda dengan sepeda statis.
Kalau tubuh sekiranya memang mampu untuk bersepada lakukan saja, tetapi sama dengan setiap olah raga pada umumnya melakukan peregangan otot. Sepuluh menit sudah cukup melakukan warming up, kalau kelamaan bisa-bisa capek, malah  tidak jadi bersepeda.
Menyiapkan Mental
Tidak jarang ketika bersepeda faktor mental diabaiakan. Inginnya melupakan masalah di rumah, menghilangkan stress karena pekerjaan kemudian bersepeda di jalan raya beramai-ramai dengan teman. Jikalau bisa melupakan masalah pribadi hasilnyanya pun akan baik. Tubuh dan rohani menjadi segar.
Fokus di jalan raya sangat diperlukan, karena dibanding dengan pengguna jalan lainnya bersepeda sangat rentan. Bersenggolan dengan sepeda motor pasti kalah dan banyak jatuhnya, apalagi kesrempet mobil. Tidak mungkin mobilnya yang ringsek, pasti sepedanya yang  rusak. Kehilangan fokus ketika bersepada di jalan raya yang padat dalam satu detik saja sama saja menyerahkan diri dalam bahaya.
Mental yang labil karena banyaknya masalah sangat beresiko dibawa bersepeda terlebih hanya sendirian. Mengajak teman sangat disarankan ketika penghobi sepeda ini turun di jalam raya  atau menjelajahi sawah dan lembah (hehehe...) saya sarankan untuk dilakukan. Tentunya kawan yang kita ajak pun bukan mempunyai masalah yang lebih berat.
Mengenal Jalur dan Kebiasaan Bersepeda
Tidak hanya harus fokus dengan dirinya sendiri bahkan menghilangkan kebiasaan bercakap-cakap dengan pesepeda lainnya akan lebih baik dilakukan ketika berolah raga yang bisa digolongkan dengan resiko tinggi ini. Mengenali diri, sepeda kita, bahkan jalur yang nantinya akan dilalui adalah sarat agar bersepeda nantinya bisa sukses.
Jarak tempuh normal yang bisa dilakukan para pesepeda amatir sekitar 20 km.  Sudah cukup untuk menguras tenaga dan  membakar kalori. Jarak tempuh itu pun pastilah cukup familiar dengan tempat tinggal kita yang menjadi start dan finish perjalanan. Jalur yang sering  dilalui itu juga akan membawa keuntungan tersendiri bagi pesepeda. Mengetahui area mana saja yang membutuhkan konsentrasi tinggi, atau hanya lepas stang.
Meskipun bersepeda sudah menjadi bagian  sejarah panjang  negeri ini. Namun seiring waktu perhatian pemerintah untuk pesepeda itu sendiri belum dapat dikatakan menggembirakan. Memang ada jalur untuk pesepeda tapi sayangnya hanya di jalan protokol. Rambu-rambu untuk pesepada sangat minim.  slogan-slogan untuk menggunakan sepeda pergi ke kantor tidak masif dilakukan.
Etika dari pesepeda itu pun harus dimiliki. Berbelok ke kanan, ke kiri, mengurangi kecepatan, meminta pemakai jalan untuk lebih hati-hati, bahkan pesepeda akan berhenti semuanya ada aturan yang harus diketahui. Pengetahuan akan isyarat bersepada memang belum dimiliki oleh seluruh pengguna jalan. Mungkin suatu saat ketika semuanya harus kembali menggunakan sepeda baru membutuhkan rambu dan isyarat. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H