Orang yang senang mengoleksi barang-barang atau kolektor tidak akan datang dengan tiba-tiba menyukai suatu barang yang dianggap aneh. Ketika anak suka dengan miniatur mobil yang harganya dari dua puluh lima ribu rupiah hingga berjuta-juta. Sebagai orang tua pastilah akan menganggapnya sebagai pemborosan, namun setelah berlangsungnya waktu dan anak yang sudah tumbuh dewasa dan si anak masih saja menyukai barang-barang miliknya yang dikoleksi sedari kecil  bukannya berukurang malah bertambah sebagai orang tua pastilah akan senang.
Ada beberapa alasan mengapa orang tua senang, paling tidak semua barang yang dahulu diminta dengan merengek-rengek bukannya hilang namun masih tersimpan dengan rapi menandakan jika anak memang menyukai barang itu. Dan benda-benda yang dikoleksi anak bisa menjadi saksi hidup tentang pertumbuhan menuju kedewasaan anak. Coba saja ambil salah satu barang yang dibeli anak pertama kali pasti akan bisa diceritakan berapa umur si anak ketika membeli mobil-mobilan itu, di mana belinya, dan lain sebagainya.
Kesenangan yang berkaitan dengan kenikmatan batin tidak bisa diukur dengan value benda, uang, dan apapun yang digunakan sebagai alat ukur. Sehingga kadang-kadang orang yang sudah suka dengan hobi yang bisa berujud benda maupun aktivitas tetap akan dilakukan meski harus dengan modal yang lebih besar. Misalnya saja orang memancing, seperti yang ditayangkan oleh salah satu telivisi nasional itu.
Satu set untuk memancing yang terdiri dari  reel, joran, senar, pelampung, kili-kili, snap, pelampung, dan masih banyak peralatan lainnya.  Setiap barang pasti memiliki harga sendiri-sendiri, meskipun harganya mahal tetap saja akan dibeli.  Tentunya jika memancing di laut bukan di pinggir laut akan bertambah juga untuk biaya umpan, sewa perahu, dan tentu saja untuk perbekalan. Jikalau dijumlah tentu saja lebih dari  satu juta untuk satu kali memancing.
Sementara memancing di pinggir laut alat dan perlengkapannya tidak begitu mahal jika dibandingkan dengan memancing di tengah laut. Namun pehobi memancing yang memancing dengan cost yang mahal itu akan lunas kala mereka dapat mengangkat ikan yang besar lenih dari 10 kg kemudian bisa berpose pastilah kepuasan akan di dapat.
Tidak semua pemancing bisa menikmati sensasi memancing di tengah lautan karena terbatasnya dana. Memancing di empang, memancing di sungai bisa juga dilakukan asal namanya hobi itu bisa disalurkan. Kalau tidak dapat ikan di sungai bukankah masih ada pasar ikan yang buka hingga sore. hehehehe... Karena memancing ikan bukan untuk mendapatkan ikan yang banyak, hanya sensasi ketegangan kala umpan di kail di makan ikan. Getaran tali senar dan joran yang berbeda itu yang dicari.
Memancing hanyalah salah satu dari sekian hobi yang di miliki oleh manusia di luar  rutinitasnya. Kalau ada orang yang setiap hari melampiaskan hobinya mungkin bukan lagi hobi tetapi sudah maniak. Misalnya orang yang katanya suka memelihara burung kemudian saban hari  merawat burungnya. Dari memberi makan, membersihkan kandang, hingga memberikan rangsangan suara tidak mengenal waktu bahkan tidur pun di bawah sangkar burung, sudah terrlaluhh... namanya.
Atau ada orang yang senang dengan travelling maka hobinya akan disalurkan juga dengan mengunjungi destinasi wisata yang diidamkan. Tentunya cara agar sampai di tempat tujuan ada berbagai cara, kalau orang itu berkecukupan materi maka hanya tinggal mencari waktu saja untuk mengunjungi tempat yang ingin dikunjungi karena dana sudah ada. Setelah sampai di tujuan pastilah sama perasaan yang didapat, yaitu kepuasan batin.
Pehobi olah raga pun akan melakukan hal sama dengan pehobi burung, maupun pehobi memancing. Tujuan utamanya adalah kepuasan kala bisa melakukan aktivitas itu. Pehobi sepeda sejati tidak akan meluangkan waktu ketika ada waktu untuk menggenjot sepedanya mengelilingi kota. Atau hanya sakadar menikmati senja di batas kota.
Namun ada yang tidak puas kalau area bersepeda hanya daerah di sekitar dalam radius 40 km, maka untuk pesepeda yang sudah mempunyai grup lima hingg  sepuluh orang pastilah akan mempunyai agenda  menuju luar kota di hari libur dengan menumpangkan sepedanya di bak terbuka. Selanjutnya mereka akan di droping ditempat gowes untuk satu hari penuh.
Bisa dibayangkan berapa anggaran yang harus dikeluarkan untuk menuruti hobi itu. Namun sekali lagi antara pemasukan dan pengeluaran jika dihitung dengan materi dan waktu tidak akan pernah bertemu. Hanya saja ketika hobi yang sifatnya ada pada sisi dalam manusia yang bersinggungan dengan hati, perasaan, insting, dan jiwa sudah bisa diukur dengan materi maka banyak yang enggan melakukannya lagi. Â