Mohon tunggu...
dodo si pahing
dodo si pahing Mohon Tunggu... Buruh - semoga rindumu masih untukku.

Keinginan manusia pasti tidak terbatas, hanya diri sendiri yang bisa mengatur bukan membatasi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sobatku 2021, Biarkan Aku Berkeluh Padamu

1 Januari 2021   13:04 Diperbarui: 1 Januari 2021   13:09 187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi : pixabay.com

Dear Sobatku 2021,

Adakalanya saya bertanya-tanya mengapa setiap tahun namamu harus berganti. Kalau kemarin namamu 2020 tanpa berbalas surat hanya saja dirimu setiap pagi selalu mengingatkan jika diriku tengah ada pada dirimu. Kemudian di waktu sebelumnya kamu juga memakai nama 2019, dan kamu mengingatkan kelak lain waktu dirimu akan berubah lagi. Kemudian kamu pun meminta agar saya juga berubah, karena dirimu selalu berubah.

Setengah abad sudah sejak saya berkenalan dengan dirimu hanya saja belum satu pun waktu yang nyata kita bersua. Namun kamu selalu mengatakan, kalau dirimu selalu ada pada diriku. Bahkan tiap hembusan napas, degupan jantung, aliran darah, dan ketika kesadaran pada alam raya dirimu selalu ada padaku. Kemudian kamu mengajakku berkontemplasi, pada pagi berkabut.

Ada kecerahan di sana namun ada juga kemuraman. Keindahan alam raya selalu menyisakan waktu yang sangat sedikit untuk dinikmati, kemudian akan diganti dengan rutinitas. Karena ketika mata melihat pemandangan yang menakjubkan akan menjadi kebosanan setelah berulang-ulang dilihat. Bahkan akan menjadi penyiksaan manakala kebosanan telah menjadi kebiasaan.

Bermuram pada kabut pagi sama saja melihat kepedihan yang harus bercerai dengan waktu. Kabut akan segera lenyap manakala matahari menyambutnya dengan sengaja. Dan sisa-sisa yang terjadi pada alam yang telah ditinggalinya adalah basah hanya sementara. Selanjutnya akan menjadi kering-kerontang di tengah hari.

Sobatku 2021,
Maafkan aku jika mengajakmu ke perasaanku yang tidak jelas ke mana pembiraan ini akan dibawa. Karena seperti nasib masih samar untuk esok pagi, hanya rencana yang selalu memenuhi tiap mili, tiap pori, bahkan tiap sudut otak ini. Sementara kenyataan yang terjadi hanyalah sekadar menjalaninya tanpa ada kekuatan apa pun untuk mengubah. Bukan pesimis, namun begitu banyak yang tidak sesuai dengan rencana. Kalaupun sudah terjadi mau-tidak mau harus menerimanya memang itulah bagian yang sebut dengan takdir.

Ketika tahu diriku sudah semakin senja usia, sementara kaupun akan berubah lagi dengan nama sesuai dengan deret hitung hanya saja sampai kapan kita masih bersandingan. Masih banyak lagi rencana yang ingin dijalankan, masih tinggi cita-cita yang ingin digapai, bahkan masih besar nafsu yang mendorong untuk menguasai birahi. Namun kenyataannya adalah tubuh semakin ringkih, hanya mata memandang penuh perih, dan nafas pun semakin lirih.

Adakah dirimu masih membimbingku hai sobatku 2021, seperti nasib yang tidak jelas pada hari esok dan tidak yakinku pada hati yang sering berbolak-balik, pasti kaupun akan mengatakan juga tidak tahu. Karena kita sama-sama orang yang tidak tahu akan isi waktu. Kaupun hanya ciptaan demikian juga diriku sebutir debu tidak ada arti.

Namun adakalanya jiwa ini sangat melambung ke langit. Bukan karena pencapaian-pencapaian yang akan berakhir oleh waktu. Atau pundi-pundi kebendaharaan yang tertulis semu. Namun ada kegembiraan ketika bisa melakukan pekerjaan untuk orang lain. Di sanalah pencapaian yang sangat indah dan bermakna meskipun sangat remeh dan tidak seberapa bahkan seperti segelembung buih di pantai tak bertepi. Kau pun tahu itu sobatku 2021, karena dirimu akan selalu menjadi saksi.

Sobatku 2021,
Ketika usiamu sudah demikan renta namun masih kuat menanggung beban kehidupan, membuatku jadi malu untuk berkeluh kesah menumpahkan segala kegundahan padamu. Padahal usiaku kini tidak ada seberapanya disbanding denganmu. Mungkin harus kusampaikan saja kegundahan ini dengan selalu mengenangmu yang masih kuat berdiri. Namun andaikan saja sobatku 2021 masih memelukku nanti mungkin dalam tidak dalam hingar bingar waktu kita bisa bercengkerama dengan riangnya. Itupun kalu dirimu masih yang kukenal seperti saat ini.

Dirimu yang selalu dinantikan di tiap penghujung bulan ke dua belas. Semua orang yang sama seperti diriku menyambutmu dengan berbagai cara. Ada orang yang menyambutmu dengan meniupkan terompet keras-keras seolah-olah tidak membiarkan orang lain tertidur di awal pergantian namamu. Ada juga manusia yang rela meneriakkan namamu di ujung gunung agar seisi alam tahu kalau dirimu telah lahir. Dan berbagai ragam cara manusia untuk menyambut kelahiran namau yang baru. Lantas kalau dibandingkan dengan hari kelahiranku, siapa saja yang ingat? Ah, jadi menangis aku.

Tidak semua manusia tahu hari ulang tahunku berbeda dengan dirimu paling tidak sejak ada penanggalan semua insan di bumi akan meneriakkan kata," Selamat Tahun Baru." Ketika menjelang hari ulang lahirku orang terdekat pun kalau ingat pura-pura tidak diingatan mungkin takut dimintai kado, atau enggan berbasa-basi.

Sobatku 2021,
Semakin banyak aku menulis tentang persahabatan kita, maka akan semakin membingungkan karena kau dan aku selalu bertemu dan saling bersapa. Tetapi bahasa kita tidak pernah dimengerti mungkin suatu saat kita bisa memahami, hanya suatu saat seperti harapanku padamu untuk selalu bisa mengucapkan selamat tahun baru hingga pada masanya tidak bisa lagi mengatakan apa pun tentang dirimu.  
   

 (Pati, 1 Januari 2021)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun