Pubertas atau sering dikatakan dengan puber adalah masa ketika tubuh mengalami perubahan secara fisik dan emosional. Perubahan-perubahan itu tampak sangat mencolok pada anak usia ketika menginjak usia 12 hingga lima belas tahun.Â
Jikalau pada anak perempuan perubahan yang mencolok ketika bagian  vitalnya mengalami perkembangan bentuk karena perubahan hormon, Kalau lelaki biasanya ditandai tumbuhnya rambut pada bagian-bagian tertentu, mengalami perubahan nada suara dan sebagainya.
Sementara pada sisi emosi ketika seseorang mengalami masa puber yang berasal dari bahasa latin pubes yang berarti usia menuju kedewasaan.Â
Pada umumnya sikap yang ditunjukkan oleh orang yang mengalami masa ini adalah seringnya bersifat emosional yang tidak terkendali. Lihat saja anak-anak yang berusia seperti mereka akan lebih senang mengekspresikan kemauan tanpa didukung oleh pola pikir yang memadai.
Masa pubertas yang berlangsung pada usia belasan akan lebih bergelora ketika sudah berhadapan dengan lawan jenis. Lelaki mengenal perempuan dan perempuan sudah tertarik pada lelaki.Â
Namun dilakukan dengan sembunyi-sembunyi atau tidak berterus terang. Â Dan banyak orang mengatakannya dengan cinta monyet. Â Pubertas tidak hanya mengkhususkan pada emosi dalam kaitan asmara, namun pada kenyataannya masa puber akan selalu dihubungkan dengan cinta. Â
Ada kalanya juga  ketika pada tahap-tahap tertentu manusia dianggap juga mengalami masa puber ke-dua. Jikalau pada masa puber pertama lebih banyak perubahan yang dipengaruhi oleh hormon.
Maka pada masa peber kedua ini sering sekali dipengaruhi oleh faktor psikologi yang menuju pada usia kematangan. Â Jikalau bisa melewatinya dengan baik. Namun jika tidak maka hanya akan melingkar-lingkar pada satu masalah.
Sebagaimana masalah yang dihadapi masa usia puber pertama, masa puber kedua pun tidak begitu jauh.Â
Yap... lagi-lagi masalah utama yang dibahas adalah cinta. Dan biasanya yang didera adalah pasangan yang sudah terlihat bahagia. Sangat mesra di depan umum memamerkan seolah-olah mereka bisa dijadikan panutan sebagai keluarga yang sempurna. Â
Imitasi dari perilaku orang yang sedang mengalami puber setelah remaja akan lebih nakal. Jikalau pada usia belasan mereka belum mempunyai penghasilan maka yang dilakukan hanyalah sedikit meluapkan emosi mereka.Â
Misalnya menyangkal nasihat orang tua kemudian melakukan sesuatu hal yang dianggap tidak wajar dan cenderung merusak aturan. Namun ketika yang mengalami puber adalah orang dewasa yang sudah mempunyai penghasilan dan mapan tentunya akan berbeda.
Mengarungi kehidupan bersama sebagai suami istri lebih dari sepuluhan tahun dengan pasangan, kebosanan adalah kata yang sering diucapkan. Dan ketika mereka sudah mempunyai penghasilan paling tidak tahu mencari uang, maka cara melampiaskan kebosanan itu bermacam-macam caranya. Ada yang menyerempet-nyerempet bahaya atau hanya sekadar iseng.
Dikatakan menyerempet bahaya manakala untuk menghindarkan kebosanan itu dengan cara sporadis, berubah sikap hampir 180 derajat. Rutinitas keseharian dengan membuang kesempatan untuk berdua dengan pasangan atau anak istri.Â
Kemudian lebih banyak menghabiskan waktu dengan teman di kantor atau hangout ketika mempunyai kesempatan kerja di luar kota dan hanya dirinya  yang tahu apa yang dilakukannya paling tidak dari sini sudah ada kenakalan pada masa puber kedua.
Melakukan penyelewengan dengan mengkhianati komitmen yang dibangun berdua saat memulai hidup bersama. Namun pasangan ini masih saja terlihat mesra untuk memamerkan kehidupan mereka yang hanya imitasi.Â
Di sela-sela kenakalan sebagai masa puber yang hanya akan berlaku dalam beberapa saat itu akan sampai juga pada titik saat kesadaran jika perlakuan yang salah itu harus berhenti. Namun jika sudah terlambat? Tentu saja kehancuran.
Dan masa puber  agak genit-genit yang tidak menyerempet bahaya terlihat dalam hubungan orang dewasa yang mengalami masa ini dalam bentuk teman tapi mesra tidak dalam taraf perselingkuhan mungkin sedikit saja namun bisa saja sebagai jalan menuju penyelewengan dari faktor psikologi dari banyak faktor dan tujuan.
Ketika salah satu pasangan sudah menemukan gacoan yang lebih nyaman meskipun hanya kamuflase, perubahan-perubahan dalam perilaku akan semakin aneh.Â
Jikalau pada hari biasa si perempuan atau lelaki tidak pernah dalam waktu lama tiba-tiba memeluk pada pagi hari dengan penuh manja. Pastilah pasangan akan menjadi bertanya-tanya.Â
Karena kebiasaan memeluk pasangan itu hanya ada ketika pada bulan-bulan pertama menikah, setelah itu hubungan suami istri yang  sudah sibuk akan seperti robot, dingin.
Kalau pasangan melakukan sesuatu yang berbeda dan dianggap sudah ada perubahan dalam kebiasaan jangan terburu-buru senang dahulu ya. Mungkin  ada cerita kenakalan sebagai faktor lain yang orang menyebutnya masa puber. Â
Kalau dari berita dan isu burung jika pasangan tidak ada hubungan istimewa dengan teman tapi mesra di tempat kerja. Coba cek di media masanya, pasti akan ada nama yang selalu muncul dan memberikan sekadar like atau curhatan-curhatan dan pasti akan berlanjut di pesan khusus. Bahkan lewat pesan pribadi.
Di dunia maya yang menyediakan banyak pilihan aplikasi pertemanan akan semakin memudahkan pasangan berinterkasi secara khusus, tersembunyi, dan privat.Â
Bahkan bisa saja si pasangann membuat akun-akun dengan nama samara. Kalau sudah begini kenakalan pada orang dewasa sudah mengalahkan kenakalan remaja yang baru mengenal puber.
Cek saja pasangan kita sudah bergenit dengan masa pubernya mudah kok, apakah HP di silent kemudian dikunci? Kalau sudah sudah, Â ada tanda-tandanya ke sana, ke affair .
Dan semuanya terserah pada pasangannya. Bersabar dengan melakukan cara agar si perempuan atau si lelaki kembali lagi pada komitmen awal ketika akan membangun biduk rumah tangga. Atau membiarkannya lebih jauh lagi, yang akan berakhir dengan keruntuhan satu ikatan perkawinan.
 (semoga kompasianer tetap teguh dalam berkomitmen)
Â
Pati, 22 Desember 2020
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI