Mohon tunggu...
dodo si pahing
dodo si pahing Mohon Tunggu... Buruh - semoga rindumu masih untukku.

Keinginan manusia pasti tidak terbatas, hanya diri sendiri yang bisa mengatur bukan membatasi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pernikahan Abu-Abu di Parang Garuda

7 Oktober 2020   08:51 Diperbarui: 7 Oktober 2020   09:06 170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: gunawansusilo.wordpress.com

Kini hanya dengan tepukan dari Yuyu Rumpung dirinya harus memperlihatkan kalau gamelan itu dapat dimainkan oleh dirinya seorang. Kini, semua yang ada di balairung tambah kagumnya karena jelas di belakang alat gamelan itu tidak satu orang pun namun gamelan dapat menyelaraskan tiap nada dengan padunya.

"Ki Soponyono, tiap orang di pesisir utara ini ujung barat dari batas Pajajaran hingga di timur batas Singasari semuanya sudah paham kesaktianmu. Namun cukup sudah pertunjukkan kali ini, besok akan lebih panjang hari yang harus kita lalui hingga saat bertemunya dua mempelai." Kata Yuyu Rampung. Kemudian dia berjalan bersimpuh menghadap Adipati Yudhapati.

"Tidak usah sungkan Paman Yuyu Rumpung, langsung saja duduk di sampingku." Kata adipati Yudhapati menyambut kedatangan tumenggung kepercayaannya itu. Tertawa kekuasaan ada pada diri sang Adipati. Karena dirinya sebentar lagi akan berbesanan dengan adipati Carang Soka, Pusapa Andung Jaya. Yang lebih penting lagi akan ada kerajaan besar baru di pesisir utara Jawa.

"Yuyu Rumpung mana putraku?" Tanya Sang Adipati. Sementara itu Yuyu Rumpung mempersilakan Pangeran Jasari yang dari tadi sudah ada di depan Ayahandanya. Karena semua terkesima dengan pertunjukkan yang diperagakan oleh soponyono maka kehadiran Pangeran Jasari kurang mendapat perhatian dari ayahandanya sendiri.

"Saya Ayahanda." Jawab Pangeran Jasari.

"Ho.. ho.. ho... Putraku calon Raja di Parang Garuda. Sudahkah dirimu mempersiapkan untuk besok pagi?" kata sang Adipati dengan penuh bangga. Namun tidak bagi sang Pangeran dirinya sangat kalut tidak tahu apa yang harus dilakukan. Dirinya sudah terpikat dengan gadis gunung di Suko. Gadis bermata lembut, berambut hitam panjang bergelombang. Di tengah diamnya tiba-tiba Yuyu Rumpung yang memecah kebuntuan kata Pangeran Jasari.

"Tentu saja Pangeran Jasari sudah siap untuk semuanya, bahkan sebelumnya Pangeran Jasari mengatakan tidak kesabarannya untuk segera bertemu dengan Putri Rayung Wulan. Bukankah demikian Pangeran?" Kata Yuyu Rumpung sambil menghadapkan mukanya kea rah Pangeran Jasari yang masih diam termangu. Namun untuk menyenangkan orang tuanya dirinya mengangguk dan merunduk.

"Ha... ha... ha... laki-laki bisa-bisanya malu seperti itu. Baguslah kalau begitu. Sekarang istrihatlah dengan baik di tempat kesatrianmu." Tidak banyak lagi kata ayahnya  karena memang begitu sifatnya. Adipati Yudhapati akan berbicara pada titik-titik yang harus dibicarakan. Pangeran Jasari sergera meninggalkan balairung setelah memberi salam pada ayahnya dan semua yang hadir.

Suara prajurit yang disiapkan oleh senopati yang diteruskan pimpinan penerus membuat pagi yang biasanya masih manja berselimut kabut pegunungan kendeng harus melepasnya lebih pagi dengan terpaksa. Ketika kebiasaan berubah dengan tiba-tiba akan membuat segalanya tercenung sangat sulit untuk menerimanya. Demikian pun dengan Pangeran Jasari, di pagi yang masih gelap kalau bisa dikatakan masih malam dirinya tidak mengerti, bukankah hari ini waktu perkawinannnya mengapa harus menyiapkan hampir seluruh prajurit? Ini pernikahan atau persiapan perang?

(Pati, 7 Oktober 2020)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun