Mohon tunggu...
dodo si pahing
dodo si pahing Mohon Tunggu... Buruh - semoga rindumu masih untukku.

Keinginan manusia pasti tidak terbatas, hanya diri sendiri yang bisa mengatur bukan membatasi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pernikahan Abu-Abu di Parang Garuda

7 Oktober 2020   08:51 Diperbarui: 7 Oktober 2020   09:06 170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lelaki itu terdiam, merunduk, menatap pelan ke lantai marmer di balairung tempat pertemuan para pejabat kerajaan dan Ayahnya sebagai penguasa kadipaten Parang Garuda. 

Usia  Ki Soponyono  terpaut tidak jauh dengan Pangeran Jasari, andaikan disandingkan akan dikira kakaknya. meskipun ia dihadirkan sebagai tamu paksaan atau lebih tepatnya sebagai tawanan, namun dari gesturnya tidak ada keraguan atau pun ketakutan sama sekali. Bahkan segurat senyum selalu mengambang.

Wajahnya yang tenang memantulkan kewibawaan yang mengalahkan segala punggawa yang hadir. Tiba-tiba ia melambaikan tangannya dan seperangkat gamelan yang mengambang di langit-langit balairung turun. Dan tidak jatuh berserakan namun menata sendiri sangat rapi. Seolah-olah tiap jenis alat gamelan mempunyai ruhnya.

Semua yang hadir di paseban itu, berdiam terpaku. Para prajurit penjaga yang tidak bisa menyembunyikan perasaannya memandang kejadian itu dengan mata terbuka sangat lebar jikalau tidak ada kelopak mata mungkin sudah turut keluar sedangkan mulut menganga bagai gua jika nyamuk masuk pun tidak ada yang merasa. Sementara para pejabat di atasnya yang sudah tertata ilmunya hanya menoleh dan melihat tidak berlebihan. Karena mereka semua tahu dalan Soponyono hanyalah orang yang turut sebagai syarat untuk pernikahan junjungannya.

Yuyu Rumpung sebagai andalan di kadipaten Parang Garuda hanya tersenyum tipis, seolah-olah dialah sekarang yang menjadi pemenang. Dengan menyatukan dua kadipaten besar di pantai utara jawadipa artinya kemasyuharn akan menjadi milik kadipaten Parang Garuda. Biarlah di Jawa bagian timur milik Singosari. 

Namun di bagian tengah akan menajdi milik Adipati Yudhapati dan sejarah akan mencatat nama Yuyu Rumpung sebagai orang yang dapat memberikan nasihat untuk menaklukkan kadipaten Parang Soka tanpa peperangan. Dan setelah pernikahan ini kerajaan Parang Soka akan menjadi milik kadipaten Parang Garuda. Senyum kepuasaan masih melekat di bibir Yuyu Rumpung sang ahli strategi dari Parang Garuda ini.

Dialah yang membisiki Adipati Yudhapati untuk melamar Putri Rayung Wulan, jikalau berhasil dua kabupaten besar ini akan menjadi satu. Suatu saat ketika Pangeran Jasari menjadi raja dengan sendirinya kadipaten Parang Soka akan lebur jadi satu. Bukankah putri Rayung Wulan hanya seorang permaisuri dan tidak mepunyai kuasa apa-apa.  

Yuyu Rumpung lebih lebar lagi senyumnya, jikalau rencananya berhasil tidak mungkin dirinyalah yang akan mengendalikan semuanya. Apalah artinya seorang Pangeran Jasari, meskipun kelak dia akan menjadi raja. Dia tidak secakap ayahnya dalam memerintah, waktunya lebih banyak digunakan untuk berburu, bepergian, jarang mengasah keterampilan bernegara .Meskipun dia memliki kecakapan hati dan keprajuritan namun jikalau tidak memiliki ilmu pemerintahan apalah artinya. Dan itu dapat dibuktikannya,  Pangeran Jasari lebih mudah dikendalikannya.

Yuyu Rumpung beretepuk tangan, dan dalang Soponyono mulai memainkan musik gamelannya. Dalam tepukan tangannya ada maksud yang harus dilakukan Soponyono, ada kekalahan dalam dirinya. Tepatnya harus mengalah demi adiknya Ambarsari dan Ambarwati. Dirinya rela menyerahkan dirinya untuk syarat pernikahan Pangeran Jasari.

Empat hari lalu ketika malam akan berakhir setelah mementaskan wayang di kota Majasemi dirinya didatangi segerombolan orang hampir empat puluh jumlahnya. Tanpa Tanya dan sapa dirinya diserang dari berbagai penjuru. Kata hatinya satu gunung aku pijaki, satu samudera aku langakahi seluruhnya satu dalam tangan. Kemuidan dirinya  melawan semampunya bahkan tanda-tanda kemenangan sudah ada padanya. Gerombolan yang ternyata prajurit Parang Garuda yang berusaha menangkapnya dibuat tidak berdaya.

Namun tiba-tiba dari kegelapan ada suara mengancam ,"Soponyono, menyerahlah atau kedua adikmu ini kepalnya akan terpisah dari tubuhnya."
Ketika melihat dua adiknya yang dijadikan tawanan oleh orang yang bertopeng, seluruh darah dan sumsumnya meleleh mencekat hingga pada satu titik di kakinya. Dirinya merelakan jadi tawanan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun