Para bapak yang kerja di luaran melihat tontonan di televisi merupakan bentuk pelepasan kelelahan setela rutinitas, untuk orang yang bekerja. Lain halnya ibu-ibu rumah tangga, menonton televisi merupakan sarana hiburan.Â
Anak-anak akan menganggap televisi sebagai melihat dunia imajinasi. Tentunya segmen mereka pun akan berbeda-beda. Dan tidak jarang ketika segmen yang berbeda itu bertemu di depan layar akan menjadi keramaian tersendiri.
Bapak ingin berita terkini, ibu ingin sinetron, anak ingin film kartun. Keluarga yang berada pastilah di rumahnya tersedia lebih dari satu layar, namun keluarga dengan pendapatan pas-pasan ada satu pesawat televisi sudah bagus.Â
Acara yang digemari belum tentu baik bagi masing-masing jenjang usia. Acara berita belum tentu baik untuk usia anak-anak. Acara sinetron belum tentu baik untuk usia anak-anak tetapi belum tentu digemari bapak-bapak. Nilai kebaikan dan keunggulan relatif suatu tayangan akan mempengaruhi rating televisi yang tentunya akan berakibat baik pula pada suatu stasiun.
Pada zaman dengan informasi yang sangat cepat ini tayangan televisi tidak jarang hanya menjadi pelengkap. Sehingga tidak aneh jika ciri-ciri yang dimiliki suatu stasiun hanyalah mencirikan idealis pasar. Ketika kebutuhan industri siaran sudah berebut iklan yang tersisa perlombaan untuk memforsir satu jenis yang menjadi booming saat itu.Â
Saat booming cerita hantu hampir seluruh televisi menyiarkannya, saat booming sinetron azab-azaban semua televisi menayangkannya, saat televisi lagi booming "idol-idolan" sepertinya seluruh chanel bersaing pada acara yang serupa.
Identitas yang seharusnya melekat pada suatu stasiun tidak akan berlaku jika pasar mengendaki dan menyukai suatu jenis program. Jika tidak ada? Hanya dengan menggerakkan jari maka mata sudah berpindah ke chanel yang lebih baru. Tinggal memilih tayangan dari dalam atau luar negeri, tidak ada sensor.
KPI (Komisi Penyiaran Indonesia) mempunyai visi, terwujudnya sistem penyiaran nasional yang berkeadilan dan bermartabat untuk dimanfaatkan sebesar-besarnya bagi kesejahteraan masyarakat. Sangat bagus tujuannya antara lain agar dunia broadcast di Indonesia mempunyai kedudukan yang baik dan bisa sejarar dengan stasiun-stasiun di dunia.Â
Namun ketika penyiaran yang tidak luwes tidak memperhatikan pasar pastilah akan ditinggal pemirsanya. Namun ketika siaran tidak dikendalikan juga berbahaya. Tentunya harus bijak untuk menyebut suatu tayangan sebagai identitas, tayangan yang tidak memenuhi unsur kekerasan, tidak menyimpang dari SARA.
Saya ambil contoh penayangan sejumlah program di stasiun TVRI, dengan slogannya Menjalin Persatuan dan Kesatuan yang pernah mempunyai program unggulan Dunia Dalam Berita yang ada sejak tahun 1973 hingga kini masih tetap eksis.
Artinya acara ini meski sudah terhimpit dengan media internet yang setiap menit orang bisa mengaksesnya atau program televisi yang menawarkan berita setiap saat. Namun keberadaan acara Dunia Dalam Berita seolah tidak tergeser. Para penonton yang mungkin sekarang hampir berkepala 5 pastilah sekejap atau berkejap-kejap akan meluangkan waktu melihat acara ini.