Parkir mobil belum lurus, mesin pun belum mati anak-anak sudah berlari ke pantai menyusul anak-anak lainnya yang  sudah terlebih dahulu bermain di pantai. Ada yang bermain pasir membuta gunduk-gundukan, ada yang berenang di tepian ombak yang sangat lembut memungkinkan anak-anak bermain  dengan tenang. Dan orang tua mereka hanya melihat sambil makan pentol cilot, bakso, jagung godog, atau apa pun yang terjual pasti  ada pembelinya.
Tempat ini masih asli belum tersentuh sama sekali pemodal besar, sehingga perbaikan-perbaikan oleh pemerintah setempat belum menyentuh keamanan anak-anak yang jika terlepas berenang agak ke sedikit jauh dari pantai. Bahkan sewaan kano, ataupun mainan laut lainnya belum ada.Â
Hanya ada satu atau dua penjual cendera mata mungkin belum siap jika tiba-tiba ada rombongan wisatawan datang. Namun semuanya terkalahkan dengan pemandang laut dan pasir putih yang seolah mengkontraskan dengan batu-batu hitam yang masih tampak berjejer tanpa aturan, namun itulah yang membuat tempat ini sudah siap bersaing dengan wisata pantai  di Jepara yang sudah lebih dahulu eksis.
Sebenarnya ingin berlama-lama di pantai Smart yang hanya berjarak dua kilometer dari Kafe Kampoeng. Mengucapkan dengan penuh syukur ke hadirat Tuhan sambil  melihat anak-anak yang bermain riang, sambil selalu memegang tangan istri yang sama-sama melihat satu titik matahari terbenam. Setelah semburat merah sempurna hilang, kita pun meninggalkan pantai yang semakin kentara nyanyiannya dengan segala kenangan yang indah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H