Di ajang Sea Games tim sepak bola Indonesia dan Laos sudah empat kali bertemu, tiga kali menang tahun 1997, 2003, dan 2005. Â Dan kekalahan itu itu harus diakui oleh tim Garuda pada tahun 2009. Untuk pertandingan kali ini tim Indonesia lebih diunggulkan karena permainan yang sangat aktraktif. Ditambah dengan peluang untuk menuju babak selanjutnya lebih besar Indonesia daripada kesebelasan Laos.
Pada ini kali Indonesia bisa tampil full team, artinya pilihan yang diterapkan oleh coach Indra Safri pun juga beragam. Dan ketika melihat trio tengah yang dimasukkan yaitu Zulfiandi, Evan Dimas, dan S. Abimanyu mengisyaratkan adanya keinginan untuk menguasai lapangan tengah sejak dini.Â
Hal itu dipilih jika Laos bermain super defensif. Karena pada posisi penyerang tidak ada yang berpostur menjulang maka umpan-umpan silang dari sisi lapangan oleh;  Egy, Witan, maupun Sadil akan lebih efisien jika diganti dengan  umpan menyusur dari tengah lapangan ke daerah penalti tim Laos. Itu hemat saya hehehe...
Permainan yang tidak hanya mengandalkan satu pola serangan saja maka kemungkinan untuk menang itu lebih besar. Evan Dimas yang berada di tengah sangat mobil untuk memberikan ke Egi Maulana yang berada di penyerang tengah atau ke dapan Osvaldo maupun Sadil yang bebas bergerak ke kanan maupun ke kiri depan bahkan terlihat sekali ketiga pemain depan itu sangat bebas bertukar posisi. Dan betul saja menit ke-4 Sadil mampu merobek jala kesebelasan Laos.
Sekali lagi kesenangan dalam bermain merupakan kunci untuk menguasai permainan, selanjutnya bermain dengan  ketenangan. Ketenangan itu juga bisa menguasai permainan dalam bertahan dan menyerang. Dan rupanya sampai menit ke 40 belum bisa menambah pundi gol setelah membobol gawang kesebelasan laos. Dalam mengekskusi sekecil apa pun kesempatan untuk dijadikan belum dimaksimalkan oleh para pemain depan Indonesia.
Meskipun mengurung pertahanan lawan dan menguasi persentase penguasaan bola, tampak sekali Andi Setya dkk belum mampu serancak kala bermain melawan Brunei Darussalam. Addanya keinginan menang besar karena di saat bersamaan Thailand di luar dugaan bisa mengalahkan Vietnam 2-1 di paruh waktu 45 menit pertama. Artinya nilai Indonesia, Vietnam, dan Thailand jika mampu mempertahankan kemenangan maka jumlah agregat gollah sebagai penentu tim mana yang melenggang ke fase berikutnya.
Setiap pertandingan pastilah suatu tim sudah dipantau pola permainan, strategi pelatih, siapa pemain yang menjadi kunci permainan, lapangan yang akan dijadikan bermain, jam main, dan hal-hal di luar nalar pun akan dipelajari. Oleh karena itu saat Vietnam akan bertanding seluruh media dilarang meliput, tidak ada penonton saat tim Vietnam  berlatih agar tidak terpantau dan diketahui kelemahannya. Apakah hal sama dilakukan oleh tim Laos? Tentunya saja ya, namun dengan kepentingan pertandingan yang tidak berpengaruh pastilah pantauan itu hanya ingin agar gawangnya tidak bernasib sama dengan Brunei yang dibobol 8 gol.
Ketenangan dalam bermain itu sedikit banyak berpengaruh pada cara bermain, pada menit ke 47 lagi-lagi Osvaldo mencetak gol. Artinya, pemain Indonesia ini menjadi pencetak gol terbanyak untuk sementara. Â Dengan ketenangan itu, tidak akan terjadi seseorang yang menjadi pusat permainan. Dan mungkin coach Indra tahu bahwa Egy M permainannya mulai tidak efektif maka pada menit ke-62 diganti oleh Witan Sulaiman. Dengan maksud agar permainan lebih mengalir dari tengah.
Pilihan Coach Indra terbukti sahih, aliran bola yang lebih lancar tadi mengakibatkan bola semakin lancar ke daerah gawang Laos. Hasilnya screaming di daerah gawang Laos berbuntut pelanggaran,  hand ball. keuntungan untuk tim Garuda. Wasit tanpa ragu menunjuk titik putih, penalti untuk Indonesia. Algojo diambil oleh Bagas Adi, meskipun tendangan masih bisa ditepis oleh kiper bola liar  itu bisa ditendang kembali oleh Bagas, 3-0.  Setelah gol itu permainan indonesia sangat berkembang bahkan menyamai gol pada menit akhir babak kedua.
Dengan jumlah gol pada pertandingan melawan  Laos 4-0 pada petang ini, dan  saat bersamaan Vietnam bisa menyamakan kedudukan, maka otomatis negara yang memproklamasikan kemerdekaannya 2 September 1945 dan berposisi 99 peringkat FIFA itu kembali ke posisi pertama.Â
Sementara itu tim merah putih yang berperingkat 159 FIFA menduduki peringkat kedua. Peluang lolos ke babak berikutnya memang lebih besar dimiliki oleh Vietnam dan Indonesia. Asal tidak ada kejadian aneh yeng diluar nalar, maka tim merah putih tetap berjaya ke babak berikutnya.