Kemenangan terakhir Tim sepakbola Singapura pada tim PSSI terjadi pada tahun 1993. Tepatnya tanggal 19 Juni 1993 saat perebutan medali perunggu di SEA Games. Setelah itu tim Singa tidak pernah menang melawan tim PSSI, atau hampr 26 tahun. Dan kali ini tim Sepakbola singapura ingin memori itu dibuka kembali di stadium Rizal memorial.
Begitupun juga tim Garuda ingin memenangi pertandingan keduanya. Setelah pertemuan pertama dengan Thailand berakhir manis dengan kemenangan 2-0. Â Sementara itu tim Singapura hanya bermain imbang 0-0 dengan tim Laos.
Nilai yang diperoleh Tim Garuda tiga, sedangkan Singapura memperoleh nilai 1. Tentunya melihat nilai yang diperoleh Tim Indonesia lebih unggul, untuk babak penyisihan masih ada tiga pertandingan lagi sehingga strategi pelatih harus sangat jeli memperhatikan peluang yang masih ada.
Pada pertandingan yang berrsifat turnamen yang dipentingkan adalah kemenangan. Tetntunya kemenangan yang diperoleh dengan cara yang elegan sehingga yang kalah pun tidak merasa sakit. Seperti ini kali, coach Indra sangat berhati-hati menginstruksikan Evan Dimas dalam bermain.
Permainan Evan agak ke dalam sehingga pemain Singapura seperti diberi kesempatan untuk menyerang. Dan jelas, serangan Tim Garuda hanya mengandalkan serangan balik. Â Kehati-hatian itu dipertahankan hingga babak pertama berakhir.
Babak kedua jelas terlihat permainan sudah diubah.  Lebih represif, menyerang sangat gencar. Bahkan Egy, Osvaldo, dan Sadil berulang-ulang mempunyai kesempatan membobol gawang tim Singapura. Nasib baik ada diri Osvaldo pemain yang berasal dari klun Persebaya ini membobol tim lawan pada menit  ke-63.  Keunggulan 1-0 untuk Tim Garuda.
Turnamen sangat dibutuhkan strategi yang cerdas, karena sifat pertanding yang sangat singkat. Tujuh pertandingan hingga mencapai final. Lain halnya pertandingan di level liga pertandingan bisa mencapai 30an pertemuan. Waktu yang singkat itu harusnya sudah diperhitungkan oleh seluruh oficial, ahli gizi, hingga pelatih.
Kematangan psikis dan fisik harus sangat prima sebagaimana osvaldo yang selalu bergerak membedah pertahanan lawan. Pergerakan dan determenasi yang luar biasa pastilah bukan hasil instan tetapi sudah melalui proses pembinaan yang penjang.
Kekuatan prima seperti ini tampak saat osvaldo mengacak-acak daerah penalti lawan, kemudian pemain lain yang lepas dari konsentrasi tim Singapura masuk  Asnawi Mangku Alam melapisi Osvaldo dari lini kedua menendang bola hasil perjuangan Osvaldo Gol Lagi. Pada menit ke 73. Tim Garuda menambah keunggulan menjadi 2-0.
Kalau semalam ada yang menyaksikan pertandingan antara Barcelona dan Borusia Dortmun. Â Pastilah akan mengerti betapa kecerdasan itu diperlukan dalam suatu pertandingan. Barcelona dengan asiknya hanya bermain-main setelah unggul.
Kalau berani menarik persamaan dengan permainan pada liga champion itu sudah sewajarnyalah pemain Garuda memperagakan kembali permainan yang sama atau setidak-tidaknya sama dengan babak pertama. Setelah menang tidak perlu ngotot.
Jika permainan tidak saling ngotot, alhasil permainan akan menjemukan, karena permainan akan berada di daerah Indonesia. Tetapi dengan memperagakan permainan bertahan yang mengandalkan tusukan sayap dari Fadil yang sangat tajam pastilah tim Singapura pun akan berpikir ulang jika selalu menyerang.
Dan memang terbukti, tusukan dari Fadil yang keras yang kemudian menendang bola dengan keras hanya saja masih membentur tiang gawang. Menit-menit pertandingan  mendekati akhir rupanya darah muda pemaian muda kita terpancing emosi untuk melakukan tindakan kekerasan. Sehingga oficial dan staf pelatih harus meyiapkan pemainnya agar tidak terpancing dengan hal-hal yang merugikan tim
Suatu pekerjaan rumah yang tiap tahunnya harusnya lebih kecil, bukan sama tiap tahunnya bahkan lebih berat. Artinya PR itu tdak lagi menyangkut hal dasar seperti teknik, namun sudah kepada suatu manajemen permainan. Permainan yang sangat memperhatikan kemenangan, itu saja.
Tidak pentinglah bermain dengan indah, jika hanya berakhir dengan kekalahan. Atau bermain dengan teknik tinggi jika berakhir dengan menunduk malu.
Tentunya semua orang tidak menginginkan hanya menang, kalau bisa dengan bermain yang indah, kalau bisa lagi bermain indah dengan teknik yang tinggi. Memang itulah sifat dasar manusia ingin lebih segalanya.
Namun jika menyaksikan pertandingan tadi antara tim Indonesia dan tim Singapura. Semangat yang tinggi dan determinasi dari seorang Sadil lebih mendominasi. Jadi gol yang tercipta memang dari proses ledakan-ledakan kecerdasan individu. Bukan dari suatu skema permainan yang mencirikan tim mapan.
Dengan kemenangan 2-0, yang artinya Tim Garuda memiliki nilai enam, suatu modal yang sangat berharga untuk lolos ke fase gugur. Masih ada pertandingan tiga kali, jika tim Garuda bisa menyapu kemenangan, dipastikan lolos.
Paling tidak bermain tidak terkalahkan pada sisa grup juga akan membuat Tim Garuda lolos. Pelatih pun bisa merotasi pemain di tiap pertandingan tersisa. Kecuali ketika bertemu dengan Vietnam strategi  sangat khusus dan pemain yang sesuai skema harus lebih diutamakan.
Ketika bertemu dengan tim Vietnam yang sementara menjadi juara grup dengan nilai 6 sama dengan Indonesia, namun tim sepak bola Vietnam  menang dalam selisih gol, tim Garuda lebih mempunyai pengalaman lebih baik.
Pengalaman menundukkan tim yang mengandalkan permainan terbuka. Karena memang begitu ciri khas pemain belia Indonesia ingin selalu bermain terbuka dan menendang bola langsung mengarah ke gawang lawan.
Paling tidak bermainlah untuk selalu menang dengan memperhatikan kekuatan diri sendiri dan lawan. Beramain untuk menang akan menjadi rumus jika pemain sudah memiliki filosofi sepak bola indonesia. Tetapi yang mana? Yang jelas apapun bentuknya, aku selalu padamu. Bravo sepak bola Indonesia!
(Pati, 28 Nopember 2019)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H