Mohon tunggu...
dodo si pahing
dodo si pahing Mohon Tunggu... Buruh - semoga rindumu masih untukku.

Keinginan manusia pasti tidak terbatas, hanya diri sendiri yang bisa mengatur bukan membatasi.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Pada Gerhana Semuanya Jadi Satu

9 November 2019   13:50 Diperbarui: 9 November 2019   13:58 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Cinta yang kautanggalkan telah menjadi serapah memabukkan
menyusur tiap ketuban
memecahkan dendam memenjarakan renjana
menyisakan hina

dustamu berpuing luka
sesepah durjana pun enggan bertabik salam
mengendap di tiap lidah berdaki

hingga menyamakan diri tokoh
berbisa raja anta putra Bima    
kau mengira sama?
namun sungguh tak sepadan

putra bima tahu kala dirinya pasti terbunuh karena tipu daya
sementara itu kau apa?
membusa mulut penuh muslihat
menikam kawan menjilat lawan

racun  kata dari perduperdu berduri telah dianggap nujum
dijadikan nurbuat penghantar tidur
pendendang berita
penguntai amsal
lantas apa Jadinya?

siapakah kini pendusta
siapakah kini penenun  jiwa

semuanya bersatu pada malam gerhana

 Antareja Putra Bima dalam pewayangan versi Jawa

(Pati, 9 Nopember 2019)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun