Saat ini masih hangat kata "manipulator" yang dipakai oleh presiden Jokowi untuk mengganti kata Radikalisme. Kata atau iatilah serapan ini menurut saya juga mempunyai makna menggantikan kata yang dirasakan mempunyai efek suatu tindakan kekerasan yang dikandung oleh suatu paham.
Arti kata manipulasi dari KBBI; 2 ki upaya kelompok atau perseorangan untuk memengaruhi orang perilaku, sikap, dan pendapat orang lain tanpa orang itu menyadarinya; 3 ki penggelapan, penyelewengan.Â
Mungkin saja maksud dari Bapak Joko Widodo mengalihkan kata radikalisme yang mempunyai maksud suatu kelompok yang melakukan tindak kekerasan untuk suatu perubahan secara drastis ataupun secara cepat. Sehingga dengan mengganti istilah radikalisme dengan manipulator adalah mengganti objek juga.
Radikalisme adalah suatu paham yang dilakukan oleh sekolompok orang, yang berarti kekerasan  itu diorganisasikan secara sistematis. Dengan mengganti manipulator hanya merajuk pada orang perorang, jika manipulasi dilakukan dua orang atau atau lebih maka kata yang dipakai adalah manipulator-manipulator atau para manipulator.Â
Dengan demikian tindakan pun akan dilakukan pada individu-individu sebagai orang yang melakukan tindakan manipulasi. Apakah menggantikan kata radikalisme dengan manipulator termasuk diksi eufimisme?
Paling tidak dengan menggantikan radikal yang mempunyai makna kekerasan yang mengarah pada perusakan, kemudian menggantinya dengan kata lainnya yang tidak berasosiasi dengan makna kehancuran. Maka pendengar berita audio video,pembaca media cetak, masyarakat umum dipilihkan kata manipulator sebaga pelaku  tindakan culas yang tidak perlu lagi diperhatikan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H