Mohon tunggu...
dodo si pahing
dodo si pahing Mohon Tunggu... Buruh - semoga rindumu masih untukku.

Keinginan manusia pasti tidak terbatas, hanya diri sendiri yang bisa mengatur bukan membatasi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Ikan dari Kedung yang Ingin Kuceritakan

30 September 2019   21:26 Diperbarui: 21 September 2020   19:54 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
publicdomainvector.org

“Kang...Kang Jaduk...Kang Jaduk.” Namun tidak ada jawaban, ia cari suaminya. Dan betapa terperenjatnya ketika melihat suaminya sudah kaku di kamar mandi.

“Kang Jaduuuuk...” Teriaknya histeris. 

Lolongannya sangat keras membuat tetangganya terbangun di tengah malam. Seketika rumahnya menjadi kerumunan tetangga, semua terhenyak. Namun di sela-sela kekagetan itu para tetangga Santi dengan cekatan mengurusi pemakaman setelah dinyatakan meninggal dari dokter.  Dari malam hingga usai pemakaman suami Santi desanya  menjadi ramai dengan perguncingan, hingga berhari-hari.

Semua cerita kematian suami Santi pasti dihubungkan dengan ikan lele yang di dapat dari Kedung Perahu, dan dibumbui jika yang didapat adalah rajanya. Karena tidak terima maka yang menjadi penunggu mencari Jaduk suami Santi dan membalasnya untuk dijadikan ikan di kali itu. Bahkan ada yang menambahi cerita kalau Jaduk kena kutukan memasuki hutan larangan tanpa membawa teman dan uluk salam. Cerita  belasan tahun yang sudah mulai tersimpan di memori Santi kini terhampar kembali di depannya, seakan akan menjadi  gambar yang ditayang ulang kembali.  

Ketika menuju rumah Parman dirinya dan Roh mendadak  berhenti karena orang-orang yang sedang takziah balik kembali, di tengah keheranan itu. Langkahnya tetap menuju ke rumah almarhum Parman.

“Yu Santi, ayo pulang saja.” Kata Legi yang masih membawa bakul di pinggangnya.

Santi dan Roh yang sudah berhenti akan bertanya ada apa, pertanyaan itu belum juga keluar sudah disambung kata Legi, “Tadi belum sampai ke rumah Parman namun sudah di cegat sama Pak Tentara dan  Pak Polisi katanya kang Parman tidak boleh di tengok mayatnya. Kalau mendoakan silakan dari rumah saja. Kata Pak polisi itu lagi, penguburan jenazah  tidak di desa ini namun di pemakaman yang disiapkan rumah sakit.

Pikiran santi tidak karuan sekarang bukan karena kematiannya, jangan-jangan Parman meninggal karena covid. Kalau begitu dirinya pasti kena juga bukankah sebelumnya dirinya dan Parman pernah bertemu dan ia bersalaman dengannya. Ia segera balik kanan, dan mengajak Roh tidak pulang namun segera menuju ke Puskesmas.  

 

(Pati, 24 Agustus 2020)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun