Mohon tunggu...
dodo si pahing
dodo si pahing Mohon Tunggu... Buruh - semoga rindumu masih untukku.

Keinginan manusia pasti tidak terbatas, hanya diri sendiri yang bisa mengatur bukan membatasi.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Kredo Sepak Bola Kita, Apa Punya?

17 September 2019   11:45 Diperbarui: 17 September 2019   17:43 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

                .
Kaki-kaki muda garuda belia bisa mengobati sesak karena kekalahan garuda tua, eh senior ding. Kaki Attala Rayhan, Marselino, Alfin, Wahyu Agung, dan kawannya  masih terlihat ramping seperti buluh bambu muda, lurus namun padat. Dan tubuh mereka mampu meliuk-liuk bak kena angin seperti dicambuk-cambukkan ke kanan, ke kiri, ke atas, ke bawah, lurus. 

Lawan pun harus merapatkan barisan agar tidak terkena cakarannya. Kira-kira begitu gerakan kaki dan tubuh  garuda muda ketika tim U-16 mencundangi tim Filipina 4-0 di Stadion Madya GBK 16 September 2019. Dan kemenangan itu menjadi awal yang indah. Selanjutnya garuda belia siap menantang lawan-lawan lainnya pada pertandingan grup G untuk piala Asia.

Meskipun tim yang dikalahkan "hanya" sekelas Filipina namun kemenangan tetaplah kemenangan. Bisa melarutkan seluruh bongkahan yang berada di pojok-pojok impuls amarah kemudian berganti dengan aura kebahagiaan.  

Dan jika impuls yang dimainkan kemudian merambah pola hukum  positif selalu ada pada pemain sejak belia selanjutnya dipelihara hingga dewasa maka seluruh elemen persepakbolaan di tanah air akan merasa terjangkiti virus bahagia meski butuh waktu lama.

Waktu tidak pernah berkompromi dengan apa pun termasuk PSSI yang resmi sebagai badan dari bulan April  tahun1930 dengan komandonya Bapak Soeratin. Kalau dihitung dengan tahun sebagai suatu umur artinya sudah 99 tahun lebih kita mempunyai organisasi resmi yang mengatur persepakbolaan tanah air.  

Usia yang bukan muda lagi untuk menumbuhkan kebahagiaan dengan mempunyai suatu kredo. Suatu kepercayaan yang diyakini dapat meneguhkan semangat sehingga langkah-langkah mereka terutama bagi penganutnya dapat melipatgandakan baik secara mikro maupun makro.

Adanya suatu kredo, suatu "grand desaign", "cetak biru", atau pondasi dalam bersepakbola yang didasari pada filosofi besar masyarakat Indonesia maka pada usia yang delapan bulan lagi federasi kita menginjak satu abad seharusnya sudah dapat dapat meluluskan harapan pecinta sepak bola di Indonesia. Sudah sangat haus kita dengan prestasi mungkin malah dehidrasi. 

Mengingat pentingnya kejayaan dari suatu sepak bola yang diyakini dapat membawa nama negara juga. Menurut hemat saya Perlunya kesadaran dari pengelola bola level apapun untuk mempunyai kredo yang sama dengan tim merah putih yang berlaga di kancah internasional. Sehingga saat sepakbola tingkat klub maupun timnas memainkan sepakbola dapat dibaca itu lho sepak bola Indonesia dengan gayanya sendiri.

Selain pembinaan  mendasarkan pada bibit muda asli dari pembinaan tanah air dan yang berlaga di negeri sendiri, suatu saat harus berani mendatangkan pelatih yang bukan hanya melatih dalam jangka pendek. Misalnya hanya dalam satu "event" AFF game saja, atau ASEAN Game saja tetapi pelatih berkualitas dunia namun mengerti tentang filosofi sepak bola tanah air. 

Syukur-syukur pelatih itu mau membawa bebarapa pemain yang betul-betul berkualitas bukan hanya mampu bermain sepak bola namun juga mampu menyebarkan gairah bermain bola. Pemain berkualitas itu bukan yang sudah sangat uzur dalam bermain sepak bola namun masih sanggup bermain 90 menit dan tidak mudah cedera.

Pelatih nomor wahid sudah ada, pemain hebat yang sudi mentransfer bermain baik sudah siap, desaign nasional sudah ada selanjutnya pola hidup, karena pembinaan dari U-15 sampai U-18 sudah pada rel yang benar. 

Pola hidup di sini berrkaitan dengan pendapatan tiap pemain. Karena pola hidup yang mencukupi akan berpengaruh pada asupan nutrisi yang masuk ke tubuh dan selebihnya tentang pola pemain itu sendiri untuk menggunakan pendapatannya. Dan janganlah diganggu dengan urusan selain sepakbola.

Ada pemain yang betul-betul memperhatikan asupan nutrisi yang masuk ke tubuhnya sehingga ketika berrmain tampak sekali kebugarannya. Dan ada juga yang baru bermain tiga puluh menit sudah kedodoran. 

Dan saya yakin tiap klub sudah mengatur nutrisi yang harus disajikan tiap harinya. Bahkan sering kita melihat saat pertandingan bola tingkat dunia suatu negara membawa piranti masak, perbekalan hingga tukang masaknya sendiri. 

Bisa dibayangkan betapa beratnya para official untuk menjaga urusan gizi pemainnya, seperti suatu negara menghadapi perang saja layaknya.

Ke depannya semoga garuda belia kita mampu bertahan hingga masuk ke tingkat tim senior dengan memainkan pola bola milik bangsa sendiri yang sudah dimainkan sejak dini. Ayo garuda beliaku cengkeram lawanmu yang ada di lapangan. Sejajarkan dirimu dengan pemain dunia. Bravo sepak bola Indonesia.

(Pati, 17 September 2019)

               

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun