Mohon tunggu...
dodo si pahing
dodo si pahing Mohon Tunggu... Buruh - semoga rindumu masih untukku.

Keinginan manusia pasti tidak terbatas, hanya diri sendiri yang bisa mengatur bukan membatasi.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Garuda Menerkam Adalah Filosofi Sepak Bolaku

12 September 2019   21:35 Diperbarui: 12 September 2019   21:48 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hal ini berbanding dengan kakak-kakanya yang bertanding terlihat begitu loyo tidak ada gairah bagai bujang ditinggal kawin pujaan hatinya. Mati segan hiduppun tak mau.

Sebenarnya tim juara AFF tahun 2013 banyak bercokol di tim senior yang diproyeksikan bisa berkiprah di piala dunia 2022 nanti. Evan Dimas sebagai motor penggerak saat U-18 dulu jadi jawara masih dipercaya jadi jenderal lapangan tengah. Namun berbeda sekali dengan dulu saat mencundangi lawan-lawannya. 

Dengan bertambah usia dan sudah melalang berbagi klub hingga ke negara jiran. Permainannya seolah-olah tak bertaji. Atau karena teman sepermainannya dulu harus diganti dengan teman "baru" sehingga "kagok" untuk menendang bola.

Mestikah permainan anak muda di bawah nahkoda Bang Fahry selalu dipertahankan hingga pada tataran dewasa. Atau bagiamanalah yang jelas kita semua ingin prestasi Tim Garuda me"level" ke dunia. 

Karena perrnah ada bisik pihak PSSI akan membuat grand Desaign, cetak biru filosofi permainan sepak bola nasional yang bisa dimainkan dari level nasional hingga liga tiga nasional. Kalau bisa dilaksanakan artinya siapapun pelatihnya dan pemainnya akan mudah memainkan pola yang sudah sangat dimengerti. 

Dan ketika pola dan filosofi sudah ada di benak setiap pemangku sepak bola stok pemain di setiap posisi akan melimpah ruah. Bukan setiap ganti pelatih membawa filososfi yang harus dipahami ulang oleh pemain. Belum filososfi menyatu dan mendarah daging pada pemain harus dimainkan pola yang berbeda dengan yang dipahami pemain.

Bukan meremehkan mereka para pemain senior macam Beto yang sudah banyak makan manis getir persepakbolaan dunia. Namun cara pandang dan gaya sepakbola itulah yang harus dimiliki. 

Seperti tim dunia mempunyai filosofi dan gaya mereka sendiri Belanda dengan total Footballnya, Inggris dengan kick and Rushnya. 

Italia dengan pertahanan grendelnya, Brasil dengan Sambanya, Argentina dengan Tangonya, Jepang dengan semangat Samurainya. Bagaimana dengan filosofi Indonesia? Kalau memakai filosofi Garuda bagaimana? Membubung tinggi kemudian terbang rendah menerkam sasaran.

Pati, 12 September 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun